Pengumuman kepada peserta tesis Subang 2008
1. Tas yang berisi pakaian dikumpulkan tanggal 25 desember 2008 pukul 06.30-07.00 WIB dilapangan basket yang akan dikordinir oleh pak wangsa, pak roni, pak gatot dan pak bin.
2. Bagi yang beragama kristen dikumpulkan pada tanggal 24 desember 2008 kepada mas wakiman jam 08.00-10.00WIB.
3. Barang berharga / laptop/Hp dibawa saat keberangkatan ke subang tanggal 27 desember 2008.
4. Pembagian buku panduan tesis dilaksanakan pada Hari Jum’at tanggal 19 Desember 2008 jam 08.30 Di aula bawah/AB.
5. Pembagian kaos dilaksanakan pada hari sabtu, 27 desember 2008 jam 06.45 pada saat keberangkatan.
YANG MENGAMBIL KETUA KELOMPOK!
dikordinir oleh pak gatot, pak fajar, frau kiki, Miss Aulia
PANTES SUBANG 2008
Rabu, 17 Desember 2008
Surat edaran untuk siswa dan orangtua
Dengan hormat,
sehubungan dengan penyelenggaraan Temu Sosial dan Ilmiah SMA N 8 Jakarta (TeSIS) tahun 2008, maka beberapa hal yang perlu kami sampaikan kepada bapak/ibu adalah :
1. TeSIS akan diikuti oleh 447 siswa kelas XI reguler dan internasional, serta didampingi oleh 50 Guru dan karyawan.
2. TeSIS akan diadakan pada tanggal 27 – 29 Desember 2008 (sabtu, minggu dan senin) di desa Tambakmekar, kecamatan Jalan Cagak, Subang, Jawa barat
3. Tas yang berisi pakaian dikumpulkan tanggal 25 desember 2008 pukul 06.30-07.00 WIB dilapangan basket yang akan dikordinir oleh pak Wangsa, pak Roni, pak Gatot dan pak Bintoro. Bagi yang beragama kristen dikumpulkan pada tanggal 24 desember 2008 kepada mas Wakiman jam 08.00-10.00 WIB.
4. Pembagian kaos dan buku panduan tesis dilaksanakan pada Hari Jum’at tanggal 19 Desember 2008 jam 08.30 di aula bawah melaui pak Gatot, pak Fajar, frau Kiki dan miss Aulia. Ketua kelompok bertanggung jawab mengambil untuk anggotanya.
5. Barang berharga / laptop/Hp dibawa saat keberangkatan ke subang tanggal 27 desember 2008.
6. Peserta TeSIS membawa pakaian secukupnya dan obat-obatan pribadi.
7. Siswa peserta TeSIS sudah harus berada di halaman sekolah pada hari sabtu, pukul 06.30 WIB.
8. Selama berlangsungnya kegiatan TeSIS di Subang, siswa berperilaku dan berpakaian yang sopan sesuai dengan tata tertib yang telah ditetapkan.
Demikian surat edaran ini kami sampaikan, semoga dapat menjadi panduan bersama demi suksesnya acara TeSIS 2008.
sehubungan dengan penyelenggaraan Temu Sosial dan Ilmiah SMA N 8 Jakarta (TeSIS) tahun 2008, maka beberapa hal yang perlu kami sampaikan kepada bapak/ibu adalah :
1. TeSIS akan diikuti oleh 447 siswa kelas XI reguler dan internasional, serta didampingi oleh 50 Guru dan karyawan.
2. TeSIS akan diadakan pada tanggal 27 – 29 Desember 2008 (sabtu, minggu dan senin) di desa Tambakmekar, kecamatan Jalan Cagak, Subang, Jawa barat
3. Tas yang berisi pakaian dikumpulkan tanggal 25 desember 2008 pukul 06.30-07.00 WIB dilapangan basket yang akan dikordinir oleh pak Wangsa, pak Roni, pak Gatot dan pak Bintoro. Bagi yang beragama kristen dikumpulkan pada tanggal 24 desember 2008 kepada mas Wakiman jam 08.00-10.00 WIB.
4. Pembagian kaos dan buku panduan tesis dilaksanakan pada Hari Jum’at tanggal 19 Desember 2008 jam 08.30 di aula bawah melaui pak Gatot, pak Fajar, frau Kiki dan miss Aulia. Ketua kelompok bertanggung jawab mengambil untuk anggotanya.
5. Barang berharga / laptop/Hp dibawa saat keberangkatan ke subang tanggal 27 desember 2008.
6. Peserta TeSIS membawa pakaian secukupnya dan obat-obatan pribadi.
7. Siswa peserta TeSIS sudah harus berada di halaman sekolah pada hari sabtu, pukul 06.30 WIB.
8. Selama berlangsungnya kegiatan TeSIS di Subang, siswa berperilaku dan berpakaian yang sopan sesuai dengan tata tertib yang telah ditetapkan.
Demikian surat edaran ini kami sampaikan, semoga dapat menjadi panduan bersama demi suksesnya acara TeSIS 2008.
Kamis, 11 Desember 2008
JUDUL PENELITIAN TeSIS 2008
Berikut adalah judul-judul yang sudah masuk beserta pembimbing teknis dan materinya, bagi kelompok yang belum terdaftar judulnya harap segera menghubungi :
Pak Acil, pak Roni, pak Edi atau pak Bintoro. Bimbingan sudah dapat dilakukan mulai senin 15 desember 2008, posko TeSIS di depan ruang OSIS
KELOMPOK;JUDUL;KELAS;Pemb materi;Pemb teknis
1;HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI SISWA;XI IPA A;Siti asyuro;Edy pramono
2;PENGARUH IKLAN:"MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN" PADA ROKOK TERHADAP MINAT BELI DI DESA TAMBAK MEKAR, SUBANG, JAWA BARAT;XI IPA A;Muh maulana;Edy pramono
3;HUBUNGAN ANTARA JENIS POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR, SUBANG, JAWA BARAT;XI IPA A;Roni saputro;Edy pramono
4;GAMBARAN UMUM TINGKAT KESEJAHTERAAN PARA PEKERJA HOME INDUSTRI DI TAMBAK MEKAR;XI IPA A;Dewi yanti;Edy pramono
5;ANALISA PERMAINAN TRADISIONAL YANG MASIH DIMAINKAN OLEH ANAK-ANAK;XI IPA B;Ali fauzi;Edy pramono
6;GAMBARAN TINGKAT KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG, JAWA BARAT MENJELANG PEMILU 2009;XI IPA B;Pa priyo hadi;Edy pramono
7;PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI KELUARGA TERSEBUT;XI IPA B;Iman santoso;Edy pramono
8;PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP AKTIVITAS REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA B;khairunnisa;Edy pramono
9;PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA C;Toto muharyadi;Edy pramono
10;PERBANDINGAN SISTEM PEMANASAN DAN PENGHASILAN PENGUSAHA NANAS DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN;XI IPA C;Teguh priyanto;Edy pramono Edy pramono
11;PENGARUH TAYANGAN FILM MISTIS TELEVISI TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN TAHAYUL REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA C;A Raziku ;Edy pramono
12;HUBUNGAN INTELEGENSIA DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA/SISWI DI SEKOLAH TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA C;Aulia belfa;Edy Pramono
13;PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN TERHADAP MINAT REMAJA SETELAH MENYELESAIKAN JENJANG PENDIDIKAN SMA;XI IPA D;Setiawan
;Sri hastuti
14;ANALISIS PRIORITAS REMAJA ANTARA PENDIDIKAN DENGAN PEKERJAAN DI TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA D;Suhaili ali nukman ;Sri hastuti
15;HUBUNGAN PENGGUNAAN ENERGI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA D;Ahmad yani;Sri hastuti
16;PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP HARAPAN ORANG TUA AKAN MASA DEPAN ANAK MEREKA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA D;Muhammad fajar;Sri hastuti
17;PERBANDINGAN KREATIVITAS REMAJA BOARDING SCHOOL DENGAN NON BOARDING SCHOOL;XI IPA E;Sri rejeki;Sri hastuti
18;PENGARUH SARANA PRASARANA YAYASAN AS-SHIFA TERHADAP KEHIDUPAN SEHARI-HARI MASYARAKAT SEKITAR;XI IPA E;Eko raharjo;Sri hastuti
19;ANALISIS FAKTOR PENDORONG ADANYA URBANISASI DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA E;Priyo hadi;Sri hastuti
20;TINGKAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA PIKIR MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI;XI IPA E;Bambang bintoro;Sri hastuti
21;PENGARUH KEPEMILIKAN HEWAN PELIHARAAN PENDUDUK DESA TAMBAK MEKAR TERHADAP AKTIVITAS SEHARI-HARI;XI IPA F;Abdul hamid;Sri hastuti
22;HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KREATIVITAS SISWA DI AS-SYIFA BOARDING SCHOOL;XI IPA F;Wuri handayani;Sri hastuti
23;HUBUNGAN KRISIS FINANSIAL GLOBAL DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI DI TAMBAK MEKAR;XI IPA F;Dewi yanti;Sri hastuti
24;PENGERUH GENRE MUSIK TERHADAP KEPRIBADIAN INDIVIDU MASYARAKAT DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA F;Paulina ;Sri hastuti
25;PENGARUH YAYASAN AS-SYFA TERHADAP POLA FIKIR ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA G; Sri purwani;Sri hastuti
26;PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENJUAL BUAH NANAS DENGAN PENJUAL DODOL NANAS DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA G;Rochmulyati eka;Sri hastuti
27;PERSEPSI REMAJA DESA TAMBAK KABUPATEN SUBANG TERHADAP SIFAT REMAJA JAKARTA SECARA UMUM;XI IPA G;Gatot handoko;Sri hastuti
28;;XI IPA G;;
29;PENGARUH PERKEBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP WARGA DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA H;Yulianto sri utomo;Waridin
30;PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL TERHADAP PROFESI MASYARAKAT DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA H;sugiyanto;Waridin
31;;XI IPA H;;Waridin
32;;XI IPA H;;Waridin
33;FREKUENSI INTERFERENSI BAHASA SUNDA TERHADAP BAHASA INDONESIA;XI IPA I;Acep abdullah;Waridin
34;PENGARUH POLA DIDIK ORANG TUA TERHADAP KEMAMPUAN CALISTUNG ANAK-ANAK;XI IPA I;Desi purnama;Waridin
35;HUBUNGAN PERMAINAN DENGAN CITA-CITA PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA I;Yuli katarina;Waridin
;PERBANDINGAN ANTARA HUBUNGAN PROFESI BURUH DAN HANSIP DENGAN RIWAYAT KESEHATAN MEREKA PADA UMUR 35 TAHUN ATAU LEBIH DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA I;Ali fauzi;Waridin
36;GAMBARAN PANDANGAN MASYARAKAT DESA TERHADAP CALON LEGISLATIF DARI KALANGAN ARTIS;XI IPA I;melita;Waridin
37;HUBUNGAN TAYANGAN TELEVISI TERHADAP TREN FASHION DI KALANGAN REMAJA DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPS;paulina;Waridin
38;PENGARUH TOKOH MASYARAKAT/PUBLIK FIGUR TERHADAP SIKAP MASYARAKAT TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPS;wicahyono;Waridin
39;PENGARUH TEKNIK PEMASARAN NANAS DAN JAMUR TERHADAP KESEJAHTERAAN DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPS;Siti saadiah;Waridin
40;;XI IPS;Razik arif;Waridin
41;;XI Science A;Abdul halim;Waridin
42;;XI Science A; Acep abdullah;Waridin
43;;XI Science B;melita;Waridin
44;;XI Science B; Lita mariana;Waridin
45;;XI humanity;Dewi yanti;Waridin
Pak Acil, pak Roni, pak Edi atau pak Bintoro. Bimbingan sudah dapat dilakukan mulai senin 15 desember 2008, posko TeSIS di depan ruang OSIS
KELOMPOK;JUDUL;KELAS;Pemb materi;Pemb teknis
1;HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI SISWA;XI IPA A;Siti asyuro;Edy pramono
2;PENGARUH IKLAN:"MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN" PADA ROKOK TERHADAP MINAT BELI DI DESA TAMBAK MEKAR, SUBANG, JAWA BARAT;XI IPA A;Muh maulana;Edy pramono
3;HUBUNGAN ANTARA JENIS POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR, SUBANG, JAWA BARAT;XI IPA A;Roni saputro;Edy pramono
4;GAMBARAN UMUM TINGKAT KESEJAHTERAAN PARA PEKERJA HOME INDUSTRI DI TAMBAK MEKAR;XI IPA A;Dewi yanti;Edy pramono
5;ANALISA PERMAINAN TRADISIONAL YANG MASIH DIMAINKAN OLEH ANAK-ANAK;XI IPA B;Ali fauzi;Edy pramono
6;GAMBARAN TINGKAT KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG, JAWA BARAT MENJELANG PEMILU 2009;XI IPA B;Pa priyo hadi;Edy pramono
7;PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TEKNOLOGI KELUARGA TERSEBUT;XI IPA B;Iman santoso;Edy pramono
8;PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP AKTIVITAS REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA B;khairunnisa;Edy pramono
9;PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA C;Toto muharyadi;Edy pramono
10;PERBANDINGAN SISTEM PEMANASAN DAN PENGHASILAN PENGUSAHA NANAS DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN;XI IPA C;Teguh priyanto;Edy pramono Edy pramono
11;PENGARUH TAYANGAN FILM MISTIS TELEVISI TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN TAHAYUL REMAJA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA C;A Raziku ;Edy pramono
12;HUBUNGAN INTELEGENSIA DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA/SISWI DI SEKOLAH TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA C;Aulia belfa;Edy Pramono
13;PENGARUH LINGKUNGAN PERGAULAN TERHADAP MINAT REMAJA SETELAH MENYELESAIKAN JENJANG PENDIDIKAN SMA;XI IPA D;Setiawan
;Sri hastuti
14;ANALISIS PRIORITAS REMAJA ANTARA PENDIDIKAN DENGAN PEKERJAAN DI TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA D;Suhaili ali nukman ;Sri hastuti
15;HUBUNGAN PENGGUNAAN ENERGI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA D;Ahmad yani;Sri hastuti
16;PENGARUH PEKERJAAN ORANG TUA TERHADAP HARAPAN ORANG TUA AKAN MASA DEPAN ANAK MEREKA DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA D;Muhammad fajar;Sri hastuti
17;PERBANDINGAN KREATIVITAS REMAJA BOARDING SCHOOL DENGAN NON BOARDING SCHOOL;XI IPA E;Sri rejeki;Sri hastuti
18;PENGARUH SARANA PRASARANA YAYASAN AS-SHIFA TERHADAP KEHIDUPAN SEHARI-HARI MASYARAKAT SEKITAR;XI IPA E;Eko raharjo;Sri hastuti
19;ANALISIS FAKTOR PENDORONG ADANYA URBANISASI DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA E;Priyo hadi;Sri hastuti
20;TINGKAT PENGGUNAAN TEKNOLOGI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POLA PIKIR MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI;XI IPA E;Bambang bintoro;Sri hastuti
21;PENGARUH KEPEMILIKAN HEWAN PELIHARAAN PENDUDUK DESA TAMBAK MEKAR TERHADAP AKTIVITAS SEHARI-HARI;XI IPA F;Abdul hamid;Sri hastuti
22;HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KREATIVITAS SISWA DI AS-SYIFA BOARDING SCHOOL;XI IPA F;Wuri handayani;Sri hastuti
23;HUBUNGAN KRISIS FINANSIAL GLOBAL DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI DI TAMBAK MEKAR;XI IPA F;Dewi yanti;Sri hastuti
24;PENGERUH GENRE MUSIK TERHADAP KEPRIBADIAN INDIVIDU MASYARAKAT DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA F;Paulina ;Sri hastuti
25;PENGARUH YAYASAN AS-SYFA TERHADAP POLA FIKIR ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA G; Sri purwani;Sri hastuti
26;PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENJUAL BUAH NANAS DENGAN PENJUAL DODOL NANAS DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA G;Rochmulyati eka;Sri hastuti
27;PERSEPSI REMAJA DESA TAMBAK KABUPATEN SUBANG TERHADAP SIFAT REMAJA JAKARTA SECARA UMUM;XI IPA G;Gatot handoko;Sri hastuti
28;;XI IPA G;;
29;PENGARUH PERKEBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP WARGA DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA H;Yulianto sri utomo;Waridin
30;PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL TERHADAP PROFESI MASYARAKAT DI DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPA H;sugiyanto;Waridin
31;;XI IPA H;;Waridin
32;;XI IPA H;;Waridin
33;FREKUENSI INTERFERENSI BAHASA SUNDA TERHADAP BAHASA INDONESIA;XI IPA I;Acep abdullah;Waridin
34;PENGARUH POLA DIDIK ORANG TUA TERHADAP KEMAMPUAN CALISTUNG ANAK-ANAK;XI IPA I;Desi purnama;Waridin
35;HUBUNGAN PERMAINAN DENGAN CITA-CITA PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA I;Yuli katarina;Waridin
;PERBANDINGAN ANTARA HUBUNGAN PROFESI BURUH DAN HANSIP DENGAN RIWAYAT KESEHATAN MEREKA PADA UMUR 35 TAHUN ATAU LEBIH DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPA I;Ali fauzi;Waridin
36;GAMBARAN PANDANGAN MASYARAKAT DESA TERHADAP CALON LEGISLATIF DARI KALANGAN ARTIS;XI IPA I;melita;Waridin
37;HUBUNGAN TAYANGAN TELEVISI TERHADAP TREN FASHION DI KALANGAN REMAJA DESA TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPS;paulina;Waridin
38;PENGARUH TOKOH MASYARAKAT/PUBLIK FIGUR TERHADAP SIKAP MASYARAKAT TAMBAK MEKAR, KECAMATAN JALAN CAGAK, SUBANG;XI IPS;wicahyono;Waridin
39;PENGARUH TEKNIK PEMASARAN NANAS DAN JAMUR TERHADAP KESEJAHTERAAN DI DESA TAMBAK MEKAR;XI IPS;Siti saadiah;Waridin
40;;XI IPS;Razik arif;Waridin
41;;XI Science A;Abdul halim;Waridin
42;;XI Science A; Acep abdullah;Waridin
43;;XI Science B;melita;Waridin
44;;XI Science B; Lita mariana;Waridin
45;;XI humanity;Dewi yanti;Waridin
PANDUAN METODOLOGI PENELITIAN
PANDUAN METODOLOGI PENELITIAN
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil unit pengukuran yang menjadi obyek pe Berdasarkan sifatnya maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
1. populasi homogen, sumber data memiliki sifat yang sama
2. populasi heterogen, sumber datanya memiliki sifat yang berbeda.nelitian.
Data terbatas tetapi masih memiliki sifat atau karakteristik populasi tersebut dinamakan sampel.
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik pengambilan sampel yaitu:
Jumlah sample (n) menggunakan rumus dari Taro Yamate :
dimana N adalah jumlah populasi dan d adalah tingkat presisi yang ditetapkan.
Misalnya jika diketahui jumlah populasi guru SD sebesar 138 orang dan akan dilakukan penelitian dengan tingkat presisi 10% maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 58 orang.
Berikut adalah beberapa cara dalam mengambil sampel
1. Probability sampling
probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk terambil sebagai sampel, yang tergolong teknik ini adalah
1.a simple random sampling
Teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan anggota populasi tersebut.
1.b Proportionate stratified random samplng
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, teknik ini digunakan apabila anggota populasi tidak homogen berkaitan dengan karakteristik yang diteliti. Contohnya guru DKI jakarta yang mengikuti ujian sertifikasi :
guru bahasa Indonesia : 100 orang
guru bahasa Inggris : 70 orang
guru Matematika : 120 orang
guru Biologi : 30 oang
guru Fisika : 50 orang
Jumlah : 370 orang
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai dengan bidang studi. Adapun langkahnya adalah
pertama : tentukan dahulu jumlah sampel dengan presisi 10% menjadi
kedua : tentukan jumlah sampel untuk masing-masing strata
1.c Disproportionate random sampling
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yangn kurang proporional, contohnya
1.d Area sampling (sampel kluster )
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari tiap wilayah gewografis yang ada. Misalnya penelitian tentang tingkat pendidikan warga di desa tambakmekar RW 04. RW 04 terdiri dari 5 RT misalnya, maka sampel harus memuat warga dari tiap RT.
2. non propability sampling
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk terambil sebagai sampel.
2.a Sampling sistematis
Pengambilan sampel yang didasarkan pada urutan anggota dalam populasi secara
seragam. Misalnya Diketahui daftar pelanggan PT Telkom yang telah diberi nomor dari 1 sampai 1000. Pelanggan yang diambil sebagai sampel adalah mereka yang memilki no urut kelipatan 1, 10, 20, 30, dan seterusnya.
2.b Sampling kuota
Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah ) sesaui dengan pertimbanga peneliti. Selanjnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel. Contohnya untuk menentukan kuota haji penduduk indonesia yang berjumlah 250 jt orang maka diambil jatah 250.000 orang.
2.c sampling aksidental
Teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yangsecara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dijadikan sampel. Misalnya untuk meneliti produk sabun yang diminati konsumen pada supermarket X, maka diambil sampel pelanggan yang datang dan ditemui peneliti di hari tersebut.
2.d Purposive sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang jenis penyakit warga desa tambakmekar maka yang dipilih menjadi sampel adalah para dokter, bidan atau mantri di puskesmas desa.
2.e sampling jenuh
Yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel.
2.f Snowball sampling (getuk tular)
Teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil jumlah sampel sedikit terlebih dahulu, lalu dari jumlah yang sedikit tersebut berkembang menjadi banyak. Misalnya peneliti ingin mengetahui latar belakang keluarga para pecandu narkoba di suatu tempat, maka peneliti dapat memulai dari satu atau dua orang responden dahulu, selanjutnya dari informasi responden tersebut peneliti dapat menambah jumlah respondennya.
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Setelah menetapkan tujuan dan obyek penelitian, maka langkah selanjutnya adalah membuat alat ukur atau instrument penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian tentang obyek yang diteliti. Penyusunan instrument penelitian harus tetap mengacu pada definisi operasional yang telah dijabarkan pada bab Kerangka teori. Misalnya pada kerangka teori telah dijelaskan bahwa kriteria keluarga sejahtera adalah keluarga yang…
1. Tinggal di rumah sendiri, berlantai keramik, dinding 50% menggunakan batu bata atau batako , luasnya lebih besar dari 40 m2, memiliki kamar mandi dan kakus, beratap genteng, seng atau asbes dan memilki aliran listrik dan sumber air.
2. Dalam sehari anggota keluarga makan minimal tiga kali.
3. Apabila anggota keluarga sakit, maka pemeriksaan dan pengobatan dilakukan di dokter, puskesmas atau rumah sakit.
Untuk menentukan apakah suatu keluarga sudah termasuk sejahtera atau belum, maka peneliti menyusun angket atau panduan wawancara dengan mempertimbangkan kriteria di atas.
Instrumen penelitian dapat berupa angket/kuesioner, panduan wawancara, panduan observasi dan tes menyesuaikan dengan metode dan tujuan penelitian. Sebelum peneliti berhadapan dengan responden, peneliti sudah terlebih dahulu menyiapkan instrument penelitian. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing metode pengumpulan data tersebut.
1. Kuesioner/angket
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140).
Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
• Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
• Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.
2. Interview/wawancara
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Ciriutama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
Jenis Interview
• Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan
• Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin
3. Observasi
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi"(Mohamad Ali, 1995 : 91).
Jenis observasi dibagi dua yaitu:
• Observasi langsung merupakan pengamatan terhadap perilaku dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bersifat pasif sebagai pengamat.
• Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari.
Sebelum pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan, kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian.
3. Tes (Test)
Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Catatan bagi kelompok TeSIS
1. Setiap kelompok wajib menyiapkan dan berkonsultasi dengan pembimbing materi tentang angket/kuesioner, panduan wawancara, panduan observasi atau soal test sebelum instrument tersebut digunakan di lapangan.
2. Setiap kelompok wajib berkonsultasi dengan pembimbing teknis (guru bahasa Indonesia) berkaitan dengan pengunaan bahasa dalam instrument penelitian dan laporan karya tulisnya.
3. Pada setiap konsultasi kelompok meminta tanda-tangan pembimbing materi/teknis masing-masing pada lembar yang telah disediakan.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil unit pengukuran yang menjadi obyek pe Berdasarkan sifatnya maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
1. populasi homogen, sumber data memiliki sifat yang sama
2. populasi heterogen, sumber datanya memiliki sifat yang berbeda.nelitian.
Data terbatas tetapi masih memiliki sifat atau karakteristik populasi tersebut dinamakan sampel.
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik pengambilan sampel yaitu:
Jumlah sample (n) menggunakan rumus dari Taro Yamate :
dimana N adalah jumlah populasi dan d adalah tingkat presisi yang ditetapkan.
Misalnya jika diketahui jumlah populasi guru SD sebesar 138 orang dan akan dilakukan penelitian dengan tingkat presisi 10% maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 58 orang.
Berikut adalah beberapa cara dalam mengambil sampel
1. Probability sampling
probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk terambil sebagai sampel, yang tergolong teknik ini adalah
1.a simple random sampling
Teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan anggota populasi tersebut.
1.b Proportionate stratified random samplng
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, teknik ini digunakan apabila anggota populasi tidak homogen berkaitan dengan karakteristik yang diteliti. Contohnya guru DKI jakarta yang mengikuti ujian sertifikasi :
guru bahasa Indonesia : 100 orang
guru bahasa Inggris : 70 orang
guru Matematika : 120 orang
guru Biologi : 30 oang
guru Fisika : 50 orang
Jumlah : 370 orang
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai dengan bidang studi. Adapun langkahnya adalah
pertama : tentukan dahulu jumlah sampel dengan presisi 10% menjadi
kedua : tentukan jumlah sampel untuk masing-masing strata
1.c Disproportionate random sampling
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yangn kurang proporional, contohnya
1.d Area sampling (sampel kluster )
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari tiap wilayah gewografis yang ada. Misalnya penelitian tentang tingkat pendidikan warga di desa tambakmekar RW 04. RW 04 terdiri dari 5 RT misalnya, maka sampel harus memuat warga dari tiap RT.
2. non propability sampling
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk terambil sebagai sampel.
2.a Sampling sistematis
Pengambilan sampel yang didasarkan pada urutan anggota dalam populasi secara
seragam. Misalnya Diketahui daftar pelanggan PT Telkom yang telah diberi nomor dari 1 sampai 1000. Pelanggan yang diambil sebagai sampel adalah mereka yang memilki no urut kelipatan 1, 10, 20, 30, dan seterusnya.
2.b Sampling kuota
Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah ) sesaui dengan pertimbanga peneliti. Selanjnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel. Contohnya untuk menentukan kuota haji penduduk indonesia yang berjumlah 250 jt orang maka diambil jatah 250.000 orang.
2.c sampling aksidental
Teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yangsecara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dijadikan sampel. Misalnya untuk meneliti produk sabun yang diminati konsumen pada supermarket X, maka diambil sampel pelanggan yang datang dan ditemui peneliti di hari tersebut.
2.d Purposive sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang jenis penyakit warga desa tambakmekar maka yang dipilih menjadi sampel adalah para dokter, bidan atau mantri di puskesmas desa.
2.e sampling jenuh
Yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel.
2.f Snowball sampling (getuk tular)
Teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil jumlah sampel sedikit terlebih dahulu, lalu dari jumlah yang sedikit tersebut berkembang menjadi banyak. Misalnya peneliti ingin mengetahui latar belakang keluarga para pecandu narkoba di suatu tempat, maka peneliti dapat memulai dari satu atau dua orang responden dahulu, selanjutnya dari informasi responden tersebut peneliti dapat menambah jumlah respondennya.
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Setelah menetapkan tujuan dan obyek penelitian, maka langkah selanjutnya adalah membuat alat ukur atau instrument penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian tentang obyek yang diteliti. Penyusunan instrument penelitian harus tetap mengacu pada definisi operasional yang telah dijabarkan pada bab Kerangka teori. Misalnya pada kerangka teori telah dijelaskan bahwa kriteria keluarga sejahtera adalah keluarga yang…
1. Tinggal di rumah sendiri, berlantai keramik, dinding 50% menggunakan batu bata atau batako , luasnya lebih besar dari 40 m2, memiliki kamar mandi dan kakus, beratap genteng, seng atau asbes dan memilki aliran listrik dan sumber air.
2. Dalam sehari anggota keluarga makan minimal tiga kali.
3. Apabila anggota keluarga sakit, maka pemeriksaan dan pengobatan dilakukan di dokter, puskesmas atau rumah sakit.
Untuk menentukan apakah suatu keluarga sudah termasuk sejahtera atau belum, maka peneliti menyusun angket atau panduan wawancara dengan mempertimbangkan kriteria di atas.
Instrumen penelitian dapat berupa angket/kuesioner, panduan wawancara, panduan observasi dan tes menyesuaikan dengan metode dan tujuan penelitian. Sebelum peneliti berhadapan dengan responden, peneliti sudah terlebih dahulu menyiapkan instrument penelitian. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing metode pengumpulan data tersebut.
1. Kuesioner/angket
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140).
Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
• Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
• Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.
2. Interview/wawancara
Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Ciriutama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
Jenis Interview
• Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan
• Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin
3. Observasi
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi"(Mohamad Ali, 1995 : 91).
Jenis observasi dibagi dua yaitu:
• Observasi langsung merupakan pengamatan terhadap perilaku dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bersifat pasif sebagai pengamat.
• Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari.
Sebelum pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan, kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian.
3. Tes (Test)
Tes sebagai instrument pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Catatan bagi kelompok TeSIS
1. Setiap kelompok wajib menyiapkan dan berkonsultasi dengan pembimbing materi tentang angket/kuesioner, panduan wawancara, panduan observasi atau soal test sebelum instrument tersebut digunakan di lapangan.
2. Setiap kelompok wajib berkonsultasi dengan pembimbing teknis (guru bahasa Indonesia) berkaitan dengan pengunaan bahasa dalam instrument penelitian dan laporan karya tulisnya.
3. Pada setiap konsultasi kelompok meminta tanda-tangan pembimbing materi/teknis masing-masing pada lembar yang telah disediakan.
Pedoman Penyusunan Angket
Pedoman Penyusunan Angket
1. Tujuan Pokok Pembuatan Angket
a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian
b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin
2. Sumber Penyusunan Angket
a. Kerangka konseptual (variabel)
b. Tujuan penelitian
c. Hipotesa
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
a. Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan dan hipotesa penelitian
b. Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan
c. Mempelajari angket yang sudah ada
d. Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang sama
4. Isi Pertanyaan dalam angket
a. Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan sebagainya.
b. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal.
5. Jenis Pertanyaan dalam angket.
a. Pertanyaan tertutup
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Keuntungan memudahkan dalam proses tabulasi, sedang kelemahannya kurang dapat memperoleh data yang mendalam dan bervariasi.
b. Pertanyaan terbuka
Jawaban pertanyaan tidak ditentukan terlebih dahulu, responden bebas memberi jawaban. Keuntungannya dapat menangkap informasi lebih luas. Sedang kelemahannya adalah kesulitan dalam proses tabulasi.
c. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan, tetapi diikuti oleh pertanyaan terbuka
d. Pertanyaan semi terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti, namun diberi kemungkinan tambahan jawaban.
6. Petunjuk Membuat Pertanyaan
a. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
b. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
c. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
d. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
7. Uji Coba Angket
Keuntungan jika melakukan uji coba angket
a. Pertanyaan yang dianggap tidak relevan bisa dihilangkan
b. Bisa diketahui apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden
c. Apakah urutan pertanyaan perlu dirubah
d. Bisa diketahui reaksi responden terhadap pertanyaan sensitif, sehingga perlu dirubah atau tidak
e. Lama pengisian angket.
1. Tujuan Pokok Pembuatan Angket
a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian
b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin
2. Sumber Penyusunan Angket
a. Kerangka konseptual (variabel)
b. Tujuan penelitian
c. Hipotesa
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket
a. Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan dan hipotesa penelitian
b. Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan
c. Mempelajari angket yang sudah ada
d. Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang sama
4. Isi Pertanyaan dalam angket
a. Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan sebagainya.
b. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal.
5. Jenis Pertanyaan dalam angket.
a. Pertanyaan tertutup
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Keuntungan memudahkan dalam proses tabulasi, sedang kelemahannya kurang dapat memperoleh data yang mendalam dan bervariasi.
b. Pertanyaan terbuka
Jawaban pertanyaan tidak ditentukan terlebih dahulu, responden bebas memberi jawaban. Keuntungannya dapat menangkap informasi lebih luas. Sedang kelemahannya adalah kesulitan dalam proses tabulasi.
c. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan, tetapi diikuti oleh pertanyaan terbuka
d. Pertanyaan semi terbuka
Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti, namun diberi kemungkinan tambahan jawaban.
6. Petunjuk Membuat Pertanyaan
a. Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti oleh responden.
b. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus
c. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian
d. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti
e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden
7. Uji Coba Angket
Keuntungan jika melakukan uji coba angket
a. Pertanyaan yang dianggap tidak relevan bisa dihilangkan
b. Bisa diketahui apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden
c. Apakah urutan pertanyaan perlu dirubah
d. Bisa diketahui reaksi responden terhadap pertanyaan sensitif, sehingga perlu dirubah atau tidak
e. Lama pengisian angket.
Jumat, 28 November 2008
PERLENGKAPAN SISWA DAN KELOMPOK
PERLENGKAPAN
SISWA DAN KELOMPOK
A. SISWA
1. Pakaian pribadi secukupnya
2. Alat-alat Mandi
3. Obat-obatan Pribadi
4. Buku Penunjang Penelitian dan Alat Tulis
5. Ponco/ Jas Hujan atau Payung
6. Topi
B. KELOMPOK
1. Alat Bantu Penelitian atau Pencarian Data ( Tape Recorder, Laptop, Handycam,
Kalkulator dan Buku Penunjang)
2. Alat Makan dan Minum
3. Kelengkapan Presentasi ( Karton Manila, Spidol Warna, Penggaris, Selotif )
4. Cinderamata untuk Nara Sumber atau Responden ( tergantung kondisi
TATA TERTIB KEGIATAN TeSIS 2008
A. Peserta
1. Atribut
a. Berpakain rapi dan sopan, memakai celana panjang, tidak memakai pakaian
ketat dan celana pendek
b. Membawa tanda pengenal peserta/ berpakaian seragam
c. Memakai kaos TeSIS saat acara yang ditentukan
2. Kewajiban
a. Mengikuti semua rangkaian acara TeSIS
b. Beribadah sesuai dengan agama masing-maisng
c. Menjaga nama baik SMA Negeri 8 Jakarta
d. Bersikap sopan dan santun, serta ramah dalam bertutur sapa
e. Membawa buku panduan selama kegiatan berlangsung
f. Mengikuti acara dengan sungguh-sungguh, kompak, ceria, disiplin dan penuh
tanggung jawab
g. Selalu berkoordinasi dengan Tutor atau Panitia
h. Peserta yang karena sesuatu hal akan meninggalkan lokasi TeSIS, wajib
melapor kepada Panitia atau Tutor dan harus mendapatkan ijin tertulis dari
panitia
B. Tutor
1. Atribut
Selama kegiatan TeSIS 2008, selalu menggunakan Tanda Pengenal TUTOR yang sudah ditentukan
2. Kewajiban
a. Berpartisipasi aktif membimbing peserta TeSIS 2008
b. Berusaha menerapkan disiplin dan menumbuhkan motivasi minat penelitian pada
para peserta TeSIS 2008
c. Menjaga Nama Baik dan Kehormatan SMA Negeri 8 Jakarta
d. Membina hubungan kekeluargaan yang baik dengan tuan rumah dan masyarakat di
wilayah penelitian
3. Tugas Tutor
a. Membantu kelompok binaan mencari data
b. Membantu kelompok binaan dalam pengolahan data
c. Membantu kelompok binaan dalam pembagian tugas
d. Membantu kelompok binaan menata, menyusun dan melaksanakan kegiatan sehari-hari
C. Tamu ( Orangtua/ Wali )
a. Mentaati waktu kunjung
b. Melapor ke panitia saat tiba dan pulang
c. Mematuhi tata tertib yang telah ditentukan
D. Sanksi
1. Terhadap Peserta
a. Peringatan dari Panitia TeSIS 2008
b. Dipulangkan ke Jakarta
c. Dinyatakan Tidak Lulus Karya Ilmiah
2. Terhadap Panitia/ Tutor
a. Peringatan Lisan dari Panitia
b. Peringatan Tertulis dari Ketua Panitia
c. Peringatan dari Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Jakarta
Kamis, 27 November 2008
REKAPITULASI UKURAN KAOS TESIS 2008
REKAPITULASI UKURAN KAOS TESIS 2008 | |||||||||
SISWA | |||||||||
KELAS | S | M | L | XL | |||||
PJ | PJ | PJ | PJ | ||||||
XI A | 4 | 1 | 20 | 2 | 12 | | 1 | 40 | |
XI B | 4 | 1 | 22 | 8 | 2 | 3 | 40 | ||
XI C | 3 | 1 | 22 | 3 | 9 | 2 | 40 | ||
XI D | 3 | 17 | 1 | 14 | 3 | 2 | 40 | ||
XI E | 2 | 27 | 1 | 5 | 1 | 4 | 40 | ||
XI F | 11 | 1 | 17 | 2 | 5 | 4 | 40 | ||
XI G | 5 | 1 | 13 | 3 | 14 | 1 | 3 | 40 | |
XI H | 1 | 2 | 16 | 16 | 2 | 3 | 40 | ||
XI I | 7 | 1 | 20 | 1 | 9 | 2 | 40 | ||
XI IPS | 8 | 1 | 11 | 9 | 2 | 9 | 40 | ||
XI I A | 6 | 11 | 1 | 3 | 21 | ||||
XI I B | 3 | 6 | 5 | 3 | 17 | ||||
XI HUM | 4 | 2 | 3 | 9 | |||||
0 | |||||||||
JUM | 53 | 11 | 199 | 18 | 115 | 15 | 36 | 0 | 447 |
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam bukunya Riduwan (Skala pengukuran variabel-variabel penelitian, Bandung, CV Alfabeta, cetakan ke-2) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil unit pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Nawawi menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik yang diperoleh dari hasil menghitung maupun mengukur. Nazir menambahkan bahwa populasi adalah data, bukan orang tau bendanya.
Berkaitan dengan jumlah populasi, maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama :populasi terbatas dimana batasnya secara kuantitatif dapat dihitung. Misalnya jumlah siswa SMA Negeri 8 Jakarta, jumlah penduduk desa tambakmekar dan jumlah guru SMAN 8 Jakarta. Kedua: populasi tak terbatas dimana banyak populasinya tidak bisa dinyatakan dengan jumlah misalnya kandungan emas di sungai X, berapa liter pasang surut air laut pada bulan purnama.
Berdasarkan sifatnya maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
1. populasi homogen, sumber data memiliki sifat yang sama
2. populasi heterogen, sumber datanya memiliki sifat yang berbeda.
Apabila kita telah menetapkan masalah penelitian dan kita sudah membatasi populasi,maka masalah berikutnya yang muncul adalah kita memiliki keterbatasan dalam mengakses seluruh populasi, sehingga dikembangkanlah teknik untuk dapat mengambil keseimpulan berkaitan dengan populasi tetapi dengan data yang lebih terbatas. Data terbatas tetapi masih memiliki sifat atau karakteristik populasi tersebut dinamakan sampel.
Keuntungan menggunakan sampel adalah
1. memudahkan peneliti
2. Penelitian lebih efisien (penghematan uang, waktu dan tenaga)
3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data.
4. penelitian lebih efektif, sehingga menghemat penggunaan specimen, mengurangi atau melokalisir efek destruktifd dari perlakuan.
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik pengambilan sampel yaitu:
Untuk menentukan jumlah sampel (n) digunakan ketentuan sebagai berikut :
Jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamate :
N
n= ------------
N*d^2 + 1
dimana N adalah jumlah populasi dan d adalah tingkat presisi yang ditetapkan.
Misalnya jika diketahui jumlah populasi guru SD sebesar 138 orang dan akan dilakukan penelitian dengan tingkat presisi 10% maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 58 orang.
Surakhmad berpendapat bahwa apabila ukuran populasi kurang lebih 100, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi lebih dari 1000, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 15%.
1. probability sampling
probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk terambil sebagai sampel, yang tergolong teknik ini adalah
1.a simple random sampling
Teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan anggota populasi tersebut.
1.b Proportionate stratified random samplng
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, teknik ini digunakan apabila anggota populasi tidak homogen berkaitan dengan karakteristik yang diteliti. Contohnya guru DKI jakarta yang mengikuti ujian sertifikasi :
guru bahasa Indonesia : 100 orang
guru bahasa Inggris : 70 orang
guru Matematika : 120 orang
guru Biologi : 30 oang
guru Fisika : 50 orang
Jumlah : 370 orang
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai dengan bidang studi. Contohnya jumlah sampel guru bahasa Indonesia menjadi
pertama : tentukan dahulu jumlah sampel dengan presisi 10% menjadi
370
-------------- = 77.24 = 77 orang
370*0.1^2 + 1
kedua : tentukan jumlah sampel untuk masing-masing strata
100
--- x 77 = 20,8 = 21 orang
370
1.c Disproportionate random sampling
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yangn kurang proporional, contohnya
guru BP : 1 orang
guru bahasa Indonesia : 100 orang
guru bahasa Inggris : 70 orang
guru Matematika : 120 orang
guru Biologi : 30 oang
guru Fisika : 50 orang
Jumlah : 371 orang
jumlah sampel untuk guru BP satu orang.
1.d Area sampling (sampel kluster )
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari tiap wilayah gewografis yang ada. Misalnya penelitian tentang tingkat pendidikan warga di desa tambakmekar RW 04. RW 04 terdiri dari 5 RT misalnya, maka sampel harus memuat warga dari tiap RT.
2. non propability sampling
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk terambil sebagai sampel.
2.a Sampling sistematis
Pengambilan sampel yang didasarkan pada urutan anggota dalam populasi secara
seragam. Misalnya Diketahui daftar pelanggan PT Telkom yang telah diberi nomor dari 1 sampai 1000. Pelanggan yang diambil sebagai sampel adalah mereka yang memilki no urut kelipatan 1, 10, 20, 30, dan seterusnya.
2.b Sampling kuota
Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah ) sesaui dengan pertimbanga peneliti. Selanjnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel. Contohnya untuk menentukan kuota haji penduduk indonesia yang berjumlah 250 jt orang maka diambil jatah 250.000 orang.
2.c sampling aksidental
Teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yangsecara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dijadikan sampel. Misalnya untuk meneliti produk sabun yang diminati konsumen pada supermarket X, maka diambil sampel pelanggan yang datang dan ditemui peneliti di hari tersebut.
2.d Purposive sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang jenis penyakit warga desa tambakmekar maka yang dipilih menjadi sampel adalah para dokter, bidan atau mantri di puskesmas desa.
2.e sampling jenuh
Yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel.
2.f Snowball sampling (getuk tular)
Teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil jumlah sampel sedikit terlebih dahulu, lalu dari jumlah yang sedikit tersebut berkembang menjadi banyak. Misalnya peneliti ingin mengetahui latar belakang keluarga para pecandu narkoba di suatu tempat, maka peneliti dapat memulai dari satu atau dua orang responden dahulu, selanjutnya dari informasi responden tersebut peneliti dapat menambah jumlah respondennya.
(Ahmad Yani, M.SI)
Sumber :
Riduwan, Drs, MBA (2006), Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula, Bandung, Alfabeta
Senin, 24 November 2008
Kamis, 20 November 2008
Wana Wisata Curug Cijalu Subang, Tempat Mandi Bidadari
Subang yang merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat yang termasuk ke dalam tanah sunda atau parahyangan memiliki beberapa tempat wana wisata alam yang merupakan alternatif setelah melewati kota Bandung. Salah satu wana wisata yang ditawarkanya selain daripada Guung Tangkuban Parahu yang terkenal dengan legendanya Sangkuriang terdapat wana wisata alam berupa air terjun yaitu Curug Cijalu.
Dilansir dari situs pemerintahan daerah kabupaten Subang, dideskripsikan bahwa Curug Cijalu terletak di Kecamatan Sagalaherang, berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah selatan (1 jam perjalanan) dan sekitar 50 Km dari Kota Bandung kearah utara (1,5 jam perjalanan). Wana wisata ini terletak pada ketinggian 1.30 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya bergelombang . Kawasan ini mempunyai curah hujan 2.700 mm/th dengan suhu udara 18-26C. Seperti namanya, curug (air terjun, Bahasa Sunda), hanya sepasang air terjun yang tumpahan airnya mengalir deras membelah bukit di puncak Gunung Sunda, sekira 800 meter di atas permukaan laut.
Tumpahan air itu menyajikan panorama indah pada birunya langit, sejuknya udara, dan hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Belum lagi percikan air terjun yang dingin, sejuk dan putih, membuat para wisatawan tak tahan lagi ingin segera bermandi ria di bawahnya. Curug Cijalu “ditemani” dua makam yang dikeramatkan dan juga “ditemani” oleh air terjun lain yang dikenal dengan nama Curug Perempuan yang terletak sekira 100 meter sebelum Curug Cijalu.
Dengan dicapai dari Kecamatan Wanayasa (18km), Sagala Herang (20km) dan dari Kabupaten Subang (37km) Purwakarta (40km) Bandung (63km) yang diketahui kondisi jalan umumnya beraspal dan hanya sebagian kecil yang masih berupa jalan batu, dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat, sarana transportasi umum yang ada ojek atau colt carteran dari Wanayasa.
Selain curug Cijalu dan Curug Perempuan, terdapat pula lapangan sebagai areal untuk camping bagi para pengunjung Secara keseluruhan, tempat ini dapat dijadikan alternatif bagi pengunjung yang memiliki hobi berpetualang. Selain menjanjikan ketenangan dan ketenteraman, juga kedamaian menjadi perpaduan yang kompak untuk menunjang daya tarik tersendiri.
Wana wisata ini terdiri dari hutan alam dan hutan tanaman, sumber air yang ada berupa mata air yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan pengunjung. Potensi visual lansekap didalam kawasan yang menarik adalah air terjun, hutan alam dengan udara yang sejuk dan hutan tanaman. Dimana wana wisata ini digunakan untuk wisata harian dengan kegiatan yang dapat dilakukan adalah piknik, mandi air terjun, lintas alam dan mendaki gunung.
Berdasarkan sejarahnya bahwa Curug Cijalu dibuka sejak 1 September 1984 berlokasi dihutan produksi blok Cijengkol RPH Tangkubanperahu Utara, BKPH Wanayasa Kab Purwakarta dan Desa Cipancar Kab Subang. Dengan luas 8ha daerah ini diproyeksikan sebagai obyek wisata. Dimana dulu sebelum dikelola air terjun itu sudah sering dikunjungi orang-orang keturunan Tionghoa. Mereka menganggap air terjun itu tempat mandi para bidadari, tutur seorang penduduk Desa Cipancar yang sudah tinggal disana lebih dari enam puluh tahun . Kepercayaan ini timbul lantaran saat matahari pagi memancar, akan bermunculan pelangi-pelangi kecil memantul dari air terjun. (Diperoleh dair berbagai sumber)
Dilansir dari situs pemerintahan daerah kabupaten Subang, dideskripsikan bahwa Curug Cijalu terletak di Kecamatan Sagalaherang, berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah selatan (1 jam perjalanan) dan sekitar 50 Km dari Kota Bandung kearah utara (1,5 jam perjalanan). Wana wisata ini terletak pada ketinggian 1.30 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya bergelombang . Kawasan ini mempunyai curah hujan 2.700 mm/th dengan suhu udara 18-26C. Seperti namanya, curug (air terjun, Bahasa Sunda), hanya sepasang air terjun yang tumpahan airnya mengalir deras membelah bukit di puncak Gunung Sunda, sekira 800 meter di atas permukaan laut.
Tumpahan air itu menyajikan panorama indah pada birunya langit, sejuknya udara, dan hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Belum lagi percikan air terjun yang dingin, sejuk dan putih, membuat para wisatawan tak tahan lagi ingin segera bermandi ria di bawahnya. Curug Cijalu “ditemani” dua makam yang dikeramatkan dan juga “ditemani” oleh air terjun lain yang dikenal dengan nama Curug Perempuan yang terletak sekira 100 meter sebelum Curug Cijalu.
Dengan dicapai dari Kecamatan Wanayasa (18km), Sagala Herang (20km) dan dari Kabupaten Subang (37km) Purwakarta (40km) Bandung (63km) yang diketahui kondisi jalan umumnya beraspal dan hanya sebagian kecil yang masih berupa jalan batu, dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat, sarana transportasi umum yang ada ojek atau colt carteran dari Wanayasa.
Selain curug Cijalu dan Curug Perempuan, terdapat pula lapangan sebagai areal untuk camping bagi para pengunjung Secara keseluruhan, tempat ini dapat dijadikan alternatif bagi pengunjung yang memiliki hobi berpetualang. Selain menjanjikan ketenangan dan ketenteraman, juga kedamaian menjadi perpaduan yang kompak untuk menunjang daya tarik tersendiri.
Wana wisata ini terdiri dari hutan alam dan hutan tanaman, sumber air yang ada berupa mata air yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan pengunjung. Potensi visual lansekap didalam kawasan yang menarik adalah air terjun, hutan alam dengan udara yang sejuk dan hutan tanaman. Dimana wana wisata ini digunakan untuk wisata harian dengan kegiatan yang dapat dilakukan adalah piknik, mandi air terjun, lintas alam dan mendaki gunung.
Berdasarkan sejarahnya bahwa Curug Cijalu dibuka sejak 1 September 1984 berlokasi dihutan produksi blok Cijengkol RPH Tangkubanperahu Utara, BKPH Wanayasa Kab Purwakarta dan Desa Cipancar Kab Subang. Dengan luas 8ha daerah ini diproyeksikan sebagai obyek wisata. Dimana dulu sebelum dikelola air terjun itu sudah sering dikunjungi orang-orang keturunan Tionghoa. Mereka menganggap air terjun itu tempat mandi para bidadari, tutur seorang penduduk Desa Cipancar yang sudah tinggal disana lebih dari enam puluh tahun . Kepercayaan ini timbul lantaran saat matahari pagi memancar, akan bermunculan pelangi-pelangi kecil memantul dari air terjun. (Diperoleh dair berbagai sumber)
Wisata kuliner di Subang
Subang adalah sebuah kota yang - walaupun kecil - namun menyenangkan untuk disinggahi. Kota ini sekarang menjadi rumah baru saya setelah Jakarta dan Bandung. Di kota ini ada beberapa tempat makan yang enak, dari mulai yang kelas warung pinggir jalan, riverview restaurant (restaurant pinggir kali) hingga kelas restro yang beneran. Ini beberapa tempat yang mungkin bisa jadi referensi bila Anda ingin, sedang atau telah berkunjung ke kota ini. Selamat menikmati!
AYAM
· Ayam Goreng Kalama—Wesel
· Ayam Bakar Kajojo—Jl. Otista
BAKSO
· Bakso Goyang Lidah—Jl. Otista
· Bakso Malang– Jl. Letjen Suprapto
· Bakso Urat-Gg. Jl. Kapt. Hanafiah
· Bakso Urat-sebelah toko Menanti (dekat Bioskop Chandra)
· Bakso Mang Ade-Gg. Pelabuan
· Bakso Jampang-perapatan Msj. Agung
· Bakso RM. Sedap-Jl. Letjen Supratman
· Bakso, kue dan siomay-pinggir depanAS Foto
BATAGOR
· Batagor dan siomay-Jl. A. Yani
BUBUR AYAM
· Bubur Ayam Panglejar-Jl. Letjen Suprapto (dekat kantor pegadaian)
· Bubur Ayam Katineung-depan RS. PTPN
CAPCAY
· Capcay di daerah Cihanjuang
GADO-GADO
· Gado-gado-Jl. Letjen Suprapto (dekat toko Macan Ketawa)
MARTABAK
· Martabak Mas Yani-Pujasera
· Martabak Citra-Pujasera
· Martabak Denai-depan Toko Sedap
· Martabak Tiptop-dekat bubur ayam Panglejar
· Martabak Unyil-sebelah bakso urat Jl. Kapt. Hanifah
NASI GORENG
Nasi Goreng Lio-depan penginapan Pd. Dewi
Nasi Goreng PLN-depan Gd. PLN (Jl. DI Panjaitan)
Nasi Goreng Pelangi-sebelah radio Pelangi
NASI PADANG
Nasi Padang Galoro-Jl. Otista
Nasi Padang Pituah Bundo-Jl. Otista
Nasi Padang Simpang Ampe-daerah Ps. Inpres Lama
Nasi Padang Basuo-Gg. Panglejar
NASI UDUK
Nasi Uduk-Jl.Brigjen Katamso
Nasi Uduk Mang Uri – Jl. Otista
PEMPEK
Pempek ibu Maharani-Jl. Perumnas
Pempek Hagadipa-Perumnas dan Pujasera
Pempek Kafe Dhea-Subang Jaya
ROTI
Roti Bakar Panglejar-Jl. KS 27
Roti Ma’rifa-JL. A. Yani
Roti Raos-sebelah RM Sedap
Roti Bakar Pujasera-Pujasera
SATE
Sate Kajojo-Jl. Otista
Sate Perumnas-dekat bengkel Aloez
(www.bisma.wordpress.com)
Dari Peninggalan Prasejarah Hingga Tongkrongan ABG
Menelusuri Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya akan larut dan membawa kita ke era prasejarah. Sejumlah penemuan benda-benda bersejarah seperti perlengkapan tradisional era kerajaan hingga reflika candi, tunggangan Dewa Shiwa tersusun dan tertata rapih di sebuah estalase kaca. Meskipun tanpa bicara, namun ia mengungkap fakta sejarah…
Membicarakan sejarah dan asal-usul Kabupaten Subang, dirasa belum lengkap jika belum menyempatkan diri nongkrong seharian di Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya di area Wisma Karya Jl. Ade Irma Suryani No 2 Subang. Di museum warisan peninggalan zaman penjajahan dulu ini tersimpan sekitar 200 item peninggalan purbakala bernilai sejarah sejak zaman prasejarah ratusan tahun silam. Tidak hanya dimuseumkan, namun dari ratusan item benda sejarah tersebut disusun dalam satu alur cerita membingkai sebuah sebuah deretan cerita panjang sejarah dan asal-usul Subang sebagai kota kerajaan.
“Dengan penyajian seperti ini selain sambil rekreasi dan wisata budaya juga diharapkan pengunjung yang datang bisa mendapatkan pengetahuan dan mengapreisasi benda-benda bersejarah dalam setiap periode-nya,” ujar Ahmad Sholeh penjaga museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya Kabupaten Subang
Menurut Sholeh dari jumlah yang ada, benda-benda tersebut diklasifikasikan menjadi delapan klasifikasi, yaitu geologika, biologika, etnografika, historika, numismatika, keramologika, seni rupa dan teknologika. Salah satunya seperti patung Tuian PW Hoflan bersama istri yang terbuat dari tembaga, Senjata Api masa VOC, pedang serdadu (tahun 1925), Kapak dan Corong Sepatu batu, tengkorak Cervus (masa Purba), Fragmen tanduk Kerbau Purba, Guci Thailand (Abad XVIII M), Mangkuk China (Abad XVII), mesin hitung pada masa Inggris dan Mesin Telpon masa Belanda hingga arca Nandi (Sapi Jantan) yang diyakini sebagai kendaraan Dewa Siwa untuk terbang ke Nirwana yang ditemukan di Desa Cipancar Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang.
Menurut Ahmad Sholeh benda-benda sejarah tersebut sebagian ditemukan oleh warga. Penemuan tersebut kemudian dilakukan oleh tim Arkelogi Bandung untuk memastikan benda yang dimaksud, sebelum dimuseumkan di Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya Subang.
Sayangnya, kekayaan khazanah sejarah tersebut belum mendapat respon banyak, baik dari kalangan masyarakat umum, maupun akademis. Hal ini terbukti masih minimnya jumlah pengunjung ke tempat penyimpanan benda sejaraha tersebut. “Setiap hari kami buka, kecuali hari Sabtu dan libur besar. Dalam satu bulannya rata-rata sekitar 150 pengunjung yang datang ke sini untuk melihat benda sejarah,” ungkap Sholeh
Sejurus dengan masih lemahnya jumlah masyarakat yang datang, sebaliknya Wisma Karya justu menjadi tempat mangkal anak baru gede dan hiburan musik. Menurut salah satu pedagang kaki lima di area Wisma Karya yang enggan disebuutkan jati dirinya menyebutkan pada malam minggu Wisma Karya menjadi tempat kencan sepasang kekasih.
“Kalau malam minggu di sini ramai sekali kang, mereka datang bawa motor berpasang-pasangan. Saya tidak tahu mereka ngapain aje setelah sampai sini,’ ujar sumber tadi
Titik terang aktivitas ABG di malam minggu tersebut, diketahui saat menjambangi Wisma Karya pada akhir pekan lalu. Tampak sejumlah ABG usia pelajar duduk berpasangan dengan jenis kelamin yang berbeda sembari bersenda gurau. Bahkan dari penelusuran tidak sedikit yang diketahui dalam posisi berpelukan.
Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan Kabupaten Subang Yaya Sudarya menyayangkan adanya kondisi terbalik wisma Karya. Dia berharap dinas terkait melakukan tindakan membersihkan citra Wisma Karya yang menyimpan benda-benda bersejarah.
“Jadi jumlah yang datang ke Wisma lebih banyak pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. ini kan berdampak kurang bagus pada fungsi Wisma Karya yang menyimpan benda-benda peninggalan,” ujar Yaya. (*)
(http://berita.blog.dada.net)
Menjelajahi bangunan bersejarah kota Subang
Bangunan tua bersejarah memang bisa menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat masa lalu menjalankan kehidupannya. Sisa penjajahan di Subang bisa menjadi salah satu contohnya. Secara umum, berdasarkan kepentingannya, di Subang ini ciri arsitektur kolonial dapat dibagi dua.
Pertama, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan militer. Bangunan-bangunan kolonial ini berada di kawasan Lanud TNI-AU Suryadarma, Kalijati. Dari kompleks ini, yang paling terkenal adalah salah satu rumah dinas perwira yang kini dikenal sebagai Museum Rumah Sejarah. Bangunan ini beserta isinya menjadi saksi bisu kapitulasi (penyerahan kekuasaan) dari pemerintah Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang.
Kedua, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan bisnis perkebunan. Subang dulu memang dikenal sebagai sentra perkebunan. Konon, pada masa kolonial di Subang ini, teh, coklat, tebu, dan karet adalah beberapa komoditas yang dieksploitasi pengusaha swasta asing sektor perkebunan (planters) melalui konsesi hak guna lahan. Pamanoekan en Tjiasem Landen (P&T Lands.) adalah perusahaan yang memiliki konsesi areal lahan yang luasnya hampir meliputi wilayah Subang sekarang. P.W. Hofland adalah tokoh sentral usaha komoditas perkebunan di kawasan ini.
Subang sebenarnya termasuk salah satu tempat yang paling beruntung karena masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua khas perkebunan. Melalui salah satu kekayaan itu, orang bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Subang. Dari bangunan-bangunan khas kolonial ini pula, kita bisa membayangkan bagaimana berkuasanya para planters ini dan betapa besar pula aset yang mereka kelola.
Bangunan-bangunan kolonial khas perkebunan ini lebih tersebar, walau sebagian besar berada pada sebuah ”kompleks” di kawasan Subang kota. Gedung Wisma Karya adalah ciri paling khas bagaimana kejayaan Subangplanters masa lalu yang konon pula menjadi pesaing para preangerplanters di Bandung. Bangunan yang diresmikan tahun 1929 ini dulu dipakai sebagai sociteit, tempat para meneer beserta para mevrouw-nya berleha-leha sambil main bola sodok atau nonton toneel.
Sebagai sebuah ”kompleks” pusat sentra perkebunan, tak jauh dari gedung Wisma Karya ini berdiri megah kantor pusat administrasi perkebunan (kini Hotel Subang Plaza), gudang (atelier), perumahan (the big house, Jl. Ade Irma Suryani, perumahan menuju arah Sidodadi dan kompleks bangunan tua di kawasan Cidongkol). Dan jangan lupa, dulu ”kompleks” ini tambah megah dengan hamparan hijaunya padang golf yang kini menjadi alun-alun.
Bangunan-bangunan antik ini juga menjadi saksi bagaimana para pejuang dulu begitu gigih mempertahankan kemerdekaan. Gedung Wisma Karya, misalnya, konon pada tahun 1945-1947 dijadikan markas pasukan Kratibo (Karawang Timoer-Bandoeng Oetara), pimpinan Letkol Sukanda Bratamanggala dan H. Rusdi. Sementara gedung ”The Big House” yang kini terletak di Jl. Ade Irma Suryani Nasution, kala itu menjadi markas pasukan Hizbullah. Gedung lain yang dijadikan markas badan-badan perjuangan adalah Gedung Gede (depan gedung DPRD, telah hancur), Gedung Jeding, Gedung Cipo, dan Gedung Pasanggrahan.
Sementara, bangunan-bangunan khas perkebunan di Subang ini antara lain juga ditemui di kawasan perkebunan Ciater dan Tambaksari (selatan), perkebunan karet Wangunreja dan gedong satu (barat) serta Sumurbarang (timur). Beberapa gedung tua ini terpelihara dengan baik, terutama yang letaknya tidak jauh dari permukiman. Bangunan-bangunan di afdeling Kasomalang, Wangunreja dan afdeling Ciater adalah beberapa contoh yang relatif terpelihara. Umumnya, gedung-gedung ini dijadikan rumah dinas kepala afdeling ataupun kantor administrasi kebun.
Namun terdapat pula beberapa bangunan yang kondisinya memprihatinkan. Rumah dinas kepala afdeling kebun Bukanagara, Desa Cupunagara, Cisalak misalnya, kini tampak tak terurus. Berada di atas bukit kecil, gedung tua tak berpenghuni ini tampak kusam, beberapa genting bolong-bolong dan beberapa kusen jendelanya hampir copot. Walau dari jauh tampak menarik sebagai sebuah villa, lengkap dengan cerobong tungkunya, tapi dari dekat lebih mirip rumah hantu. Konon bangunan tersebut dibuat sekitar tahun 1930-1931.
Benda atau bangunan benda cagar budaya sesungguhnya bukan saja harus dilindungi, tetapi juga harus bisa dijamin kelestariannya. Di Subang, diakui atau tidak, keberadaan benda-benda cagar budaya sangat rawan berubah, bahkan rawan tergusur karena intervensi kekuatan komersial maupun karena kurangnya dukungan dana. Sebagai kota yang berkembang pesat, Subang dalam 5-10 tahun ke depan dikhawatirkan bukan saja tampil makin gemerlap dan modern, tetapi juga makin seragam, seolah-olah tidak ada lagi kekhasan dan akar sejarah kota yang tersisa.
Sejauh mana pemerintah, organisasi sosial dan warga Subang ini peduli pada upaya pelestarian bangunan dan benda cagar budaya yang dimiliki. Untuk menjawab pertanyaan ini harus diakui bukanlah hal yang mudah. Sekalipun disadari bahwa eksistensi bangunan dan benda cagar budaya perlu dilindungi dan dilestarikan, tetapi dalam praktiknya tidak selalu keinginan dan harapan mulia itu paralel dengan kenyataan di lapangan.
Akselerasi perkembangan kota yang luar biasa cepat dan dominannya pengaruh kekuatan komersial sering menyebabkan pertimbangan pragmatis menjadi lebih menonjol daripada pertimbangan yang idealis.
(Disarikan dari http://gerbang.jabar.go.id/kabsubang/index.php?index=16&idberita=183)
Pertama, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan militer. Bangunan-bangunan kolonial ini berada di kawasan Lanud TNI-AU Suryadarma, Kalijati. Dari kompleks ini, yang paling terkenal adalah salah satu rumah dinas perwira yang kini dikenal sebagai Museum Rumah Sejarah. Bangunan ini beserta isinya menjadi saksi bisu kapitulasi (penyerahan kekuasaan) dari pemerintah Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang.
Kedua, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan bisnis perkebunan. Subang dulu memang dikenal sebagai sentra perkebunan. Konon, pada masa kolonial di Subang ini, teh, coklat, tebu, dan karet adalah beberapa komoditas yang dieksploitasi pengusaha swasta asing sektor perkebunan (planters) melalui konsesi hak guna lahan. Pamanoekan en Tjiasem Landen (P&T Lands.) adalah perusahaan yang memiliki konsesi areal lahan yang luasnya hampir meliputi wilayah Subang sekarang. P.W. Hofland adalah tokoh sentral usaha komoditas perkebunan di kawasan ini.
Subang sebenarnya termasuk salah satu tempat yang paling beruntung karena masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua khas perkebunan. Melalui salah satu kekayaan itu, orang bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Subang. Dari bangunan-bangunan khas kolonial ini pula, kita bisa membayangkan bagaimana berkuasanya para planters ini dan betapa besar pula aset yang mereka kelola.
Bangunan-bangunan kolonial khas perkebunan ini lebih tersebar, walau sebagian besar berada pada sebuah ”kompleks” di kawasan Subang kota. Gedung Wisma Karya adalah ciri paling khas bagaimana kejayaan Subangplanters masa lalu yang konon pula menjadi pesaing para preangerplanters di Bandung. Bangunan yang diresmikan tahun 1929 ini dulu dipakai sebagai sociteit, tempat para meneer beserta para mevrouw-nya berleha-leha sambil main bola sodok atau nonton toneel.
Sebagai sebuah ”kompleks” pusat sentra perkebunan, tak jauh dari gedung Wisma Karya ini berdiri megah kantor pusat administrasi perkebunan (kini Hotel Subang Plaza), gudang (atelier), perumahan (the big house, Jl. Ade Irma Suryani, perumahan menuju arah Sidodadi dan kompleks bangunan tua di kawasan Cidongkol). Dan jangan lupa, dulu ”kompleks” ini tambah megah dengan hamparan hijaunya padang golf yang kini menjadi alun-alun.
Bangunan-bangunan antik ini juga menjadi saksi bagaimana para pejuang dulu begitu gigih mempertahankan kemerdekaan. Gedung Wisma Karya, misalnya, konon pada tahun 1945-1947 dijadikan markas pasukan Kratibo (Karawang Timoer-Bandoeng Oetara), pimpinan Letkol Sukanda Bratamanggala dan H. Rusdi. Sementara gedung ”The Big House” yang kini terletak di Jl. Ade Irma Suryani Nasution, kala itu menjadi markas pasukan Hizbullah. Gedung lain yang dijadikan markas badan-badan perjuangan adalah Gedung Gede (depan gedung DPRD, telah hancur), Gedung Jeding, Gedung Cipo, dan Gedung Pasanggrahan.
Sementara, bangunan-bangunan khas perkebunan di Subang ini antara lain juga ditemui di kawasan perkebunan Ciater dan Tambaksari (selatan), perkebunan karet Wangunreja dan gedong satu (barat) serta Sumurbarang (timur). Beberapa gedung tua ini terpelihara dengan baik, terutama yang letaknya tidak jauh dari permukiman. Bangunan-bangunan di afdeling Kasomalang, Wangunreja dan afdeling Ciater adalah beberapa contoh yang relatif terpelihara. Umumnya, gedung-gedung ini dijadikan rumah dinas kepala afdeling ataupun kantor administrasi kebun.
Namun terdapat pula beberapa bangunan yang kondisinya memprihatinkan. Rumah dinas kepala afdeling kebun Bukanagara, Desa Cupunagara, Cisalak misalnya, kini tampak tak terurus. Berada di atas bukit kecil, gedung tua tak berpenghuni ini tampak kusam, beberapa genting bolong-bolong dan beberapa kusen jendelanya hampir copot. Walau dari jauh tampak menarik sebagai sebuah villa, lengkap dengan cerobong tungkunya, tapi dari dekat lebih mirip rumah hantu. Konon bangunan tersebut dibuat sekitar tahun 1930-1931.
Benda atau bangunan benda cagar budaya sesungguhnya bukan saja harus dilindungi, tetapi juga harus bisa dijamin kelestariannya. Di Subang, diakui atau tidak, keberadaan benda-benda cagar budaya sangat rawan berubah, bahkan rawan tergusur karena intervensi kekuatan komersial maupun karena kurangnya dukungan dana. Sebagai kota yang berkembang pesat, Subang dalam 5-10 tahun ke depan dikhawatirkan bukan saja tampil makin gemerlap dan modern, tetapi juga makin seragam, seolah-olah tidak ada lagi kekhasan dan akar sejarah kota yang tersisa.
Sejauh mana pemerintah, organisasi sosial dan warga Subang ini peduli pada upaya pelestarian bangunan dan benda cagar budaya yang dimiliki. Untuk menjawab pertanyaan ini harus diakui bukanlah hal yang mudah. Sekalipun disadari bahwa eksistensi bangunan dan benda cagar budaya perlu dilindungi dan dilestarikan, tetapi dalam praktiknya tidak selalu keinginan dan harapan mulia itu paralel dengan kenyataan di lapangan.
Akselerasi perkembangan kota yang luar biasa cepat dan dominannya pengaruh kekuatan komersial sering menyebabkan pertimbangan pragmatis menjadi lebih menonjol daripada pertimbangan yang idealis.
(Disarikan dari http://gerbang.jabar.go.id/kabsubang/index.php?index=16&idberita=183)
Sisingaan kesenian Subang
Sisingaan atau Odong-odong (dalam sebutan lain Gotong Singa) merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat Jawa Barat, khas Subang berupa keterampilan memainkan tandu patung kepala singa yang didekorasi berwarna-warni dan diusung oleh beberapa orang. Pertunjukan ini sering disajikan sebagai bagian dari upacara sunatan atau upacara lainnya dalam bentuk arak-arakan.
Sisingaan biasanya ditampilkan dalam dua bentuk yang berbeda. Warga Subang menamakannya sebagai singa pergosi dan singa buhun.
Pada atraksi sisingaan, sepasang anak kecil dengan memakai baju adat Sunda dinaikkan keatas sepasang tandu singa, yang diusung oleh empat orang pengarak. Atraksi dilakukan dengan berputar-putar, ataupun maju mundur dan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota sampai akhirnya kembali ke tempat semula.
Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug.
Gerakan-gerakan semacam jurus-jurus silat ditampilkan dipadu dengan gerakan jaipongan, tarian khas Jawa Barat. Atraksi sisingan memadukan tiga unsur seni utama. Yaitu seni gerak tari atau pencak silat dan jaipongan. Seni suara gamelan kendang dan gong, serta seni busana para pemainnya.
Para pemain sisingaan menampilkan gerak akrobat dan tarian yang atraktif. Berbagai gerakan ini membuat warga yang menyaksikan merasa terhibur. Semua atraksi akrobat ini dilakukan para pemanin yang terlatih tanpa unsur magic.
Sisingaan tetap bertahan sebagai seni pertunjukan rakyat Subang, Jawa Barat. Sisingaan tetap diminati karena atraksinya menarik dan menghibur.
(www.legowwo.multiply.com)
Kegiatan TeSIS terdahulu
Tesis telah dilaksanakan sejak tahun 2001, tahun 2007 tidak diadakan dan sekarang tahun 2008 akan diadakan kembali di Subang Jawa barat.
Kegiatan tesis meliputi kegiatan meerencanakan, melaksanakan dan melaporkan penelitian secara tertulis. Di samping itu siswa juga akan melakukan sosialisasi dengan warga setempat. Karena data penelitian sebagian besar harus digali dari masyarakat.
Walaupun kesannya formal dan harus membuat laporan pula, namun pada pelaksanaannya TeSIS malah menyenangkan, karena inilah ajang di mana satu angkatan menghabiskan waktu 4 hari bersama di suatu desa yang sederhana, bercengkrama dengan sesama ataupun dengan warga. Ada juga kegiatan hiburannya yaitu olahraga yang terkadang berupa pertandingan persahabatan dengan warga dan bakti sosial.
Secara lengkap TeSIS dari tahun ke tahun adalah...
TeSIS 2001 di desa Coblong, Bogor
TeSIS 2002 di desa Pasawahan, Kuningan
TeSIS 2003 di desa Situraja, Sumedang
TeSIS 2004 di desa Sukaraja, Tasik Malaya
TeSIS 2005 di desa Cigugur, Kuningan
TeSIS 2006 di desa Wanaraja, Garut
Rabu, 19 November 2008
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Kuesioner/Angket
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
2 Interview / Wawancara
Pedoman Wawancara
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
3 Observasi
Panduan Observasi
Benda, kondisi, situasi, proses, perilaki
4 Studi Dokumen
Form Pencatat Dokumen
Catatan resmi, dokumen, UU, Putusan hakim, buku, jurnal, dsb
Metode Pengumpulan Data (Sutrisno Hadi, 1998: 67) :
* Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
* Interview, yaitu pengumpulan data yang bercakap-cakap dengan sumber data baik langsung maupun tidak langsung
* Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati kegiatan tertentu
* Test, yaitu pengumpulan data yang bersifat potensial
* Eksperimen, yaitu pengumpulan data yang memakai cara dengan mengadakan suatu percobaan terhadap sesuatu hal
* Dokumenter, yaitu pengumpulan data dengan mengambil data yang sudah tercatat dalam dokumen
KUESIONER (ANGKET)
Pengertian
* Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140
* Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
Jenis kuesioner dapat dibeda-bedakan dari berbagai sudut pandang :
Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
* Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
* Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.
Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
* Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
* Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuknya maka ada:
* Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesionr tertutup.
* Kuesioner isian yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
* Chek list sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek pada kolom yang sesuai.
* Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN KUESIONER
Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
* Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
* Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
* Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
* Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
* Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
* Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
* Seringkali sukar dicari validitasnya
* Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
* Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
* Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
Langkah Menyusun Angket
* Menyusun matrik spesifik data
* Menyusun angket
* Try out (uji coba angket)
* Revisi angket
* Memperbanyak angket
Ad, 1 Menyusun matrik spesifik data
* Matrik spesifik data berguna untuk melihat atau memperjelas permasalahan yang akan dituangkan di dalam angket, antara lain konsep-konsep yang diteliti, variabel-variabel apa saja yang perlu diukur dan diidentifikasi
* Batas konsep yang akan diteliti
* Variabel-variabel yang perlu diidentifikasi dan diukur yaitu Variabel bebas dan variabel terikat
Ad. 2. Menyusun angket
* Kisi-kisi instrumen : berisi tentang konsep yang dijabarkan dalam variabel-variabel, indikator-indikator yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Masing-masing indikator selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun angket.
* Item angket : item-item angket sebagai alat ukur didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya.
* Setelah indikator-indikator ditetapkan kemudian dituangkan ke dalam item-item angket yang disusun sesuai tujuan penelitian.
Ad. 3 Try Out (uji coba) angket
* Sebelum penggunaan yang sebenarnya sangat mutlak adanya uji coba terhadap isi maupun bahasa redaksi dari angket yang telah selesai disusun.
Tujuan diadakan try out ini adalah sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1998: 166) :
* Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
* Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
* Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
* Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.
* Melalui try out ini angket juga diuji validitas dan rehabilitasnya. Instrumen yang baik mempunyai validitas dan rehabilitas yang tinggi.
Ad. 4. Revisi angket
* Hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket. Revisi angket dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid selama masih ada item yang mewakili.
ad. 5 Memperbanyak angket
* Setelah angket direvisi maka langkah selanjutnya adalah memperbanyak angket yang telah direvisi tersebut sesuai dengan jumlah yang dikehendaki, juga perlu diperhitungkan kemungkinan tak kembalinya angket.
INTERVIEW ATAU WAWANCARA
* Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Cin utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
* Interview adalah “sebuah dialog (interview) yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)” (Suharsimi Arikunto, 1999: 149).
Jenis Interview
* Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan
* Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
* Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin
Observasi
Pengertian
* Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi"(Mohamad Ali, 1995 : 91).
* Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki” (Sutrisno Hadi, 1998: 136).
* Teknik atau cara ini banyak digunakan baik dalam penelitian sejarah, deskriptif ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.
Jenis observasi dibagi dua yaitu:
* Observasi langsung merupakan pengamatan terhadap perilaku dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bersifat pasif sebagai pengamat.
* Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan :
* Derajat kepercayaan tinggi
* Konteks sosial yang diamati belum dipengaruhi faktor lain (natural)
* Tidak terbatas hanya pada manusia
* Dapat menggunakan alat bantu
Kelemahan :
* Memerlukan waktu yang lama
* Kurang efektif mengamati gejala pada individu seperti sikap, motivasi, pandangan dan sebagainya
* Tidak dapat mengamati gejala yang peka / rahasia
* Tidak dapat mengamati gejala masa lampau.
Studi Dokumen (Pustaka)
Proses pengumpulan data :
* Menentukan bahan hukum yang dicari
* Mencari sumber bahan hukum (data sekunder) yang diperlukan
* Melakukan content identification (dengan mempelajari substansi)
* Mencatat data/bahan hukum dalam form pencatat dokumen
* Mengklasifikasi data dalam form pencatat sesuai permasalahan yang diteliti.
sumber : hukum.uns.ac.id
1. Kuesioner/Angket
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
2 Interview / Wawancara
Pedoman Wawancara
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
3 Observasi
Panduan Observasi
Benda, kondisi, situasi, proses, perilaki
4 Studi Dokumen
Form Pencatat Dokumen
Catatan resmi, dokumen, UU, Putusan hakim, buku, jurnal, dsb
Metode Pengumpulan Data (Sutrisno Hadi, 1998: 67) :
* Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
* Interview, yaitu pengumpulan data yang bercakap-cakap dengan sumber data baik langsung maupun tidak langsung
* Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati kegiatan tertentu
* Test, yaitu pengumpulan data yang bersifat potensial
* Eksperimen, yaitu pengumpulan data yang memakai cara dengan mengadakan suatu percobaan terhadap sesuatu hal
* Dokumenter, yaitu pengumpulan data dengan mengambil data yang sudah tercatat dalam dokumen
KUESIONER (ANGKET)
Pengertian
* Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140
* Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
Jenis kuesioner dapat dibeda-bedakan dari berbagai sudut pandang :
Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
* Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
* Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.
Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
* Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
* Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuknya maka ada:
* Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesionr tertutup.
* Kuesioner isian yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
* Chek list sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek pada kolom yang sesuai.
* Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN KUESIONER
Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
* Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
* Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
* Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
* Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
* Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
* Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
* Seringkali sukar dicari validitasnya
* Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
* Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
* Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
Langkah Menyusun Angket
* Menyusun matrik spesifik data
* Menyusun angket
* Try out (uji coba angket)
* Revisi angket
* Memperbanyak angket
Ad, 1 Menyusun matrik spesifik data
* Matrik spesifik data berguna untuk melihat atau memperjelas permasalahan yang akan dituangkan di dalam angket, antara lain konsep-konsep yang diteliti, variabel-variabel apa saja yang perlu diukur dan diidentifikasi
* Batas konsep yang akan diteliti
* Variabel-variabel yang perlu diidentifikasi dan diukur yaitu Variabel bebas dan variabel terikat
Ad. 2. Menyusun angket
* Kisi-kisi instrumen : berisi tentang konsep yang dijabarkan dalam variabel-variabel, indikator-indikator yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Masing-masing indikator selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun angket.
* Item angket : item-item angket sebagai alat ukur didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya.
* Setelah indikator-indikator ditetapkan kemudian dituangkan ke dalam item-item angket yang disusun sesuai tujuan penelitian.
Ad. 3 Try Out (uji coba) angket
* Sebelum penggunaan yang sebenarnya sangat mutlak adanya uji coba terhadap isi maupun bahasa redaksi dari angket yang telah selesai disusun.
Tujuan diadakan try out ini adalah sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1998: 166) :
* Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
* Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
* Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
* Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.
* Melalui try out ini angket juga diuji validitas dan rehabilitasnya. Instrumen yang baik mempunyai validitas dan rehabilitas yang tinggi.
Ad. 4. Revisi angket
* Hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket. Revisi angket dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid selama masih ada item yang mewakili.
ad. 5 Memperbanyak angket
* Setelah angket direvisi maka langkah selanjutnya adalah memperbanyak angket yang telah direvisi tersebut sesuai dengan jumlah yang dikehendaki, juga perlu diperhitungkan kemungkinan tak kembalinya angket.
INTERVIEW ATAU WAWANCARA
* Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Cin utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
* Interview adalah “sebuah dialog (interview) yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)” (Suharsimi Arikunto, 1999: 149).
Jenis Interview
* Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan
* Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
* Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin
Observasi
Pengertian
* Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi"(Mohamad Ali, 1995 : 91).
* Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki” (Sutrisno Hadi, 1998: 136).
* Teknik atau cara ini banyak digunakan baik dalam penelitian sejarah, deskriptif ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.
Jenis observasi dibagi dua yaitu:
* Observasi langsung merupakan pengamatan terhadap perilaku dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bersifat pasif sebagai pengamat.
* Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan :
* Derajat kepercayaan tinggi
* Konteks sosial yang diamati belum dipengaruhi faktor lain (natural)
* Tidak terbatas hanya pada manusia
* Dapat menggunakan alat bantu
Kelemahan :
* Memerlukan waktu yang lama
* Kurang efektif mengamati gejala pada individu seperti sikap, motivasi, pandangan dan sebagainya
* Tidak dapat mengamati gejala yang peka / rahasia
* Tidak dapat mengamati gejala masa lampau.
Studi Dokumen (Pustaka)
Proses pengumpulan data :
* Menentukan bahan hukum yang dicari
* Mencari sumber bahan hukum (data sekunder) yang diperlukan
* Melakukan content identification (dengan mempelajari substansi)
* Mencatat data/bahan hukum dalam form pencatat dokumen
* Mengklasifikasi data dalam form pencatat sesuai permasalahan yang diteliti.
sumber : hukum.uns.ac.id
MENULIS LAPORAN
Menulis sebuah laporan kegian ilmiah merupakan sebuah pekerjaan dengan tantangan yang khas, sebagian dikarenakan harapan kita ketika membaca sebuah laporan kegiatan ilmiah sangat berbeda dengan ketika kita membaca jenis naskah lainnya. Normalnya, kamu tidak membaca sebuah laporan kegiatan ilmiah secara linier "dari awal sampai akhir". Pada saat membaca sebuah laporan kegiatan ilmiah orang biasanya memusatkan perhatian untuk mendapatkan poin-poin penting dengan membaca abstrak/ringkasan, gambar, atau paragraf awal dalam bab pembahasan. Perhatian terhadap teks selebihnya baru diberikan ketika seseorang akan mengulang percobaan, mengumpulkan informasi untuk tinjauan pustaka, atau mengevaluasi kekurangan dalam metoda yang digunakan atau interpretasi hasilnya. Sebuah laporan kegiatan ilmiah hendaknya ditulis dengan sejelas dan setepat mungkin. Selain itu laporan kegiatan ilmiah harus mengacu pada sejumlah informasi penting tentang pelaksanaan penelitian. Data harus diringkas dalam beberapa cara: dengan menggunakan tabel, gambar, dan teks hasil (yang mungkin juga memuat analisis statistik).
Sebaiknya kamu menghindari kalimat-kalimat berbunga, lebih baik langsung ke pokok pikiran/masalah yang dimaksud. Gunakan gaya bahasa yang datar dan sebisa mungkin hindari penggunaan jargon yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu. Kamu dapat mengunakan kalimat pasif untuk menjelaskan gagasan-gagasan mu. Ketika menguraikan hasil, lakukan seolah-olah sedang menjelaskan gambar atau tabel kepada seorang teman. Sebaiknya dihindari penggunaan terminologi statistik dalam tubuh kalimat. Terakhir, organisasikan naskah menurut format yang ditetapkan oleh panitia penyelenggara.
Sebelum kamu memulai menulis, carilah suatu cara untuk mengorganisasikan bahan-bahan yang dimiliki sehingga diketahui apa yang akan kamu tulis, bagaimana urutannya, dan apa yang ingin disampaikan. Usahakan menulis sebuah outline. Kamu dapat menulis gagasan pada secarik kertas. Tulisan tersebut tidak harus rapi, karena dimaksudkan sebagai alat bantu ketika memikirkan apa yang akan diungkapkan. Gunakan cara apapun yang cocok untukmu bagaimanapun anehnya cara tersebut!
Ketika merencanakan penulisan, jangan mengkhawatirkan bahasa. Pusatkan perhatian mu pada apa yang akan diungkapkan. Jangan membuang waktu dengan terlalu memusatkan perhatian pada ejaan. Hal-hal tersebut dapat dipikirkan belakangan setelah diputuskan tentang apa yang akan diungkapkan. Jika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki tata-bahasa dalam menyusun naskah awal, harus diingat, mungkin belakangan nanti akan banyak paragarf yang harus dihilangkan karena ternyata tidak diperlukan; atau setidaknya harus dilakukan perubahan yang mendasar. Dengan demikian, berikan perhatian pada tata-bahasa setelah yakin benar dengan apa yang akan diungkapkan.
Para penulis yang lebih berpengalaman umumnya menulis ulang dan melakukan perubahan teks lebih mendalam daripada mereka yang kurang berpengalaman. Setiap orang memerlukan waktu yang cukup untuk dapat menyusun karya yang baik. Semakin baik seorang penulis akan semakin dapat melihat bahwa gagasan/tulisan/ pemikiran awal yang dapat diperbaiki. Karena itu, kamu harus memberi waktu cukup pada diri mu sendiri untuk menulis ulang gagasan/pemikiran agar nantinya pembaca mencapai pemahaman terbaik tentang apa yang ingin kamu ungkapkan, bukannya apa yang terbaik yang dapat dicapai pada menit-menit terakhir.
Mintalah beberapa orang membaca apa yang telah ditulis. Minta tolonglah pada teman, atau guru pembimbing anda. Lakukan hal tersebut tanpa menunggu naskah anda "sempurna" karena jika orang yang kamu mintai tolong memberi saran perubahan mungkin kamu akan merasa keberatan melakukannya. Berikan kepada temanmu naskah sementara (draft) dan beritahukan umpan balik apa yang anda perlukan: komentar atas organisasi naskah? gagasan? bahasa? Atau aspek teknis dari apa yang sudah kamu tulis.
Karya yang bagus memerlukan latihan. Orang yang dapat menjadikan diri kita sebagai penulis yang handal hanyalah diri kita sendiri. Jadi lakukan pekerjaan tersebut, tunjukkan hasilnya pada orang lain, lalu tulis ulang, tulis ulang, dan tulis ulang naskah anda.
Tersedia banyak buku teks maupun panduan menulis yang dapat dijadikan acuan. Buku-buku tersebut memberikan banyak metode yang dapat diterapkan, namun jika metode-metode tersebut tidak cocok untuk anda maka gunakan cara anda sendiri.
Sumber : http://www.progriptek.ristek.go.id
Sebaiknya kamu menghindari kalimat-kalimat berbunga, lebih baik langsung ke pokok pikiran/masalah yang dimaksud. Gunakan gaya bahasa yang datar dan sebisa mungkin hindari penggunaan jargon yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu. Kamu dapat mengunakan kalimat pasif untuk menjelaskan gagasan-gagasan mu. Ketika menguraikan hasil, lakukan seolah-olah sedang menjelaskan gambar atau tabel kepada seorang teman. Sebaiknya dihindari penggunaan terminologi statistik dalam tubuh kalimat. Terakhir, organisasikan naskah menurut format yang ditetapkan oleh panitia penyelenggara.
Sebelum kamu memulai menulis, carilah suatu cara untuk mengorganisasikan bahan-bahan yang dimiliki sehingga diketahui apa yang akan kamu tulis, bagaimana urutannya, dan apa yang ingin disampaikan. Usahakan menulis sebuah outline. Kamu dapat menulis gagasan pada secarik kertas. Tulisan tersebut tidak harus rapi, karena dimaksudkan sebagai alat bantu ketika memikirkan apa yang akan diungkapkan. Gunakan cara apapun yang cocok untukmu bagaimanapun anehnya cara tersebut!
Ketika merencanakan penulisan, jangan mengkhawatirkan bahasa. Pusatkan perhatian mu pada apa yang akan diungkapkan. Jangan membuang waktu dengan terlalu memusatkan perhatian pada ejaan. Hal-hal tersebut dapat dipikirkan belakangan setelah diputuskan tentang apa yang akan diungkapkan. Jika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki tata-bahasa dalam menyusun naskah awal, harus diingat, mungkin belakangan nanti akan banyak paragarf yang harus dihilangkan karena ternyata tidak diperlukan; atau setidaknya harus dilakukan perubahan yang mendasar. Dengan demikian, berikan perhatian pada tata-bahasa setelah yakin benar dengan apa yang akan diungkapkan.
Para penulis yang lebih berpengalaman umumnya menulis ulang dan melakukan perubahan teks lebih mendalam daripada mereka yang kurang berpengalaman. Setiap orang memerlukan waktu yang cukup untuk dapat menyusun karya yang baik. Semakin baik seorang penulis akan semakin dapat melihat bahwa gagasan/tulisan/ pemikiran awal yang dapat diperbaiki. Karena itu, kamu harus memberi waktu cukup pada diri mu sendiri untuk menulis ulang gagasan/pemikiran agar nantinya pembaca mencapai pemahaman terbaik tentang apa yang ingin kamu ungkapkan, bukannya apa yang terbaik yang dapat dicapai pada menit-menit terakhir.
Mintalah beberapa orang membaca apa yang telah ditulis. Minta tolonglah pada teman, atau guru pembimbing anda. Lakukan hal tersebut tanpa menunggu naskah anda "sempurna" karena jika orang yang kamu mintai tolong memberi saran perubahan mungkin kamu akan merasa keberatan melakukannya. Berikan kepada temanmu naskah sementara (draft) dan beritahukan umpan balik apa yang anda perlukan: komentar atas organisasi naskah? gagasan? bahasa? Atau aspek teknis dari apa yang sudah kamu tulis.
Karya yang bagus memerlukan latihan. Orang yang dapat menjadikan diri kita sebagai penulis yang handal hanyalah diri kita sendiri. Jadi lakukan pekerjaan tersebut, tunjukkan hasilnya pada orang lain, lalu tulis ulang, tulis ulang, dan tulis ulang naskah anda.
Tersedia banyak buku teks maupun panduan menulis yang dapat dijadikan acuan. Buku-buku tersebut memberikan banyak metode yang dapat diterapkan, namun jika metode-metode tersebut tidak cocok untuk anda maka gunakan cara anda sendiri.
Sumber : http://www.progriptek.ristek.go.id
PEMILIHAN TOPIK
Pilihlah sebuah topik yang menarik menurut kamu, jangan mengerjakan semua ide. Mungkin saja kamu dapat mengerjakan sebagian atau semua ide. Tapi itu akan menghabiskan banyak waktu. Hal penting untuk melakukan eksperimen adalah mempelajari lebih banyak tentang ilmu itu sendiri. Tidak perlu harus sangat lengkap dan diharapkan menjadi sukses dalam melakukan eksperimen mu. Tapi yang pasti eksperimen yang bagus dapat dikembangkan untuk menjawab pertanyaan yang mendasar tentang kejadian dan situasi dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mudah untuk memilih sebuah topik :
1. Perhatikan alam sekitarmu; Gunakan kalimat "saya ingin tahu mengapa......." , hal tersebut akan sangat membantu mu dalam mendapatkan topik. Sebagai contoh Saya ingin tahu mengapa bunga yang dipotong tangkainya bisa tetap segar didalam vas yang berisi air? Pertanyaan ini akan mendorong kamu untuk melakukan eksperimen. Apakah ada pengaruh selain air yang membuat bunga tetap segar? Atau apakah cara pemotongan ranting dapat mempengaruhi kesegarannya? Pertanyaan-pertanyaan yang berkelanjutan ini akan membuat kamu mendapatkan topik untuk melakukan eksperimen. Tetaplah buka mata dan telinga kamu, dan mulai menayakan pada diri kamu sendiri dengan pertanyaan penyelidikan.Ada sejumlah pertanyaan yang dirumuskan dan ada pula yang ditanyakan kepada diri kamu sendiri yang dapat digunakan untuk mengembankan topik kegiatan ilmiah. Pertanyaan ini dapat membimbing kamu untuk mengembangkan eksperimen, topiknya tentang genetika.
2. Pengalaman diri kamu sendiri; Kamu pasti pernah mengalami sakit flu. Sakit flu memang tidak menyenangkan, tetapi kamu dapat menggunakan ketidaknyamanan ini sebagai alat untuk memilih topik eksperimen kamu. Kamu dapat mencatat bahwa jika sakit flu makanan terasa tidak enak. Kemudian kamu tidak dapat mencium aroma makanan tersebut karena hidung tersumbat. Seharusnya kamu akan mempunyai pertanyaan apakah penciuman akan mempengaruhi rasa? Catatlah hipotesis mu dan mulailah merancang sebuah eksperimen.
3. Dapatkan dari majalah ilmiah atau buku kumpulan kegiatan ilmiah: Dari majalah ilmiah kamu bisa mendapatkan fakta-fakta yang menarik bagi kamu dan yang membimbing kamu untuk membuat pertanyaan-pertanyaan penyelidikan. Jangan berharap ide-ide topik dalam majalah ilmiah, apalagi instruksi-instruksi mengenai langkah-langkah eksperimen dan rancangan eksperimen. Sebuah artikel dapat membawa kamu memikirkan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan lainnya. Buku-buku kumpulan kegiatan ilmiah dapat memberikan ide-ide eksperimen dan dapat mempertajam kemampuan kamu dalam mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan.
Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti jangan berkesperimen dengan hewan bertulang belakang atau bakteri, melainkan dengan ijin khusus dari organisasi setempat di daerah kamu. Eksperimen juga tidak boleh merusak atau mengintimidasi subyek eksperimen
sumber :Johanes Surya, Penelitian ilmiah Remaja
Cara mudah untuk memilih sebuah topik :
1. Perhatikan alam sekitarmu; Gunakan kalimat "saya ingin tahu mengapa......." , hal tersebut akan sangat membantu mu dalam mendapatkan topik. Sebagai contoh Saya ingin tahu mengapa bunga yang dipotong tangkainya bisa tetap segar didalam vas yang berisi air? Pertanyaan ini akan mendorong kamu untuk melakukan eksperimen. Apakah ada pengaruh selain air yang membuat bunga tetap segar? Atau apakah cara pemotongan ranting dapat mempengaruhi kesegarannya? Pertanyaan-pertanyaan yang berkelanjutan ini akan membuat kamu mendapatkan topik untuk melakukan eksperimen. Tetaplah buka mata dan telinga kamu, dan mulai menayakan pada diri kamu sendiri dengan pertanyaan penyelidikan.Ada sejumlah pertanyaan yang dirumuskan dan ada pula yang ditanyakan kepada diri kamu sendiri yang dapat digunakan untuk mengembankan topik kegiatan ilmiah. Pertanyaan ini dapat membimbing kamu untuk mengembangkan eksperimen, topiknya tentang genetika.
2. Pengalaman diri kamu sendiri; Kamu pasti pernah mengalami sakit flu. Sakit flu memang tidak menyenangkan, tetapi kamu dapat menggunakan ketidaknyamanan ini sebagai alat untuk memilih topik eksperimen kamu. Kamu dapat mencatat bahwa jika sakit flu makanan terasa tidak enak. Kemudian kamu tidak dapat mencium aroma makanan tersebut karena hidung tersumbat. Seharusnya kamu akan mempunyai pertanyaan apakah penciuman akan mempengaruhi rasa? Catatlah hipotesis mu dan mulailah merancang sebuah eksperimen.
3. Dapatkan dari majalah ilmiah atau buku kumpulan kegiatan ilmiah: Dari majalah ilmiah kamu bisa mendapatkan fakta-fakta yang menarik bagi kamu dan yang membimbing kamu untuk membuat pertanyaan-pertanyaan penyelidikan. Jangan berharap ide-ide topik dalam majalah ilmiah, apalagi instruksi-instruksi mengenai langkah-langkah eksperimen dan rancangan eksperimen. Sebuah artikel dapat membawa kamu memikirkan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan lainnya. Buku-buku kumpulan kegiatan ilmiah dapat memberikan ide-ide eksperimen dan dapat mempertajam kemampuan kamu dalam mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan.
Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti jangan berkesperimen dengan hewan bertulang belakang atau bakteri, melainkan dengan ijin khusus dari organisasi setempat di daerah kamu. Eksperimen juga tidak boleh merusak atau mengintimidasi subyek eksperimen
sumber :Johanes Surya, Penelitian ilmiah Remaja
PROSES PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Penelusuran pustaka
4. Rancangan penelitian
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penyimpulan hasil
Tahapan ini hendaknya tidak dilihat sebagai lingkaran tertutup, tetapi sebagai suatu spiral yang semakin lama makin tinggi. Penyimpulan hasil suatu penelitian akan merupakan masukan bagi proses penelitian lanjutan, dan seterusnya.
1. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitia
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
ata yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Penelusuran pustaka
4. Rancangan penelitian
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penyimpulan hasil
Tahapan ini hendaknya tidak dilihat sebagai lingkaran tertutup, tetapi sebagai suatu spiral yang semakin lama makin tinggi. Penyimpulan hasil suatu penelitian akan merupakan masukan bagi proses penelitian lanjutan, dan seterusnya.
1. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitia
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
ata yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
KATEGORI PENELITIAN
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, misalnya:
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
Metode ilmiah
Metode ilmiah digunakan oleh para ilmuwan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan. Metode ilmiah adalah suatu proses berpikir untuk mendapatkan cara penyelesaian yang mungkin terhadap suatu masalah. Proses tersebut termasuk dengan mencoba tiap-tiap kemungkinan untuk mendapatkan pemecahan yang terbaik. Tahap-tahap metode ilmiah meliputi :
1. Pengumpulan informasi
2. Identifikasi masalah
3. Perumusan Hipotesis
4. Eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
1. Pengumpulan informasi
Sumber informasi antara lain : pengalaman diri sendiri, sumber-sumber ilmu pengetahuan ataupun data dari penelitian yang berhubungan dengan percobaan-percobaan yang akan dilakukan.
Misalnya kamu menemukan roti ketika akan makan roti yang dibeli ibu kemaren sore. Mungkin saja informasi dari pengalaman pribadi tersebut bisa saja mendorong kamu untuk melakukan sebuah penelitian.
Atau kamu pernah mendengar informasi dari guru bahwa jamur dapat tumbuh pada suhu atau kelembaban tertentu pada pelajaran biologi. Teori ini seharusnya dapat mendorong kamu untuk melakukan penelitian lebih jauh.
2. Identifikasi masalah
Penelitian seharusnya sesuatu yang baru. Ia harus menambahkan pengetahuan baru pada bidang penelitian sehingga kita harus menampilkan dengan cara bagaimana karya kita mengeksplorasi bidang/issu/pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi, atau belum dieksplorasi secara detail, dan atau tidak dieksplorasi dengan cara yang diterapkan dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan kata lain, kita perlu memberikan alasan rasional bagi penelitian yang kita kerjakan (yaitu menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut).
Masalah adalah pertanyaan ilmiah yang akan dicari solusinya. Masalah dapat diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Masalah pertanyaan didefinisikan dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, dan yang dikaji dalam penelitian yang kita kerjakan. Untuk mempermudah dapat pula digunakan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Misalnya bagaimana lampu mempengaruhi perkembangbiakan jamur roti pada roti tawar.
Hal-hal yang harus kamu perhatikan adalah sebagai berikut : Batasi masalah. Perhatikan bahwa pertanyaanmu sebelumnya adalah mengenai suatu proses kehidupan jamur. Kamu bisa membatasi pertanyaanmu hingga pada satu jenis jamur atau pada beberapa kondisi suhu dengan cara menggunakan beberapa lampu dengan daya berbeda. Pilih masalah yang dapat dipecahkan.
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu ide untuk menyelesaikan suatu masalah. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu eksperimen. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Hipotesis menghubungkan dua faktor. Sebagai contoh, pada penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan adalah adalah lampu dan pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk menjawab pertanyaan di atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak.
Dasar-dasar hipotesis yang saya gunakan :
*
Tumbuh-tumbuhan dengan klorofil memerlukan cahaya untuk hidup. Jamur tidak mempunyai klorofil
*
Dari informasi yang saya dapat bahwa jamur roti dapat tumbuh pada roti tawar yang diletakan dalam kotak roti yang gelap
Pada mulanya tidak banyak orang berpendapat bahwa penelitian lebih berhubungan dengan pengumpulan fakta-fakta daripada menduga-duga jawaban suatu masalah. Belakangan baru diyakini manfaat hipotesis bagi pelaksanaan penelitian. Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4. Eksperimen
ksperimen adalah proses pengujian hipotesis. Sesuatu yang mempengaruhi eksperimen disebut variabel. Ada tiga jenis untuk mengidentifikasi eksperimen: variabel bebas, variabel tidak bebas dan variabel pengontrol.
Variabel bebas adalah variabel yang bisa diubah. Variabel tak bebas adalah variabel setelah pengamatan, bisa berubah karena dipengaruhi variabel bebas. Variabel-variabel yang tidak berubah disebut variabel variabel pengontrol. Pada eksperimen perkembangbiakan jamur roti, variabel bebasnya adalah cahaya dan variabel tak bebas adalah perkembang biakan jamur roti. Sedangkan variabel pengontrolnya aalah suhu dan lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik lakukan eksperimen lebih dari sekali. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Hanya ada satu variabel bebas selama melakukan eksperimen; Ulangi eksperimen lebih dari satu kali untuk menegaskan hasil eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
Kesimpulan adalah intisari dari hasil eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil eksperimen berbeda dengan hipotesis. Jika perlu kesimpulannya dapat diakhiri dengan memberikan masukan-masukan untuk pengujian selanjutnya.
Jika hasil eksperimen tidak mendukung hipotesis : Jangan ubah hipotesis tersebut; Jangan buang hasil eksperimen yang tidak mendukung hipotesis kamu;Berikan alasan-alasan yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan antara hipotesis kamu dengan hasil eksperimen; Berikan cara-cara yang dapat digunakan dalam percobaan selanjutnya untuk memperkuyat eksperimen awal kamu.
Jika hasil eksperimen mendukung hipotesis: Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan : menurut hipotesis saya, saya yakin bahwa jamur roti tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak. Hasil eksperimen saya mendukung ide tersebut bahwa jamur roti dapat berkembang biak tanpa cahaya. Setelah 21 hari, jamur roti telah tumbuh pada bahan uji, baik bahan yang ditempatkan di tempat gelap dan juga bahan uji, yang diberi cahaya. Kemungkinan temperatur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, dimana temperatur dalam kotak tertutup lebih tinggi daripada dalam kotak terbuka. Untuk pengujian selanjutnya, saya akan memilih temperatur sebagai variabel bebas dan menguji pengaruh perubahan temperatur terhadap pertumbuhan jamur roti.
1. Pengumpulan informasi
2. Identifikasi masalah
3. Perumusan Hipotesis
4. Eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
1. Pengumpulan informasi
Sumber informasi antara lain : pengalaman diri sendiri, sumber-sumber ilmu pengetahuan ataupun data dari penelitian yang berhubungan dengan percobaan-percobaan yang akan dilakukan.
Misalnya kamu menemukan roti ketika akan makan roti yang dibeli ibu kemaren sore. Mungkin saja informasi dari pengalaman pribadi tersebut bisa saja mendorong kamu untuk melakukan sebuah penelitian.
Atau kamu pernah mendengar informasi dari guru bahwa jamur dapat tumbuh pada suhu atau kelembaban tertentu pada pelajaran biologi. Teori ini seharusnya dapat mendorong kamu untuk melakukan penelitian lebih jauh.
2. Identifikasi masalah
Penelitian seharusnya sesuatu yang baru. Ia harus menambahkan pengetahuan baru pada bidang penelitian sehingga kita harus menampilkan dengan cara bagaimana karya kita mengeksplorasi bidang/issu/pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi, atau belum dieksplorasi secara detail, dan atau tidak dieksplorasi dengan cara yang diterapkan dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan kata lain, kita perlu memberikan alasan rasional bagi penelitian yang kita kerjakan (yaitu menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut).
Masalah adalah pertanyaan ilmiah yang akan dicari solusinya. Masalah dapat diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Masalah pertanyaan didefinisikan dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, dan yang dikaji dalam penelitian yang kita kerjakan. Untuk mempermudah dapat pula digunakan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Misalnya bagaimana lampu mempengaruhi perkembangbiakan jamur roti pada roti tawar.
Hal-hal yang harus kamu perhatikan adalah sebagai berikut : Batasi masalah. Perhatikan bahwa pertanyaanmu sebelumnya adalah mengenai suatu proses kehidupan jamur. Kamu bisa membatasi pertanyaanmu hingga pada satu jenis jamur atau pada beberapa kondisi suhu dengan cara menggunakan beberapa lampu dengan daya berbeda. Pilih masalah yang dapat dipecahkan.
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu ide untuk menyelesaikan suatu masalah. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu eksperimen. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Hipotesis menghubungkan dua faktor. Sebagai contoh, pada penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan adalah adalah lampu dan pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk menjawab pertanyaan di atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak.
Dasar-dasar hipotesis yang saya gunakan :
*
Tumbuh-tumbuhan dengan klorofil memerlukan cahaya untuk hidup. Jamur tidak mempunyai klorofil
*
Dari informasi yang saya dapat bahwa jamur roti dapat tumbuh pada roti tawar yang diletakan dalam kotak roti yang gelap
Pada mulanya tidak banyak orang berpendapat bahwa penelitian lebih berhubungan dengan pengumpulan fakta-fakta daripada menduga-duga jawaban suatu masalah. Belakangan baru diyakini manfaat hipotesis bagi pelaksanaan penelitian. Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4. Eksperimen
ksperimen adalah proses pengujian hipotesis. Sesuatu yang mempengaruhi eksperimen disebut variabel. Ada tiga jenis untuk mengidentifikasi eksperimen: variabel bebas, variabel tidak bebas dan variabel pengontrol.
Variabel bebas adalah variabel yang bisa diubah. Variabel tak bebas adalah variabel setelah pengamatan, bisa berubah karena dipengaruhi variabel bebas. Variabel-variabel yang tidak berubah disebut variabel variabel pengontrol. Pada eksperimen perkembangbiakan jamur roti, variabel bebasnya adalah cahaya dan variabel tak bebas adalah perkembang biakan jamur roti. Sedangkan variabel pengontrolnya aalah suhu dan lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik lakukan eksperimen lebih dari sekali. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Hanya ada satu variabel bebas selama melakukan eksperimen; Ulangi eksperimen lebih dari satu kali untuk menegaskan hasil eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
Kesimpulan adalah intisari dari hasil eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil eksperimen berbeda dengan hipotesis. Jika perlu kesimpulannya dapat diakhiri dengan memberikan masukan-masukan untuk pengujian selanjutnya.
Jika hasil eksperimen tidak mendukung hipotesis : Jangan ubah hipotesis tersebut; Jangan buang hasil eksperimen yang tidak mendukung hipotesis kamu;Berikan alasan-alasan yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan antara hipotesis kamu dengan hasil eksperimen; Berikan cara-cara yang dapat digunakan dalam percobaan selanjutnya untuk memperkuyat eksperimen awal kamu.
Jika hasil eksperimen mendukung hipotesis: Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan : menurut hipotesis saya, saya yakin bahwa jamur roti tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak. Hasil eksperimen saya mendukung ide tersebut bahwa jamur roti dapat berkembang biak tanpa cahaya. Setelah 21 hari, jamur roti telah tumbuh pada bahan uji, baik bahan yang ditempatkan di tempat gelap dan juga bahan uji, yang diberi cahaya. Kemungkinan temperatur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, dimana temperatur dalam kotak tertutup lebih tinggi daripada dalam kotak terbuka. Untuk pengujian selanjutnya, saya akan memilih temperatur sebagai variabel bebas dan menguji pengaruh perubahan temperatur terhadap pertumbuhan jamur roti.
Langganan:
Postingan (Atom)