Kamis, 20 November 2008

Dari Peninggalan Prasejarah Hingga Tongkrongan ABG


Menelusuri Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya akan larut dan membawa kita ke era prasejarah. Sejumlah penemuan benda-benda bersejarah seperti perlengkapan tradisional era kerajaan hingga reflika candi, tunggangan Dewa Shiwa tersusun dan tertata rapih di sebuah estalase kaca. Meskipun tanpa bicara, namun ia mengungkap fakta sejarah…

Membicarakan sejarah dan asal-usul Kabupaten Subang, dirasa belum lengkap jika belum menyempatkan diri nongkrong seharian di Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya di area Wisma Karya Jl. Ade Irma Suryani No 2 Subang. Di museum warisan peninggalan zaman penjajahan dulu ini tersimpan sekitar 200 item peninggalan purbakala bernilai sejarah sejak zaman prasejarah ratusan tahun silam. Tidak hanya dimuseumkan, namun dari ratusan item benda sejarah tersebut disusun dalam satu alur cerita membingkai sebuah sebuah deretan cerita panjang sejarah dan asal-usul Subang sebagai kota kerajaan.

“Dengan penyajian seperti ini selain sambil rekreasi dan wisata budaya juga diharapkan pengunjung yang datang bisa mendapatkan pengetahuan dan mengapreisasi benda-benda bersejarah dalam setiap periode-nya,” ujar Ahmad Sholeh penjaga museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya Kabupaten Subang

Menurut Sholeh dari jumlah yang ada, benda-benda tersebut diklasifikasikan menjadi delapan klasifikasi, yaitu geologika, biologika, etnografika, historika, numismatika, keramologika, seni rupa dan teknologika. Salah satunya seperti patung Tuian PW Hoflan bersama istri yang terbuat dari tembaga, Senjata Api masa VOC, pedang serdadu (tahun 1925), Kapak dan Corong Sepatu batu, tengkorak Cervus (masa Purba), Fragmen tanduk Kerbau Purba, Guci Thailand (Abad XVIII M), Mangkuk China (Abad XVII), mesin hitung pada masa Inggris dan Mesin Telpon masa Belanda hingga arca Nandi (Sapi Jantan) yang diyakini sebagai kendaraan Dewa Siwa untuk terbang ke Nirwana yang ditemukan di Desa Cipancar Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang.

Menurut Ahmad Sholeh benda-benda sejarah tersebut sebagian ditemukan oleh warga. Penemuan tersebut kemudian dilakukan oleh tim Arkelogi Bandung untuk memastikan benda yang dimaksud, sebelum dimuseumkan di Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya Subang.

Sayangnya, kekayaan khazanah sejarah tersebut belum mendapat respon banyak, baik dari kalangan masyarakat umum, maupun akademis. Hal ini terbukti masih minimnya jumlah pengunjung ke tempat penyimpanan benda sejaraha tersebut. “Setiap hari kami buka, kecuali hari Sabtu dan libur besar. Dalam satu bulannya rata-rata sekitar 150 pengunjung yang datang ke sini untuk melihat benda sejarah,” ungkap Sholeh

Sejurus dengan masih lemahnya jumlah masyarakat yang datang, sebaliknya Wisma Karya justu menjadi tempat mangkal anak baru gede dan hiburan musik. Menurut salah satu pedagang kaki lima di area Wisma Karya yang enggan disebuutkan jati dirinya menyebutkan pada malam minggu Wisma Karya menjadi tempat kencan sepasang kekasih.

“Kalau malam minggu di sini ramai sekali kang, mereka datang bawa motor berpasang-pasangan. Saya tidak tahu mereka ngapain aje setelah sampai sini,’ ujar sumber tadi

Titik terang aktivitas ABG di malam minggu tersebut, diketahui saat menjambangi Wisma Karya pada akhir pekan lalu. Tampak sejumlah ABG usia pelajar duduk berpasangan dengan jenis kelamin yang berbeda sembari bersenda gurau. Bahkan dari penelusuran tidak sedikit yang diketahui dalam posisi berpelukan.

Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan Kabupaten Subang Yaya Sudarya menyayangkan adanya kondisi terbalik wisma Karya. Dia berharap dinas terkait melakukan tindakan membersihkan citra Wisma Karya yang menyimpan benda-benda bersejarah.

“Jadi jumlah yang datang ke Wisma lebih banyak pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. ini kan berdampak kurang bagus pada fungsi Wisma Karya yang menyimpan benda-benda peninggalan,” ujar Yaya. (*)

(http://berita.blog.dada.net)

Tidak ada komentar: