Jumat, 28 November 2008
PERLENGKAPAN SISWA DAN KELOMPOK
PERLENGKAPAN
SISWA DAN KELOMPOK
A. SISWA
1. Pakaian pribadi secukupnya
2. Alat-alat Mandi
3. Obat-obatan Pribadi
4. Buku Penunjang Penelitian dan Alat Tulis
5. Ponco/ Jas Hujan atau Payung
6. Topi
B. KELOMPOK
1. Alat Bantu Penelitian atau Pencarian Data ( Tape Recorder, Laptop, Handycam,
Kalkulator dan Buku Penunjang)
2. Alat Makan dan Minum
3. Kelengkapan Presentasi ( Karton Manila, Spidol Warna, Penggaris, Selotif )
4. Cinderamata untuk Nara Sumber atau Responden ( tergantung kondisi
TATA TERTIB KEGIATAN TeSIS 2008
A. Peserta
1. Atribut
a. Berpakain rapi dan sopan, memakai celana panjang, tidak memakai pakaian
ketat dan celana pendek
b. Membawa tanda pengenal peserta/ berpakaian seragam
c. Memakai kaos TeSIS saat acara yang ditentukan
2. Kewajiban
a. Mengikuti semua rangkaian acara TeSIS
b. Beribadah sesuai dengan agama masing-maisng
c. Menjaga nama baik SMA Negeri 8 Jakarta
d. Bersikap sopan dan santun, serta ramah dalam bertutur sapa
e. Membawa buku panduan selama kegiatan berlangsung
f. Mengikuti acara dengan sungguh-sungguh, kompak, ceria, disiplin dan penuh
tanggung jawab
g. Selalu berkoordinasi dengan Tutor atau Panitia
h. Peserta yang karena sesuatu hal akan meninggalkan lokasi TeSIS, wajib
melapor kepada Panitia atau Tutor dan harus mendapatkan ijin tertulis dari
panitia
B. Tutor
1. Atribut
Selama kegiatan TeSIS 2008, selalu menggunakan Tanda Pengenal TUTOR yang sudah ditentukan
2. Kewajiban
a. Berpartisipasi aktif membimbing peserta TeSIS 2008
b. Berusaha menerapkan disiplin dan menumbuhkan motivasi minat penelitian pada
para peserta TeSIS 2008
c. Menjaga Nama Baik dan Kehormatan SMA Negeri 8 Jakarta
d. Membina hubungan kekeluargaan yang baik dengan tuan rumah dan masyarakat di
wilayah penelitian
3. Tugas Tutor
a. Membantu kelompok binaan mencari data
b. Membantu kelompok binaan dalam pengolahan data
c. Membantu kelompok binaan dalam pembagian tugas
d. Membantu kelompok binaan menata, menyusun dan melaksanakan kegiatan sehari-hari
C. Tamu ( Orangtua/ Wali )
a. Mentaati waktu kunjung
b. Melapor ke panitia saat tiba dan pulang
c. Mematuhi tata tertib yang telah ditentukan
D. Sanksi
1. Terhadap Peserta
a. Peringatan dari Panitia TeSIS 2008
b. Dipulangkan ke Jakarta
c. Dinyatakan Tidak Lulus Karya Ilmiah
2. Terhadap Panitia/ Tutor
a. Peringatan Lisan dari Panitia
b. Peringatan Tertulis dari Ketua Panitia
c. Peringatan dari Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Jakarta
Kamis, 27 November 2008
REKAPITULASI UKURAN KAOS TESIS 2008
REKAPITULASI UKURAN KAOS TESIS 2008 | |||||||||
SISWA | |||||||||
KELAS | S | M | L | XL | |||||
PJ | PJ | PJ | PJ | ||||||
XI A | 4 | 1 | 20 | 2 | 12 | | 1 | 40 | |
XI B | 4 | 1 | 22 | 8 | 2 | 3 | 40 | ||
XI C | 3 | 1 | 22 | 3 | 9 | 2 | 40 | ||
XI D | 3 | 17 | 1 | 14 | 3 | 2 | 40 | ||
XI E | 2 | 27 | 1 | 5 | 1 | 4 | 40 | ||
XI F | 11 | 1 | 17 | 2 | 5 | 4 | 40 | ||
XI G | 5 | 1 | 13 | 3 | 14 | 1 | 3 | 40 | |
XI H | 1 | 2 | 16 | 16 | 2 | 3 | 40 | ||
XI I | 7 | 1 | 20 | 1 | 9 | 2 | 40 | ||
XI IPS | 8 | 1 | 11 | 9 | 2 | 9 | 40 | ||
XI I A | 6 | 11 | 1 | 3 | 21 | ||||
XI I B | 3 | 6 | 5 | 3 | 17 | ||||
XI HUM | 4 | 2 | 3 | 9 | |||||
0 | |||||||||
JUM | 53 | 11 | 199 | 18 | 115 | 15 | 36 | 0 | 447 |
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam bukunya Riduwan (Skala pengukuran variabel-variabel penelitian, Bandung, CV Alfabeta, cetakan ke-2) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau hasil unit pengukuran yang menjadi obyek penelitian. Nawawi menyebutkan bahwa populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik yang diperoleh dari hasil menghitung maupun mengukur. Nazir menambahkan bahwa populasi adalah data, bukan orang tau bendanya.
Berkaitan dengan jumlah populasi, maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama :populasi terbatas dimana batasnya secara kuantitatif dapat dihitung. Misalnya jumlah siswa SMA Negeri 8 Jakarta, jumlah penduduk desa tambakmekar dan jumlah guru SMAN 8 Jakarta. Kedua: populasi tak terbatas dimana banyak populasinya tidak bisa dinyatakan dengan jumlah misalnya kandungan emas di sungai X, berapa liter pasang surut air laut pada bulan purnama.
Berdasarkan sifatnya maka populasi dibagi menjadi dua bagian yaitu
1. populasi homogen, sumber data memiliki sifat yang sama
2. populasi heterogen, sumber datanya memiliki sifat yang berbeda.
Apabila kita telah menetapkan masalah penelitian dan kita sudah membatasi populasi,maka masalah berikutnya yang muncul adalah kita memiliki keterbatasan dalam mengakses seluruh populasi, sehingga dikembangkanlah teknik untuk dapat mengambil keseimpulan berkaitan dengan populasi tetapi dengan data yang lebih terbatas. Data terbatas tetapi masih memiliki sifat atau karakteristik populasi tersebut dinamakan sampel.
Keuntungan menggunakan sampel adalah
1. memudahkan peneliti
2. Penelitian lebih efisien (penghematan uang, waktu dan tenaga)
3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data.
4. penelitian lebih efektif, sehingga menghemat penggunaan specimen, mengurangi atau melokalisir efek destruktifd dari perlakuan.
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Ada dua macam teknik pengambilan sampel yaitu:
Untuk menentukan jumlah sampel (n) digunakan ketentuan sebagai berikut :
Jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamate :
N
n= ------------
N*d^2 + 1
dimana N adalah jumlah populasi dan d adalah tingkat presisi yang ditetapkan.
Misalnya jika diketahui jumlah populasi guru SD sebesar 138 orang dan akan dilakukan penelitian dengan tingkat presisi 10% maka jumlah sampel yang harus diambil adalah 58 orang.
Surakhmad berpendapat bahwa apabila ukuran populasi kurang lebih 100, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi lebih dari 1000, maka jumlah sampel sekurang-kurangnya 15%.
1. probability sampling
probability sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk terambil sebagai sampel, yang tergolong teknik ini adalah
1.a simple random sampling
Teknik pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata/tingkatan anggota populasi tersebut.
1.b Proportionate stratified random samplng
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, teknik ini digunakan apabila anggota populasi tidak homogen berkaitan dengan karakteristik yang diteliti. Contohnya guru DKI jakarta yang mengikuti ujian sertifikasi :
guru bahasa Indonesia : 100 orang
guru bahasa Inggris : 70 orang
guru Matematika : 120 orang
guru Biologi : 30 oang
guru Fisika : 50 orang
Jumlah : 370 orang
Jumlah sampel yang diambil harus sama porsinya dengan jumlah guru sesuai dengan bidang studi. Contohnya jumlah sampel guru bahasa Indonesia menjadi
pertama : tentukan dahulu jumlah sampel dengan presisi 10% menjadi
370
-------------- = 77.24 = 77 orang
370*0.1^2 + 1
kedua : tentukan jumlah sampel untuk masing-masing strata
100
--- x 77 = 20,8 = 21 orang
370
1.c Disproportionate random sampling
Pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetapi sebagian ada yangn kurang proporional, contohnya
guru BP : 1 orang
guru bahasa Indonesia : 100 orang
guru bahasa Inggris : 70 orang
guru Matematika : 120 orang
guru Biologi : 30 oang
guru Fisika : 50 orang
Jumlah : 371 orang
jumlah sampel untuk guru BP satu orang.
1.d Area sampling (sampel kluster )
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari tiap wilayah gewografis yang ada. Misalnya penelitian tentang tingkat pendidikan warga di desa tambakmekar RW 04. RW 04 terdiri dari 5 RT misalnya, maka sampel harus memuat warga dari tiap RT.
2. non propability sampling
Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk terambil sebagai sampel.
2.a Sampling sistematis
Pengambilan sampel yang didasarkan pada urutan anggota dalam populasi secara
seragam. Misalnya Diketahui daftar pelanggan PT Telkom yang telah diberi nomor dari 1 sampai 1000. Pelanggan yang diambil sebagai sampel adalah mereka yang memilki no urut kelipatan 1, 10, 20, 30, dan seterusnya.
2.b Sampling kuota
Teknik pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah (jatah ) sesaui dengan pertimbanga peneliti. Selanjnya jatah itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel. Contohnya untuk menentukan kuota haji penduduk indonesia yang berjumlah 250 jt orang maka diambil jatah 250.000 orang.
2.c sampling aksidental
Teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yangsecara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dijadikan sampel. Misalnya untuk meneliti produk sabun yang diminati konsumen pada supermarket X, maka diambil sampel pelanggan yang datang dan ditemui peneliti di hari tersebut.
2.d Purposive sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang jenis penyakit warga desa tambakmekar maka yang dipilih menjadi sampel adalah para dokter, bidan atau mantri di puskesmas desa.
2.e sampling jenuh
Yaitu pengambilan sampel dengan cara menjadikan seluruh anggota populasi menjadi sampel.
2.f Snowball sampling (getuk tular)
Teknik pengambilan sampel dengan cara mengambil jumlah sampel sedikit terlebih dahulu, lalu dari jumlah yang sedikit tersebut berkembang menjadi banyak. Misalnya peneliti ingin mengetahui latar belakang keluarga para pecandu narkoba di suatu tempat, maka peneliti dapat memulai dari satu atau dua orang responden dahulu, selanjutnya dari informasi responden tersebut peneliti dapat menambah jumlah respondennya.
(Ahmad Yani, M.SI)
Sumber :
Riduwan, Drs, MBA (2006), Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula, Bandung, Alfabeta
Senin, 24 November 2008
Kamis, 20 November 2008
Wana Wisata Curug Cijalu Subang, Tempat Mandi Bidadari
Subang yang merupakan bagian dari propinsi Jawa Barat yang termasuk ke dalam tanah sunda atau parahyangan memiliki beberapa tempat wana wisata alam yang merupakan alternatif setelah melewati kota Bandung. Salah satu wana wisata yang ditawarkanya selain daripada Guung Tangkuban Parahu yang terkenal dengan legendanya Sangkuriang terdapat wana wisata alam berupa air terjun yaitu Curug Cijalu.
Dilansir dari situs pemerintahan daerah kabupaten Subang, dideskripsikan bahwa Curug Cijalu terletak di Kecamatan Sagalaherang, berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah selatan (1 jam perjalanan) dan sekitar 50 Km dari Kota Bandung kearah utara (1,5 jam perjalanan). Wana wisata ini terletak pada ketinggian 1.30 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya bergelombang . Kawasan ini mempunyai curah hujan 2.700 mm/th dengan suhu udara 18-26C. Seperti namanya, curug (air terjun, Bahasa Sunda), hanya sepasang air terjun yang tumpahan airnya mengalir deras membelah bukit di puncak Gunung Sunda, sekira 800 meter di atas permukaan laut.
Tumpahan air itu menyajikan panorama indah pada birunya langit, sejuknya udara, dan hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Belum lagi percikan air terjun yang dingin, sejuk dan putih, membuat para wisatawan tak tahan lagi ingin segera bermandi ria di bawahnya. Curug Cijalu “ditemani” dua makam yang dikeramatkan dan juga “ditemani” oleh air terjun lain yang dikenal dengan nama Curug Perempuan yang terletak sekira 100 meter sebelum Curug Cijalu.
Dengan dicapai dari Kecamatan Wanayasa (18km), Sagala Herang (20km) dan dari Kabupaten Subang (37km) Purwakarta (40km) Bandung (63km) yang diketahui kondisi jalan umumnya beraspal dan hanya sebagian kecil yang masih berupa jalan batu, dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat, sarana transportasi umum yang ada ojek atau colt carteran dari Wanayasa.
Selain curug Cijalu dan Curug Perempuan, terdapat pula lapangan sebagai areal untuk camping bagi para pengunjung Secara keseluruhan, tempat ini dapat dijadikan alternatif bagi pengunjung yang memiliki hobi berpetualang. Selain menjanjikan ketenangan dan ketenteraman, juga kedamaian menjadi perpaduan yang kompak untuk menunjang daya tarik tersendiri.
Wana wisata ini terdiri dari hutan alam dan hutan tanaman, sumber air yang ada berupa mata air yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan pengunjung. Potensi visual lansekap didalam kawasan yang menarik adalah air terjun, hutan alam dengan udara yang sejuk dan hutan tanaman. Dimana wana wisata ini digunakan untuk wisata harian dengan kegiatan yang dapat dilakukan adalah piknik, mandi air terjun, lintas alam dan mendaki gunung.
Berdasarkan sejarahnya bahwa Curug Cijalu dibuka sejak 1 September 1984 berlokasi dihutan produksi blok Cijengkol RPH Tangkubanperahu Utara, BKPH Wanayasa Kab Purwakarta dan Desa Cipancar Kab Subang. Dengan luas 8ha daerah ini diproyeksikan sebagai obyek wisata. Dimana dulu sebelum dikelola air terjun itu sudah sering dikunjungi orang-orang keturunan Tionghoa. Mereka menganggap air terjun itu tempat mandi para bidadari, tutur seorang penduduk Desa Cipancar yang sudah tinggal disana lebih dari enam puluh tahun . Kepercayaan ini timbul lantaran saat matahari pagi memancar, akan bermunculan pelangi-pelangi kecil memantul dari air terjun. (Diperoleh dair berbagai sumber)
Dilansir dari situs pemerintahan daerah kabupaten Subang, dideskripsikan bahwa Curug Cijalu terletak di Kecamatan Sagalaherang, berjarak 37 Km dari kota Subang ke arah selatan (1 jam perjalanan) dan sekitar 50 Km dari Kota Bandung kearah utara (1,5 jam perjalanan). Wana wisata ini terletak pada ketinggian 1.30 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya bergelombang . Kawasan ini mempunyai curah hujan 2.700 mm/th dengan suhu udara 18-26C. Seperti namanya, curug (air terjun, Bahasa Sunda), hanya sepasang air terjun yang tumpahan airnya mengalir deras membelah bukit di puncak Gunung Sunda, sekira 800 meter di atas permukaan laut.
Tumpahan air itu menyajikan panorama indah pada birunya langit, sejuknya udara, dan hijaunya pepohonan yang menyelimuti suasana wisata yang berada di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang. Belum lagi percikan air terjun yang dingin, sejuk dan putih, membuat para wisatawan tak tahan lagi ingin segera bermandi ria di bawahnya. Curug Cijalu “ditemani” dua makam yang dikeramatkan dan juga “ditemani” oleh air terjun lain yang dikenal dengan nama Curug Perempuan yang terletak sekira 100 meter sebelum Curug Cijalu.
Dengan dicapai dari Kecamatan Wanayasa (18km), Sagala Herang (20km) dan dari Kabupaten Subang (37km) Purwakarta (40km) Bandung (63km) yang diketahui kondisi jalan umumnya beraspal dan hanya sebagian kecil yang masih berupa jalan batu, dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat, sarana transportasi umum yang ada ojek atau colt carteran dari Wanayasa.
Selain curug Cijalu dan Curug Perempuan, terdapat pula lapangan sebagai areal untuk camping bagi para pengunjung Secara keseluruhan, tempat ini dapat dijadikan alternatif bagi pengunjung yang memiliki hobi berpetualang. Selain menjanjikan ketenangan dan ketenteraman, juga kedamaian menjadi perpaduan yang kompak untuk menunjang daya tarik tersendiri.
Wana wisata ini terdiri dari hutan alam dan hutan tanaman, sumber air yang ada berupa mata air yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan pengunjung. Potensi visual lansekap didalam kawasan yang menarik adalah air terjun, hutan alam dengan udara yang sejuk dan hutan tanaman. Dimana wana wisata ini digunakan untuk wisata harian dengan kegiatan yang dapat dilakukan adalah piknik, mandi air terjun, lintas alam dan mendaki gunung.
Berdasarkan sejarahnya bahwa Curug Cijalu dibuka sejak 1 September 1984 berlokasi dihutan produksi blok Cijengkol RPH Tangkubanperahu Utara, BKPH Wanayasa Kab Purwakarta dan Desa Cipancar Kab Subang. Dengan luas 8ha daerah ini diproyeksikan sebagai obyek wisata. Dimana dulu sebelum dikelola air terjun itu sudah sering dikunjungi orang-orang keturunan Tionghoa. Mereka menganggap air terjun itu tempat mandi para bidadari, tutur seorang penduduk Desa Cipancar yang sudah tinggal disana lebih dari enam puluh tahun . Kepercayaan ini timbul lantaran saat matahari pagi memancar, akan bermunculan pelangi-pelangi kecil memantul dari air terjun. (Diperoleh dair berbagai sumber)
Wisata kuliner di Subang
Subang adalah sebuah kota yang - walaupun kecil - namun menyenangkan untuk disinggahi. Kota ini sekarang menjadi rumah baru saya setelah Jakarta dan Bandung. Di kota ini ada beberapa tempat makan yang enak, dari mulai yang kelas warung pinggir jalan, riverview restaurant (restaurant pinggir kali) hingga kelas restro yang beneran. Ini beberapa tempat yang mungkin bisa jadi referensi bila Anda ingin, sedang atau telah berkunjung ke kota ini. Selamat menikmati!
AYAM
· Ayam Goreng Kalama—Wesel
· Ayam Bakar Kajojo—Jl. Otista
BAKSO
· Bakso Goyang Lidah—Jl. Otista
· Bakso Malang– Jl. Letjen Suprapto
· Bakso Urat-Gg. Jl. Kapt. Hanafiah
· Bakso Urat-sebelah toko Menanti (dekat Bioskop Chandra)
· Bakso Mang Ade-Gg. Pelabuan
· Bakso Jampang-perapatan Msj. Agung
· Bakso RM. Sedap-Jl. Letjen Supratman
· Bakso, kue dan siomay-pinggir depanAS Foto
BATAGOR
· Batagor dan siomay-Jl. A. Yani
BUBUR AYAM
· Bubur Ayam Panglejar-Jl. Letjen Suprapto (dekat kantor pegadaian)
· Bubur Ayam Katineung-depan RS. PTPN
CAPCAY
· Capcay di daerah Cihanjuang
GADO-GADO
· Gado-gado-Jl. Letjen Suprapto (dekat toko Macan Ketawa)
MARTABAK
· Martabak Mas Yani-Pujasera
· Martabak Citra-Pujasera
· Martabak Denai-depan Toko Sedap
· Martabak Tiptop-dekat bubur ayam Panglejar
· Martabak Unyil-sebelah bakso urat Jl. Kapt. Hanifah
NASI GORENG
Nasi Goreng Lio-depan penginapan Pd. Dewi
Nasi Goreng PLN-depan Gd. PLN (Jl. DI Panjaitan)
Nasi Goreng Pelangi-sebelah radio Pelangi
NASI PADANG
Nasi Padang Galoro-Jl. Otista
Nasi Padang Pituah Bundo-Jl. Otista
Nasi Padang Simpang Ampe-daerah Ps. Inpres Lama
Nasi Padang Basuo-Gg. Panglejar
NASI UDUK
Nasi Uduk-Jl.Brigjen Katamso
Nasi Uduk Mang Uri – Jl. Otista
PEMPEK
Pempek ibu Maharani-Jl. Perumnas
Pempek Hagadipa-Perumnas dan Pujasera
Pempek Kafe Dhea-Subang Jaya
ROTI
Roti Bakar Panglejar-Jl. KS 27
Roti Ma’rifa-JL. A. Yani
Roti Raos-sebelah RM Sedap
Roti Bakar Pujasera-Pujasera
SATE
Sate Kajojo-Jl. Otista
Sate Perumnas-dekat bengkel Aloez
(www.bisma.wordpress.com)
Dari Peninggalan Prasejarah Hingga Tongkrongan ABG
Menelusuri Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya akan larut dan membawa kita ke era prasejarah. Sejumlah penemuan benda-benda bersejarah seperti perlengkapan tradisional era kerajaan hingga reflika candi, tunggangan Dewa Shiwa tersusun dan tertata rapih di sebuah estalase kaca. Meskipun tanpa bicara, namun ia mengungkap fakta sejarah…
Membicarakan sejarah dan asal-usul Kabupaten Subang, dirasa belum lengkap jika belum menyempatkan diri nongkrong seharian di Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya di area Wisma Karya Jl. Ade Irma Suryani No 2 Subang. Di museum warisan peninggalan zaman penjajahan dulu ini tersimpan sekitar 200 item peninggalan purbakala bernilai sejarah sejak zaman prasejarah ratusan tahun silam. Tidak hanya dimuseumkan, namun dari ratusan item benda sejarah tersebut disusun dalam satu alur cerita membingkai sebuah sebuah deretan cerita panjang sejarah dan asal-usul Subang sebagai kota kerajaan.
“Dengan penyajian seperti ini selain sambil rekreasi dan wisata budaya juga diharapkan pengunjung yang datang bisa mendapatkan pengetahuan dan mengapreisasi benda-benda bersejarah dalam setiap periode-nya,” ujar Ahmad Sholeh penjaga museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya Kabupaten Subang
Menurut Sholeh dari jumlah yang ada, benda-benda tersebut diklasifikasikan menjadi delapan klasifikasi, yaitu geologika, biologika, etnografika, historika, numismatika, keramologika, seni rupa dan teknologika. Salah satunya seperti patung Tuian PW Hoflan bersama istri yang terbuat dari tembaga, Senjata Api masa VOC, pedang serdadu (tahun 1925), Kapak dan Corong Sepatu batu, tengkorak Cervus (masa Purba), Fragmen tanduk Kerbau Purba, Guci Thailand (Abad XVIII M), Mangkuk China (Abad XVII), mesin hitung pada masa Inggris dan Mesin Telpon masa Belanda hingga arca Nandi (Sapi Jantan) yang diyakini sebagai kendaraan Dewa Siwa untuk terbang ke Nirwana yang ditemukan di Desa Cipancar Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang.
Menurut Ahmad Sholeh benda-benda sejarah tersebut sebagian ditemukan oleh warga. Penemuan tersebut kemudian dilakukan oleh tim Arkelogi Bandung untuk memastikan benda yang dimaksud, sebelum dimuseumkan di Museum Purbakala dan Sejarah Nilai Budaya Subang.
Sayangnya, kekayaan khazanah sejarah tersebut belum mendapat respon banyak, baik dari kalangan masyarakat umum, maupun akademis. Hal ini terbukti masih minimnya jumlah pengunjung ke tempat penyimpanan benda sejaraha tersebut. “Setiap hari kami buka, kecuali hari Sabtu dan libur besar. Dalam satu bulannya rata-rata sekitar 150 pengunjung yang datang ke sini untuk melihat benda sejarah,” ungkap Sholeh
Sejurus dengan masih lemahnya jumlah masyarakat yang datang, sebaliknya Wisma Karya justu menjadi tempat mangkal anak baru gede dan hiburan musik. Menurut salah satu pedagang kaki lima di area Wisma Karya yang enggan disebuutkan jati dirinya menyebutkan pada malam minggu Wisma Karya menjadi tempat kencan sepasang kekasih.
“Kalau malam minggu di sini ramai sekali kang, mereka datang bawa motor berpasang-pasangan. Saya tidak tahu mereka ngapain aje setelah sampai sini,’ ujar sumber tadi
Titik terang aktivitas ABG di malam minggu tersebut, diketahui saat menjambangi Wisma Karya pada akhir pekan lalu. Tampak sejumlah ABG usia pelajar duduk berpasangan dengan jenis kelamin yang berbeda sembari bersenda gurau. Bahkan dari penelusuran tidak sedikit yang diketahui dalam posisi berpelukan.
Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan Kabupaten Subang Yaya Sudarya menyayangkan adanya kondisi terbalik wisma Karya. Dia berharap dinas terkait melakukan tindakan membersihkan citra Wisma Karya yang menyimpan benda-benda bersejarah.
“Jadi jumlah yang datang ke Wisma lebih banyak pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. ini kan berdampak kurang bagus pada fungsi Wisma Karya yang menyimpan benda-benda peninggalan,” ujar Yaya. (*)
(http://berita.blog.dada.net)
Menjelajahi bangunan bersejarah kota Subang
Bangunan tua bersejarah memang bisa menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat masa lalu menjalankan kehidupannya. Sisa penjajahan di Subang bisa menjadi salah satu contohnya. Secara umum, berdasarkan kepentingannya, di Subang ini ciri arsitektur kolonial dapat dibagi dua.
Pertama, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan militer. Bangunan-bangunan kolonial ini berada di kawasan Lanud TNI-AU Suryadarma, Kalijati. Dari kompleks ini, yang paling terkenal adalah salah satu rumah dinas perwira yang kini dikenal sebagai Museum Rumah Sejarah. Bangunan ini beserta isinya menjadi saksi bisu kapitulasi (penyerahan kekuasaan) dari pemerintah Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang.
Kedua, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan bisnis perkebunan. Subang dulu memang dikenal sebagai sentra perkebunan. Konon, pada masa kolonial di Subang ini, teh, coklat, tebu, dan karet adalah beberapa komoditas yang dieksploitasi pengusaha swasta asing sektor perkebunan (planters) melalui konsesi hak guna lahan. Pamanoekan en Tjiasem Landen (P&T Lands.) adalah perusahaan yang memiliki konsesi areal lahan yang luasnya hampir meliputi wilayah Subang sekarang. P.W. Hofland adalah tokoh sentral usaha komoditas perkebunan di kawasan ini.
Subang sebenarnya termasuk salah satu tempat yang paling beruntung karena masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua khas perkebunan. Melalui salah satu kekayaan itu, orang bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Subang. Dari bangunan-bangunan khas kolonial ini pula, kita bisa membayangkan bagaimana berkuasanya para planters ini dan betapa besar pula aset yang mereka kelola.
Bangunan-bangunan kolonial khas perkebunan ini lebih tersebar, walau sebagian besar berada pada sebuah ”kompleks” di kawasan Subang kota. Gedung Wisma Karya adalah ciri paling khas bagaimana kejayaan Subangplanters masa lalu yang konon pula menjadi pesaing para preangerplanters di Bandung. Bangunan yang diresmikan tahun 1929 ini dulu dipakai sebagai sociteit, tempat para meneer beserta para mevrouw-nya berleha-leha sambil main bola sodok atau nonton toneel.
Sebagai sebuah ”kompleks” pusat sentra perkebunan, tak jauh dari gedung Wisma Karya ini berdiri megah kantor pusat administrasi perkebunan (kini Hotel Subang Plaza), gudang (atelier), perumahan (the big house, Jl. Ade Irma Suryani, perumahan menuju arah Sidodadi dan kompleks bangunan tua di kawasan Cidongkol). Dan jangan lupa, dulu ”kompleks” ini tambah megah dengan hamparan hijaunya padang golf yang kini menjadi alun-alun.
Bangunan-bangunan antik ini juga menjadi saksi bagaimana para pejuang dulu begitu gigih mempertahankan kemerdekaan. Gedung Wisma Karya, misalnya, konon pada tahun 1945-1947 dijadikan markas pasukan Kratibo (Karawang Timoer-Bandoeng Oetara), pimpinan Letkol Sukanda Bratamanggala dan H. Rusdi. Sementara gedung ”The Big House” yang kini terletak di Jl. Ade Irma Suryani Nasution, kala itu menjadi markas pasukan Hizbullah. Gedung lain yang dijadikan markas badan-badan perjuangan adalah Gedung Gede (depan gedung DPRD, telah hancur), Gedung Jeding, Gedung Cipo, dan Gedung Pasanggrahan.
Sementara, bangunan-bangunan khas perkebunan di Subang ini antara lain juga ditemui di kawasan perkebunan Ciater dan Tambaksari (selatan), perkebunan karet Wangunreja dan gedong satu (barat) serta Sumurbarang (timur). Beberapa gedung tua ini terpelihara dengan baik, terutama yang letaknya tidak jauh dari permukiman. Bangunan-bangunan di afdeling Kasomalang, Wangunreja dan afdeling Ciater adalah beberapa contoh yang relatif terpelihara. Umumnya, gedung-gedung ini dijadikan rumah dinas kepala afdeling ataupun kantor administrasi kebun.
Namun terdapat pula beberapa bangunan yang kondisinya memprihatinkan. Rumah dinas kepala afdeling kebun Bukanagara, Desa Cupunagara, Cisalak misalnya, kini tampak tak terurus. Berada di atas bukit kecil, gedung tua tak berpenghuni ini tampak kusam, beberapa genting bolong-bolong dan beberapa kusen jendelanya hampir copot. Walau dari jauh tampak menarik sebagai sebuah villa, lengkap dengan cerobong tungkunya, tapi dari dekat lebih mirip rumah hantu. Konon bangunan tersebut dibuat sekitar tahun 1930-1931.
Benda atau bangunan benda cagar budaya sesungguhnya bukan saja harus dilindungi, tetapi juga harus bisa dijamin kelestariannya. Di Subang, diakui atau tidak, keberadaan benda-benda cagar budaya sangat rawan berubah, bahkan rawan tergusur karena intervensi kekuatan komersial maupun karena kurangnya dukungan dana. Sebagai kota yang berkembang pesat, Subang dalam 5-10 tahun ke depan dikhawatirkan bukan saja tampil makin gemerlap dan modern, tetapi juga makin seragam, seolah-olah tidak ada lagi kekhasan dan akar sejarah kota yang tersisa.
Sejauh mana pemerintah, organisasi sosial dan warga Subang ini peduli pada upaya pelestarian bangunan dan benda cagar budaya yang dimiliki. Untuk menjawab pertanyaan ini harus diakui bukanlah hal yang mudah. Sekalipun disadari bahwa eksistensi bangunan dan benda cagar budaya perlu dilindungi dan dilestarikan, tetapi dalam praktiknya tidak selalu keinginan dan harapan mulia itu paralel dengan kenyataan di lapangan.
Akselerasi perkembangan kota yang luar biasa cepat dan dominannya pengaruh kekuatan komersial sering menyebabkan pertimbangan pragmatis menjadi lebih menonjol daripada pertimbangan yang idealis.
(Disarikan dari http://gerbang.jabar.go.id/kabsubang/index.php?index=16&idberita=183)
Pertama, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan militer. Bangunan-bangunan kolonial ini berada di kawasan Lanud TNI-AU Suryadarma, Kalijati. Dari kompleks ini, yang paling terkenal adalah salah satu rumah dinas perwira yang kini dikenal sebagai Museum Rumah Sejarah. Bangunan ini beserta isinya menjadi saksi bisu kapitulasi (penyerahan kekuasaan) dari pemerintah Hindia Belanda kepada tentara pendudukan Jepang.
Kedua, bangunan-bangunan yang didirikan untuk kepentingan bisnis perkebunan. Subang dulu memang dikenal sebagai sentra perkebunan. Konon, pada masa kolonial di Subang ini, teh, coklat, tebu, dan karet adalah beberapa komoditas yang dieksploitasi pengusaha swasta asing sektor perkebunan (planters) melalui konsesi hak guna lahan. Pamanoekan en Tjiasem Landen (P&T Lands.) adalah perusahaan yang memiliki konsesi areal lahan yang luasnya hampir meliputi wilayah Subang sekarang. P.W. Hofland adalah tokoh sentral usaha komoditas perkebunan di kawasan ini.
Subang sebenarnya termasuk salah satu tempat yang paling beruntung karena masih memiliki salah satu saksi sejarah masa lalunya yang bisa dibaca lewat bangunan-bangunan tua khas perkebunan. Melalui salah satu kekayaan itu, orang bisa menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Subang. Dari bangunan-bangunan khas kolonial ini pula, kita bisa membayangkan bagaimana berkuasanya para planters ini dan betapa besar pula aset yang mereka kelola.
Bangunan-bangunan kolonial khas perkebunan ini lebih tersebar, walau sebagian besar berada pada sebuah ”kompleks” di kawasan Subang kota. Gedung Wisma Karya adalah ciri paling khas bagaimana kejayaan Subangplanters masa lalu yang konon pula menjadi pesaing para preangerplanters di Bandung. Bangunan yang diresmikan tahun 1929 ini dulu dipakai sebagai sociteit, tempat para meneer beserta para mevrouw-nya berleha-leha sambil main bola sodok atau nonton toneel.
Sebagai sebuah ”kompleks” pusat sentra perkebunan, tak jauh dari gedung Wisma Karya ini berdiri megah kantor pusat administrasi perkebunan (kini Hotel Subang Plaza), gudang (atelier), perumahan (the big house, Jl. Ade Irma Suryani, perumahan menuju arah Sidodadi dan kompleks bangunan tua di kawasan Cidongkol). Dan jangan lupa, dulu ”kompleks” ini tambah megah dengan hamparan hijaunya padang golf yang kini menjadi alun-alun.
Bangunan-bangunan antik ini juga menjadi saksi bagaimana para pejuang dulu begitu gigih mempertahankan kemerdekaan. Gedung Wisma Karya, misalnya, konon pada tahun 1945-1947 dijadikan markas pasukan Kratibo (Karawang Timoer-Bandoeng Oetara), pimpinan Letkol Sukanda Bratamanggala dan H. Rusdi. Sementara gedung ”The Big House” yang kini terletak di Jl. Ade Irma Suryani Nasution, kala itu menjadi markas pasukan Hizbullah. Gedung lain yang dijadikan markas badan-badan perjuangan adalah Gedung Gede (depan gedung DPRD, telah hancur), Gedung Jeding, Gedung Cipo, dan Gedung Pasanggrahan.
Sementara, bangunan-bangunan khas perkebunan di Subang ini antara lain juga ditemui di kawasan perkebunan Ciater dan Tambaksari (selatan), perkebunan karet Wangunreja dan gedong satu (barat) serta Sumurbarang (timur). Beberapa gedung tua ini terpelihara dengan baik, terutama yang letaknya tidak jauh dari permukiman. Bangunan-bangunan di afdeling Kasomalang, Wangunreja dan afdeling Ciater adalah beberapa contoh yang relatif terpelihara. Umumnya, gedung-gedung ini dijadikan rumah dinas kepala afdeling ataupun kantor administrasi kebun.
Namun terdapat pula beberapa bangunan yang kondisinya memprihatinkan. Rumah dinas kepala afdeling kebun Bukanagara, Desa Cupunagara, Cisalak misalnya, kini tampak tak terurus. Berada di atas bukit kecil, gedung tua tak berpenghuni ini tampak kusam, beberapa genting bolong-bolong dan beberapa kusen jendelanya hampir copot. Walau dari jauh tampak menarik sebagai sebuah villa, lengkap dengan cerobong tungkunya, tapi dari dekat lebih mirip rumah hantu. Konon bangunan tersebut dibuat sekitar tahun 1930-1931.
Benda atau bangunan benda cagar budaya sesungguhnya bukan saja harus dilindungi, tetapi juga harus bisa dijamin kelestariannya. Di Subang, diakui atau tidak, keberadaan benda-benda cagar budaya sangat rawan berubah, bahkan rawan tergusur karena intervensi kekuatan komersial maupun karena kurangnya dukungan dana. Sebagai kota yang berkembang pesat, Subang dalam 5-10 tahun ke depan dikhawatirkan bukan saja tampil makin gemerlap dan modern, tetapi juga makin seragam, seolah-olah tidak ada lagi kekhasan dan akar sejarah kota yang tersisa.
Sejauh mana pemerintah, organisasi sosial dan warga Subang ini peduli pada upaya pelestarian bangunan dan benda cagar budaya yang dimiliki. Untuk menjawab pertanyaan ini harus diakui bukanlah hal yang mudah. Sekalipun disadari bahwa eksistensi bangunan dan benda cagar budaya perlu dilindungi dan dilestarikan, tetapi dalam praktiknya tidak selalu keinginan dan harapan mulia itu paralel dengan kenyataan di lapangan.
Akselerasi perkembangan kota yang luar biasa cepat dan dominannya pengaruh kekuatan komersial sering menyebabkan pertimbangan pragmatis menjadi lebih menonjol daripada pertimbangan yang idealis.
(Disarikan dari http://gerbang.jabar.go.id/kabsubang/index.php?index=16&idberita=183)
Sisingaan kesenian Subang
Sisingaan atau Odong-odong (dalam sebutan lain Gotong Singa) merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat Jawa Barat, khas Subang berupa keterampilan memainkan tandu patung kepala singa yang didekorasi berwarna-warni dan diusung oleh beberapa orang. Pertunjukan ini sering disajikan sebagai bagian dari upacara sunatan atau upacara lainnya dalam bentuk arak-arakan.
Sisingaan biasanya ditampilkan dalam dua bentuk yang berbeda. Warga Subang menamakannya sebagai singa pergosi dan singa buhun.
Pada atraksi sisingaan, sepasang anak kecil dengan memakai baju adat Sunda dinaikkan keatas sepasang tandu singa, yang diusung oleh empat orang pengarak. Atraksi dilakukan dengan berputar-putar, ataupun maju mundur dan bergerak terus mengelilingi kampung, desa, atau jalanan kota sampai akhirnya kembali ke tempat semula.
Pertunjukan Sisingaan pada dasarnya dimulai dengan tetabuhan musik yang dinamis. Lalu diikuti oleh permainan Sisingaan oleh penari pengusung sisingaan, lewat gerak antara lain: Pasang/Kuda-kuda, Bangkaret, Masang/Ancang-ancang, Gugulingan, Sepakan dua, Langkah mundur, Kael, Mincid, Ewag, Jeblag, Putar taktak, Gendong Singa, Nanggeuy Singa, Angkat jungjung, Ngolecer,Lambang, Pasagi Tilu, Melak cau, Nincak rancatan, dan Kakapalan. Sebagai seni Helaran, Di dalam perkembangannya, musik pengiring lebih dinamis, dan melahirkan musik Genjring Bonyok dan juga Tardug.
Gerakan-gerakan semacam jurus-jurus silat ditampilkan dipadu dengan gerakan jaipongan, tarian khas Jawa Barat. Atraksi sisingan memadukan tiga unsur seni utama. Yaitu seni gerak tari atau pencak silat dan jaipongan. Seni suara gamelan kendang dan gong, serta seni busana para pemainnya.
Para pemain sisingaan menampilkan gerak akrobat dan tarian yang atraktif. Berbagai gerakan ini membuat warga yang menyaksikan merasa terhibur. Semua atraksi akrobat ini dilakukan para pemanin yang terlatih tanpa unsur magic.
Sisingaan tetap bertahan sebagai seni pertunjukan rakyat Subang, Jawa Barat. Sisingaan tetap diminati karena atraksinya menarik dan menghibur.
(www.legowwo.multiply.com)
Kegiatan TeSIS terdahulu
Tesis telah dilaksanakan sejak tahun 2001, tahun 2007 tidak diadakan dan sekarang tahun 2008 akan diadakan kembali di Subang Jawa barat.
Kegiatan tesis meliputi kegiatan meerencanakan, melaksanakan dan melaporkan penelitian secara tertulis. Di samping itu siswa juga akan melakukan sosialisasi dengan warga setempat. Karena data penelitian sebagian besar harus digali dari masyarakat.
Walaupun kesannya formal dan harus membuat laporan pula, namun pada pelaksanaannya TeSIS malah menyenangkan, karena inilah ajang di mana satu angkatan menghabiskan waktu 4 hari bersama di suatu desa yang sederhana, bercengkrama dengan sesama ataupun dengan warga. Ada juga kegiatan hiburannya yaitu olahraga yang terkadang berupa pertandingan persahabatan dengan warga dan bakti sosial.
Secara lengkap TeSIS dari tahun ke tahun adalah...
TeSIS 2001 di desa Coblong, Bogor
TeSIS 2002 di desa Pasawahan, Kuningan
TeSIS 2003 di desa Situraja, Sumedang
TeSIS 2004 di desa Sukaraja, Tasik Malaya
TeSIS 2005 di desa Cigugur, Kuningan
TeSIS 2006 di desa Wanaraja, Garut
Rabu, 19 November 2008
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Kuesioner/Angket
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
2 Interview / Wawancara
Pedoman Wawancara
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
3 Observasi
Panduan Observasi
Benda, kondisi, situasi, proses, perilaki
4 Studi Dokumen
Form Pencatat Dokumen
Catatan resmi, dokumen, UU, Putusan hakim, buku, jurnal, dsb
Metode Pengumpulan Data (Sutrisno Hadi, 1998: 67) :
* Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
* Interview, yaitu pengumpulan data yang bercakap-cakap dengan sumber data baik langsung maupun tidak langsung
* Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati kegiatan tertentu
* Test, yaitu pengumpulan data yang bersifat potensial
* Eksperimen, yaitu pengumpulan data yang memakai cara dengan mengadakan suatu percobaan terhadap sesuatu hal
* Dokumenter, yaitu pengumpulan data dengan mengambil data yang sudah tercatat dalam dokumen
KUESIONER (ANGKET)
Pengertian
* Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140
* Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
Jenis kuesioner dapat dibeda-bedakan dari berbagai sudut pandang :
Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
* Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
* Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.
Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
* Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
* Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuknya maka ada:
* Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesionr tertutup.
* Kuesioner isian yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
* Chek list sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek pada kolom yang sesuai.
* Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN KUESIONER
Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
* Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
* Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
* Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
* Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
* Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
* Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
* Seringkali sukar dicari validitasnya
* Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
* Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
* Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
Langkah Menyusun Angket
* Menyusun matrik spesifik data
* Menyusun angket
* Try out (uji coba angket)
* Revisi angket
* Memperbanyak angket
Ad, 1 Menyusun matrik spesifik data
* Matrik spesifik data berguna untuk melihat atau memperjelas permasalahan yang akan dituangkan di dalam angket, antara lain konsep-konsep yang diteliti, variabel-variabel apa saja yang perlu diukur dan diidentifikasi
* Batas konsep yang akan diteliti
* Variabel-variabel yang perlu diidentifikasi dan diukur yaitu Variabel bebas dan variabel terikat
Ad. 2. Menyusun angket
* Kisi-kisi instrumen : berisi tentang konsep yang dijabarkan dalam variabel-variabel, indikator-indikator yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Masing-masing indikator selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun angket.
* Item angket : item-item angket sebagai alat ukur didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya.
* Setelah indikator-indikator ditetapkan kemudian dituangkan ke dalam item-item angket yang disusun sesuai tujuan penelitian.
Ad. 3 Try Out (uji coba) angket
* Sebelum penggunaan yang sebenarnya sangat mutlak adanya uji coba terhadap isi maupun bahasa redaksi dari angket yang telah selesai disusun.
Tujuan diadakan try out ini adalah sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1998: 166) :
* Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
* Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
* Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
* Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.
* Melalui try out ini angket juga diuji validitas dan rehabilitasnya. Instrumen yang baik mempunyai validitas dan rehabilitas yang tinggi.
Ad. 4. Revisi angket
* Hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket. Revisi angket dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid selama masih ada item yang mewakili.
ad. 5 Memperbanyak angket
* Setelah angket direvisi maka langkah selanjutnya adalah memperbanyak angket yang telah direvisi tersebut sesuai dengan jumlah yang dikehendaki, juga perlu diperhitungkan kemungkinan tak kembalinya angket.
INTERVIEW ATAU WAWANCARA
* Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Cin utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
* Interview adalah “sebuah dialog (interview) yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)” (Suharsimi Arikunto, 1999: 149).
Jenis Interview
* Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan
* Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
* Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin
Observasi
Pengertian
* Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi"(Mohamad Ali, 1995 : 91).
* Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki” (Sutrisno Hadi, 1998: 136).
* Teknik atau cara ini banyak digunakan baik dalam penelitian sejarah, deskriptif ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.
Jenis observasi dibagi dua yaitu:
* Observasi langsung merupakan pengamatan terhadap perilaku dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bersifat pasif sebagai pengamat.
* Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan :
* Derajat kepercayaan tinggi
* Konteks sosial yang diamati belum dipengaruhi faktor lain (natural)
* Tidak terbatas hanya pada manusia
* Dapat menggunakan alat bantu
Kelemahan :
* Memerlukan waktu yang lama
* Kurang efektif mengamati gejala pada individu seperti sikap, motivasi, pandangan dan sebagainya
* Tidak dapat mengamati gejala yang peka / rahasia
* Tidak dapat mengamati gejala masa lampau.
Studi Dokumen (Pustaka)
Proses pengumpulan data :
* Menentukan bahan hukum yang dicari
* Mencari sumber bahan hukum (data sekunder) yang diperlukan
* Melakukan content identification (dengan mempelajari substansi)
* Mencatat data/bahan hukum dalam form pencatat dokumen
* Mengklasifikasi data dalam form pencatat sesuai permasalahan yang diteliti.
sumber : hukum.uns.ac.id
1. Kuesioner/Angket
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
2 Interview / Wawancara
Pedoman Wawancara
Responden (mhs, petani, pejabat, dsb)
3 Observasi
Panduan Observasi
Benda, kondisi, situasi, proses, perilaki
4 Studi Dokumen
Form Pencatat Dokumen
Catatan resmi, dokumen, UU, Putusan hakim, buku, jurnal, dsb
Metode Pengumpulan Data (Sutrisno Hadi, 1998: 67) :
* Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
* Interview, yaitu pengumpulan data yang bercakap-cakap dengan sumber data baik langsung maupun tidak langsung
* Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati kegiatan tertentu
* Test, yaitu pengumpulan data yang bersifat potensial
* Eksperimen, yaitu pengumpulan data yang memakai cara dengan mengadakan suatu percobaan terhadap sesuatu hal
* Dokumenter, yaitu pengumpulan data dengan mengambil data yang sudah tercatat dalam dokumen
KUESIONER (ANGKET)
Pengertian
* Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui”. Suharsimi Arikunto (1999:140
* Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.
Jenis kuesioner dapat dibeda-bedakan dari berbagai sudut pandang :
Dipandang dari cara menjawabnya, maka ada:
* Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat sendiri.
* Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.
Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
* Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya
* Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain
Dipandang dari bentuknya maka ada:
* Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesionr tertutup.
* Kuesioner isian yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
* Chek list sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek pada kolom yang sesuai.
* Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan-tingkatan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN KUESIONER
Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
* Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
* Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
* Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden.
* Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab.
* Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
* Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya.
* Seringkali sukar dicari validitasnya
* Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
* Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan tertutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
* Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat
Langkah Menyusun Angket
* Menyusun matrik spesifik data
* Menyusun angket
* Try out (uji coba angket)
* Revisi angket
* Memperbanyak angket
Ad, 1 Menyusun matrik spesifik data
* Matrik spesifik data berguna untuk melihat atau memperjelas permasalahan yang akan dituangkan di dalam angket, antara lain konsep-konsep yang diteliti, variabel-variabel apa saja yang perlu diukur dan diidentifikasi
* Batas konsep yang akan diteliti
* Variabel-variabel yang perlu diidentifikasi dan diukur yaitu Variabel bebas dan variabel terikat
Ad. 2. Menyusun angket
* Kisi-kisi instrumen : berisi tentang konsep yang dijabarkan dalam variabel-variabel, indikator-indikator yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Masing-masing indikator selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun angket.
* Item angket : item-item angket sebagai alat ukur didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya.
* Setelah indikator-indikator ditetapkan kemudian dituangkan ke dalam item-item angket yang disusun sesuai tujuan penelitian.
Ad. 3 Try Out (uji coba) angket
* Sebelum penggunaan yang sebenarnya sangat mutlak adanya uji coba terhadap isi maupun bahasa redaksi dari angket yang telah selesai disusun.
Tujuan diadakan try out ini adalah sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1998: 166) :
* Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
* Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
* Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
* Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.
* Melalui try out ini angket juga diuji validitas dan rehabilitasnya. Instrumen yang baik mempunyai validitas dan rehabilitas yang tinggi.
Ad. 4. Revisi angket
* Hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket. Revisi angket dilakukan dengan jalan menghilangkan item-item pertanyaan yang tidak valid selama masih ada item yang mewakili.
ad. 5 Memperbanyak angket
* Setelah angket direvisi maka langkah selanjutnya adalah memperbanyak angket yang telah direvisi tersebut sesuai dengan jumlah yang dikehendaki, juga perlu diperhitungkan kemungkinan tak kembalinya angket.
INTERVIEW ATAU WAWANCARA
* Interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk-dijawab secara lisan pula. Cin utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer atau information hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Hadari Nawawi, 1995: 124).
* Interview adalah “sebuah dialog (interview) yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)” (Suharsimi Arikunto, 1999: 149).
Jenis Interview
* Interview bebas, yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan
* Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
* Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin
Observasi
Pengertian
* Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung disebut pengamatan atau observasi"(Mohamad Ali, 1995 : 91).
* Pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki” (Sutrisno Hadi, 1998: 136).
* Teknik atau cara ini banyak digunakan baik dalam penelitian sejarah, deskriptif ataupun eksperimental, karena dengan pengamatan memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat.
Jenis observasi dibagi dua yaitu:
* Observasi langsung merupakan pengamatan terhadap perilaku dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian untuk diteliti. Dalam penelitian ini peneliti bersifat pasif sebagai pengamat.
* Observasi berperan merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan :
* Derajat kepercayaan tinggi
* Konteks sosial yang diamati belum dipengaruhi faktor lain (natural)
* Tidak terbatas hanya pada manusia
* Dapat menggunakan alat bantu
Kelemahan :
* Memerlukan waktu yang lama
* Kurang efektif mengamati gejala pada individu seperti sikap, motivasi, pandangan dan sebagainya
* Tidak dapat mengamati gejala yang peka / rahasia
* Tidak dapat mengamati gejala masa lampau.
Studi Dokumen (Pustaka)
Proses pengumpulan data :
* Menentukan bahan hukum yang dicari
* Mencari sumber bahan hukum (data sekunder) yang diperlukan
* Melakukan content identification (dengan mempelajari substansi)
* Mencatat data/bahan hukum dalam form pencatat dokumen
* Mengklasifikasi data dalam form pencatat sesuai permasalahan yang diteliti.
sumber : hukum.uns.ac.id
MENULIS LAPORAN
Menulis sebuah laporan kegian ilmiah merupakan sebuah pekerjaan dengan tantangan yang khas, sebagian dikarenakan harapan kita ketika membaca sebuah laporan kegiatan ilmiah sangat berbeda dengan ketika kita membaca jenis naskah lainnya. Normalnya, kamu tidak membaca sebuah laporan kegiatan ilmiah secara linier "dari awal sampai akhir". Pada saat membaca sebuah laporan kegiatan ilmiah orang biasanya memusatkan perhatian untuk mendapatkan poin-poin penting dengan membaca abstrak/ringkasan, gambar, atau paragraf awal dalam bab pembahasan. Perhatian terhadap teks selebihnya baru diberikan ketika seseorang akan mengulang percobaan, mengumpulkan informasi untuk tinjauan pustaka, atau mengevaluasi kekurangan dalam metoda yang digunakan atau interpretasi hasilnya. Sebuah laporan kegiatan ilmiah hendaknya ditulis dengan sejelas dan setepat mungkin. Selain itu laporan kegiatan ilmiah harus mengacu pada sejumlah informasi penting tentang pelaksanaan penelitian. Data harus diringkas dalam beberapa cara: dengan menggunakan tabel, gambar, dan teks hasil (yang mungkin juga memuat analisis statistik).
Sebaiknya kamu menghindari kalimat-kalimat berbunga, lebih baik langsung ke pokok pikiran/masalah yang dimaksud. Gunakan gaya bahasa yang datar dan sebisa mungkin hindari penggunaan jargon yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu. Kamu dapat mengunakan kalimat pasif untuk menjelaskan gagasan-gagasan mu. Ketika menguraikan hasil, lakukan seolah-olah sedang menjelaskan gambar atau tabel kepada seorang teman. Sebaiknya dihindari penggunaan terminologi statistik dalam tubuh kalimat. Terakhir, organisasikan naskah menurut format yang ditetapkan oleh panitia penyelenggara.
Sebelum kamu memulai menulis, carilah suatu cara untuk mengorganisasikan bahan-bahan yang dimiliki sehingga diketahui apa yang akan kamu tulis, bagaimana urutannya, dan apa yang ingin disampaikan. Usahakan menulis sebuah outline. Kamu dapat menulis gagasan pada secarik kertas. Tulisan tersebut tidak harus rapi, karena dimaksudkan sebagai alat bantu ketika memikirkan apa yang akan diungkapkan. Gunakan cara apapun yang cocok untukmu bagaimanapun anehnya cara tersebut!
Ketika merencanakan penulisan, jangan mengkhawatirkan bahasa. Pusatkan perhatian mu pada apa yang akan diungkapkan. Jangan membuang waktu dengan terlalu memusatkan perhatian pada ejaan. Hal-hal tersebut dapat dipikirkan belakangan setelah diputuskan tentang apa yang akan diungkapkan. Jika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki tata-bahasa dalam menyusun naskah awal, harus diingat, mungkin belakangan nanti akan banyak paragarf yang harus dihilangkan karena ternyata tidak diperlukan; atau setidaknya harus dilakukan perubahan yang mendasar. Dengan demikian, berikan perhatian pada tata-bahasa setelah yakin benar dengan apa yang akan diungkapkan.
Para penulis yang lebih berpengalaman umumnya menulis ulang dan melakukan perubahan teks lebih mendalam daripada mereka yang kurang berpengalaman. Setiap orang memerlukan waktu yang cukup untuk dapat menyusun karya yang baik. Semakin baik seorang penulis akan semakin dapat melihat bahwa gagasan/tulisan/ pemikiran awal yang dapat diperbaiki. Karena itu, kamu harus memberi waktu cukup pada diri mu sendiri untuk menulis ulang gagasan/pemikiran agar nantinya pembaca mencapai pemahaman terbaik tentang apa yang ingin kamu ungkapkan, bukannya apa yang terbaik yang dapat dicapai pada menit-menit terakhir.
Mintalah beberapa orang membaca apa yang telah ditulis. Minta tolonglah pada teman, atau guru pembimbing anda. Lakukan hal tersebut tanpa menunggu naskah anda "sempurna" karena jika orang yang kamu mintai tolong memberi saran perubahan mungkin kamu akan merasa keberatan melakukannya. Berikan kepada temanmu naskah sementara (draft) dan beritahukan umpan balik apa yang anda perlukan: komentar atas organisasi naskah? gagasan? bahasa? Atau aspek teknis dari apa yang sudah kamu tulis.
Karya yang bagus memerlukan latihan. Orang yang dapat menjadikan diri kita sebagai penulis yang handal hanyalah diri kita sendiri. Jadi lakukan pekerjaan tersebut, tunjukkan hasilnya pada orang lain, lalu tulis ulang, tulis ulang, dan tulis ulang naskah anda.
Tersedia banyak buku teks maupun panduan menulis yang dapat dijadikan acuan. Buku-buku tersebut memberikan banyak metode yang dapat diterapkan, namun jika metode-metode tersebut tidak cocok untuk anda maka gunakan cara anda sendiri.
Sumber : http://www.progriptek.ristek.go.id
Sebaiknya kamu menghindari kalimat-kalimat berbunga, lebih baik langsung ke pokok pikiran/masalah yang dimaksud. Gunakan gaya bahasa yang datar dan sebisa mungkin hindari penggunaan jargon yang spesifik untuk disiplin ilmu tertentu. Kamu dapat mengunakan kalimat pasif untuk menjelaskan gagasan-gagasan mu. Ketika menguraikan hasil, lakukan seolah-olah sedang menjelaskan gambar atau tabel kepada seorang teman. Sebaiknya dihindari penggunaan terminologi statistik dalam tubuh kalimat. Terakhir, organisasikan naskah menurut format yang ditetapkan oleh panitia penyelenggara.
Sebelum kamu memulai menulis, carilah suatu cara untuk mengorganisasikan bahan-bahan yang dimiliki sehingga diketahui apa yang akan kamu tulis, bagaimana urutannya, dan apa yang ingin disampaikan. Usahakan menulis sebuah outline. Kamu dapat menulis gagasan pada secarik kertas. Tulisan tersebut tidak harus rapi, karena dimaksudkan sebagai alat bantu ketika memikirkan apa yang akan diungkapkan. Gunakan cara apapun yang cocok untukmu bagaimanapun anehnya cara tersebut!
Ketika merencanakan penulisan, jangan mengkhawatirkan bahasa. Pusatkan perhatian mu pada apa yang akan diungkapkan. Jangan membuang waktu dengan terlalu memusatkan perhatian pada ejaan. Hal-hal tersebut dapat dipikirkan belakangan setelah diputuskan tentang apa yang akan diungkapkan. Jika terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memperbaiki tata-bahasa dalam menyusun naskah awal, harus diingat, mungkin belakangan nanti akan banyak paragarf yang harus dihilangkan karena ternyata tidak diperlukan; atau setidaknya harus dilakukan perubahan yang mendasar. Dengan demikian, berikan perhatian pada tata-bahasa setelah yakin benar dengan apa yang akan diungkapkan.
Para penulis yang lebih berpengalaman umumnya menulis ulang dan melakukan perubahan teks lebih mendalam daripada mereka yang kurang berpengalaman. Setiap orang memerlukan waktu yang cukup untuk dapat menyusun karya yang baik. Semakin baik seorang penulis akan semakin dapat melihat bahwa gagasan/tulisan/ pemikiran awal yang dapat diperbaiki. Karena itu, kamu harus memberi waktu cukup pada diri mu sendiri untuk menulis ulang gagasan/pemikiran agar nantinya pembaca mencapai pemahaman terbaik tentang apa yang ingin kamu ungkapkan, bukannya apa yang terbaik yang dapat dicapai pada menit-menit terakhir.
Mintalah beberapa orang membaca apa yang telah ditulis. Minta tolonglah pada teman, atau guru pembimbing anda. Lakukan hal tersebut tanpa menunggu naskah anda "sempurna" karena jika orang yang kamu mintai tolong memberi saran perubahan mungkin kamu akan merasa keberatan melakukannya. Berikan kepada temanmu naskah sementara (draft) dan beritahukan umpan balik apa yang anda perlukan: komentar atas organisasi naskah? gagasan? bahasa? Atau aspek teknis dari apa yang sudah kamu tulis.
Karya yang bagus memerlukan latihan. Orang yang dapat menjadikan diri kita sebagai penulis yang handal hanyalah diri kita sendiri. Jadi lakukan pekerjaan tersebut, tunjukkan hasilnya pada orang lain, lalu tulis ulang, tulis ulang, dan tulis ulang naskah anda.
Tersedia banyak buku teks maupun panduan menulis yang dapat dijadikan acuan. Buku-buku tersebut memberikan banyak metode yang dapat diterapkan, namun jika metode-metode tersebut tidak cocok untuk anda maka gunakan cara anda sendiri.
Sumber : http://www.progriptek.ristek.go.id
PEMILIHAN TOPIK
Pilihlah sebuah topik yang menarik menurut kamu, jangan mengerjakan semua ide. Mungkin saja kamu dapat mengerjakan sebagian atau semua ide. Tapi itu akan menghabiskan banyak waktu. Hal penting untuk melakukan eksperimen adalah mempelajari lebih banyak tentang ilmu itu sendiri. Tidak perlu harus sangat lengkap dan diharapkan menjadi sukses dalam melakukan eksperimen mu. Tapi yang pasti eksperimen yang bagus dapat dikembangkan untuk menjawab pertanyaan yang mendasar tentang kejadian dan situasi dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mudah untuk memilih sebuah topik :
1. Perhatikan alam sekitarmu; Gunakan kalimat "saya ingin tahu mengapa......." , hal tersebut akan sangat membantu mu dalam mendapatkan topik. Sebagai contoh Saya ingin tahu mengapa bunga yang dipotong tangkainya bisa tetap segar didalam vas yang berisi air? Pertanyaan ini akan mendorong kamu untuk melakukan eksperimen. Apakah ada pengaruh selain air yang membuat bunga tetap segar? Atau apakah cara pemotongan ranting dapat mempengaruhi kesegarannya? Pertanyaan-pertanyaan yang berkelanjutan ini akan membuat kamu mendapatkan topik untuk melakukan eksperimen. Tetaplah buka mata dan telinga kamu, dan mulai menayakan pada diri kamu sendiri dengan pertanyaan penyelidikan.Ada sejumlah pertanyaan yang dirumuskan dan ada pula yang ditanyakan kepada diri kamu sendiri yang dapat digunakan untuk mengembankan topik kegiatan ilmiah. Pertanyaan ini dapat membimbing kamu untuk mengembangkan eksperimen, topiknya tentang genetika.
2. Pengalaman diri kamu sendiri; Kamu pasti pernah mengalami sakit flu. Sakit flu memang tidak menyenangkan, tetapi kamu dapat menggunakan ketidaknyamanan ini sebagai alat untuk memilih topik eksperimen kamu. Kamu dapat mencatat bahwa jika sakit flu makanan terasa tidak enak. Kemudian kamu tidak dapat mencium aroma makanan tersebut karena hidung tersumbat. Seharusnya kamu akan mempunyai pertanyaan apakah penciuman akan mempengaruhi rasa? Catatlah hipotesis mu dan mulailah merancang sebuah eksperimen.
3. Dapatkan dari majalah ilmiah atau buku kumpulan kegiatan ilmiah: Dari majalah ilmiah kamu bisa mendapatkan fakta-fakta yang menarik bagi kamu dan yang membimbing kamu untuk membuat pertanyaan-pertanyaan penyelidikan. Jangan berharap ide-ide topik dalam majalah ilmiah, apalagi instruksi-instruksi mengenai langkah-langkah eksperimen dan rancangan eksperimen. Sebuah artikel dapat membawa kamu memikirkan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan lainnya. Buku-buku kumpulan kegiatan ilmiah dapat memberikan ide-ide eksperimen dan dapat mempertajam kemampuan kamu dalam mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan.
Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti jangan berkesperimen dengan hewan bertulang belakang atau bakteri, melainkan dengan ijin khusus dari organisasi setempat di daerah kamu. Eksperimen juga tidak boleh merusak atau mengintimidasi subyek eksperimen
sumber :Johanes Surya, Penelitian ilmiah Remaja
Cara mudah untuk memilih sebuah topik :
1. Perhatikan alam sekitarmu; Gunakan kalimat "saya ingin tahu mengapa......." , hal tersebut akan sangat membantu mu dalam mendapatkan topik. Sebagai contoh Saya ingin tahu mengapa bunga yang dipotong tangkainya bisa tetap segar didalam vas yang berisi air? Pertanyaan ini akan mendorong kamu untuk melakukan eksperimen. Apakah ada pengaruh selain air yang membuat bunga tetap segar? Atau apakah cara pemotongan ranting dapat mempengaruhi kesegarannya? Pertanyaan-pertanyaan yang berkelanjutan ini akan membuat kamu mendapatkan topik untuk melakukan eksperimen. Tetaplah buka mata dan telinga kamu, dan mulai menayakan pada diri kamu sendiri dengan pertanyaan penyelidikan.Ada sejumlah pertanyaan yang dirumuskan dan ada pula yang ditanyakan kepada diri kamu sendiri yang dapat digunakan untuk mengembankan topik kegiatan ilmiah. Pertanyaan ini dapat membimbing kamu untuk mengembangkan eksperimen, topiknya tentang genetika.
2. Pengalaman diri kamu sendiri; Kamu pasti pernah mengalami sakit flu. Sakit flu memang tidak menyenangkan, tetapi kamu dapat menggunakan ketidaknyamanan ini sebagai alat untuk memilih topik eksperimen kamu. Kamu dapat mencatat bahwa jika sakit flu makanan terasa tidak enak. Kemudian kamu tidak dapat mencium aroma makanan tersebut karena hidung tersumbat. Seharusnya kamu akan mempunyai pertanyaan apakah penciuman akan mempengaruhi rasa? Catatlah hipotesis mu dan mulailah merancang sebuah eksperimen.
3. Dapatkan dari majalah ilmiah atau buku kumpulan kegiatan ilmiah: Dari majalah ilmiah kamu bisa mendapatkan fakta-fakta yang menarik bagi kamu dan yang membimbing kamu untuk membuat pertanyaan-pertanyaan penyelidikan. Jangan berharap ide-ide topik dalam majalah ilmiah, apalagi instruksi-instruksi mengenai langkah-langkah eksperimen dan rancangan eksperimen. Sebuah artikel dapat membawa kamu memikirkan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan lainnya. Buku-buku kumpulan kegiatan ilmiah dapat memberikan ide-ide eksperimen dan dapat mempertajam kemampuan kamu dalam mengemukakan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan.
Ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti jangan berkesperimen dengan hewan bertulang belakang atau bakteri, melainkan dengan ijin khusus dari organisasi setempat di daerah kamu. Eksperimen juga tidak boleh merusak atau mengintimidasi subyek eksperimen
sumber :Johanes Surya, Penelitian ilmiah Remaja
PROSES PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Penelusuran pustaka
4. Rancangan penelitian
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penyimpulan hasil
Tahapan ini hendaknya tidak dilihat sebagai lingkaran tertutup, tetapi sebagai suatu spiral yang semakin lama makin tinggi. Penyimpulan hasil suatu penelitian akan merupakan masukan bagi proses penelitian lanjutan, dan seterusnya.
1. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitia
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
ata yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Penelusuran pustaka
4. Rancangan penelitian
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penyimpulan hasil
Tahapan ini hendaknya tidak dilihat sebagai lingkaran tertutup, tetapi sebagai suatu spiral yang semakin lama makin tinggi. Penyimpulan hasil suatu penelitian akan merupakan masukan bagi proses penelitian lanjutan, dan seterusnya.
1. Identifikasi masalah
Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitia
Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
ata yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.
KATEGORI PENELITIAN
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, misalnya:
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data.
Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif.
Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa.
Metode ilmiah
Metode ilmiah digunakan oleh para ilmuwan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan. Metode ilmiah adalah suatu proses berpikir untuk mendapatkan cara penyelesaian yang mungkin terhadap suatu masalah. Proses tersebut termasuk dengan mencoba tiap-tiap kemungkinan untuk mendapatkan pemecahan yang terbaik. Tahap-tahap metode ilmiah meliputi :
1. Pengumpulan informasi
2. Identifikasi masalah
3. Perumusan Hipotesis
4. Eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
1. Pengumpulan informasi
Sumber informasi antara lain : pengalaman diri sendiri, sumber-sumber ilmu pengetahuan ataupun data dari penelitian yang berhubungan dengan percobaan-percobaan yang akan dilakukan.
Misalnya kamu menemukan roti ketika akan makan roti yang dibeli ibu kemaren sore. Mungkin saja informasi dari pengalaman pribadi tersebut bisa saja mendorong kamu untuk melakukan sebuah penelitian.
Atau kamu pernah mendengar informasi dari guru bahwa jamur dapat tumbuh pada suhu atau kelembaban tertentu pada pelajaran biologi. Teori ini seharusnya dapat mendorong kamu untuk melakukan penelitian lebih jauh.
2. Identifikasi masalah
Penelitian seharusnya sesuatu yang baru. Ia harus menambahkan pengetahuan baru pada bidang penelitian sehingga kita harus menampilkan dengan cara bagaimana karya kita mengeksplorasi bidang/issu/pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi, atau belum dieksplorasi secara detail, dan atau tidak dieksplorasi dengan cara yang diterapkan dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan kata lain, kita perlu memberikan alasan rasional bagi penelitian yang kita kerjakan (yaitu menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut).
Masalah adalah pertanyaan ilmiah yang akan dicari solusinya. Masalah dapat diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Masalah pertanyaan didefinisikan dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, dan yang dikaji dalam penelitian yang kita kerjakan. Untuk mempermudah dapat pula digunakan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Misalnya bagaimana lampu mempengaruhi perkembangbiakan jamur roti pada roti tawar.
Hal-hal yang harus kamu perhatikan adalah sebagai berikut : Batasi masalah. Perhatikan bahwa pertanyaanmu sebelumnya adalah mengenai suatu proses kehidupan jamur. Kamu bisa membatasi pertanyaanmu hingga pada satu jenis jamur atau pada beberapa kondisi suhu dengan cara menggunakan beberapa lampu dengan daya berbeda. Pilih masalah yang dapat dipecahkan.
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu ide untuk menyelesaikan suatu masalah. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu eksperimen. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Hipotesis menghubungkan dua faktor. Sebagai contoh, pada penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan adalah adalah lampu dan pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk menjawab pertanyaan di atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak.
Dasar-dasar hipotesis yang saya gunakan :
*
Tumbuh-tumbuhan dengan klorofil memerlukan cahaya untuk hidup. Jamur tidak mempunyai klorofil
*
Dari informasi yang saya dapat bahwa jamur roti dapat tumbuh pada roti tawar yang diletakan dalam kotak roti yang gelap
Pada mulanya tidak banyak orang berpendapat bahwa penelitian lebih berhubungan dengan pengumpulan fakta-fakta daripada menduga-duga jawaban suatu masalah. Belakangan baru diyakini manfaat hipotesis bagi pelaksanaan penelitian. Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4. Eksperimen
ksperimen adalah proses pengujian hipotesis. Sesuatu yang mempengaruhi eksperimen disebut variabel. Ada tiga jenis untuk mengidentifikasi eksperimen: variabel bebas, variabel tidak bebas dan variabel pengontrol.
Variabel bebas adalah variabel yang bisa diubah. Variabel tak bebas adalah variabel setelah pengamatan, bisa berubah karena dipengaruhi variabel bebas. Variabel-variabel yang tidak berubah disebut variabel variabel pengontrol. Pada eksperimen perkembangbiakan jamur roti, variabel bebasnya adalah cahaya dan variabel tak bebas adalah perkembang biakan jamur roti. Sedangkan variabel pengontrolnya aalah suhu dan lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik lakukan eksperimen lebih dari sekali. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Hanya ada satu variabel bebas selama melakukan eksperimen; Ulangi eksperimen lebih dari satu kali untuk menegaskan hasil eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
Kesimpulan adalah intisari dari hasil eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil eksperimen berbeda dengan hipotesis. Jika perlu kesimpulannya dapat diakhiri dengan memberikan masukan-masukan untuk pengujian selanjutnya.
Jika hasil eksperimen tidak mendukung hipotesis : Jangan ubah hipotesis tersebut; Jangan buang hasil eksperimen yang tidak mendukung hipotesis kamu;Berikan alasan-alasan yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan antara hipotesis kamu dengan hasil eksperimen; Berikan cara-cara yang dapat digunakan dalam percobaan selanjutnya untuk memperkuyat eksperimen awal kamu.
Jika hasil eksperimen mendukung hipotesis: Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan : menurut hipotesis saya, saya yakin bahwa jamur roti tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak. Hasil eksperimen saya mendukung ide tersebut bahwa jamur roti dapat berkembang biak tanpa cahaya. Setelah 21 hari, jamur roti telah tumbuh pada bahan uji, baik bahan yang ditempatkan di tempat gelap dan juga bahan uji, yang diberi cahaya. Kemungkinan temperatur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, dimana temperatur dalam kotak tertutup lebih tinggi daripada dalam kotak terbuka. Untuk pengujian selanjutnya, saya akan memilih temperatur sebagai variabel bebas dan menguji pengaruh perubahan temperatur terhadap pertumbuhan jamur roti.
1. Pengumpulan informasi
2. Identifikasi masalah
3. Perumusan Hipotesis
4. Eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
1. Pengumpulan informasi
Sumber informasi antara lain : pengalaman diri sendiri, sumber-sumber ilmu pengetahuan ataupun data dari penelitian yang berhubungan dengan percobaan-percobaan yang akan dilakukan.
Misalnya kamu menemukan roti ketika akan makan roti yang dibeli ibu kemaren sore. Mungkin saja informasi dari pengalaman pribadi tersebut bisa saja mendorong kamu untuk melakukan sebuah penelitian.
Atau kamu pernah mendengar informasi dari guru bahwa jamur dapat tumbuh pada suhu atau kelembaban tertentu pada pelajaran biologi. Teori ini seharusnya dapat mendorong kamu untuk melakukan penelitian lebih jauh.
2. Identifikasi masalah
Penelitian seharusnya sesuatu yang baru. Ia harus menambahkan pengetahuan baru pada bidang penelitian sehingga kita harus menampilkan dengan cara bagaimana karya kita mengeksplorasi bidang/issu/pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah dieksplorasi, atau belum dieksplorasi secara detail, dan atau tidak dieksplorasi dengan cara yang diterapkan dalam penelitian yang kita kerjakan. Dengan kata lain, kita perlu memberikan alasan rasional bagi penelitian yang kita kerjakan (yaitu menjelaskan mengapa kita melakukan hal tersebut).
Masalah adalah pertanyaan ilmiah yang akan dicari solusinya. Masalah dapat diungkapkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Masalah pertanyaan didefinisikan dengan mengajukan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum diketahui, dan yang dikaji dalam penelitian yang kita kerjakan. Untuk mempermudah dapat pula digunakan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. Misalnya bagaimana lampu mempengaruhi perkembangbiakan jamur roti pada roti tawar.
Hal-hal yang harus kamu perhatikan adalah sebagai berikut : Batasi masalah. Perhatikan bahwa pertanyaanmu sebelumnya adalah mengenai suatu proses kehidupan jamur. Kamu bisa membatasi pertanyaanmu hingga pada satu jenis jamur atau pada beberapa kondisi suhu dengan cara menggunakan beberapa lampu dengan daya berbeda. Pilih masalah yang dapat dipecahkan.
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu ide untuk menyelesaikan suatu masalah. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu eksperimen. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Hipotesis menghubungkan dua faktor. Sebagai contoh, pada penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan adalah adalah lampu dan pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk menjawab pertanyaan di atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak.
Dasar-dasar hipotesis yang saya gunakan :
*
Tumbuh-tumbuhan dengan klorofil memerlukan cahaya untuk hidup. Jamur tidak mempunyai klorofil
*
Dari informasi yang saya dapat bahwa jamur roti dapat tumbuh pada roti tawar yang diletakan dalam kotak roti yang gelap
Pada mulanya tidak banyak orang berpendapat bahwa penelitian lebih berhubungan dengan pengumpulan fakta-fakta daripada menduga-duga jawaban suatu masalah. Belakangan baru diyakini manfaat hipotesis bagi pelaksanaan penelitian. Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya. Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis, pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.
4. Eksperimen
ksperimen adalah proses pengujian hipotesis. Sesuatu yang mempengaruhi eksperimen disebut variabel. Ada tiga jenis untuk mengidentifikasi eksperimen: variabel bebas, variabel tidak bebas dan variabel pengontrol.
Variabel bebas adalah variabel yang bisa diubah. Variabel tak bebas adalah variabel setelah pengamatan, bisa berubah karena dipengaruhi variabel bebas. Variabel-variabel yang tidak berubah disebut variabel variabel pengontrol. Pada eksperimen perkembangbiakan jamur roti, variabel bebasnya adalah cahaya dan variabel tak bebas adalah perkembang biakan jamur roti. Sedangkan variabel pengontrolnya aalah suhu dan lingkungan.
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik lakukan eksperimen lebih dari sekali. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah : Hanya ada satu variabel bebas selama melakukan eksperimen; Ulangi eksperimen lebih dari satu kali untuk menegaskan hasil eksperimen
5. Perumusan kesimpulan
Kesimpulan adalah intisari dari hasil eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil eksperimen berbeda dengan hipotesis. Jika perlu kesimpulannya dapat diakhiri dengan memberikan masukan-masukan untuk pengujian selanjutnya.
Jika hasil eksperimen tidak mendukung hipotesis : Jangan ubah hipotesis tersebut; Jangan buang hasil eksperimen yang tidak mendukung hipotesis kamu;Berikan alasan-alasan yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan antara hipotesis kamu dengan hasil eksperimen; Berikan cara-cara yang dapat digunakan dalam percobaan selanjutnya untuk memperkuyat eksperimen awal kamu.
Jika hasil eksperimen mendukung hipotesis: Sebagai contoh, kamu bisa mengatakan : menurut hipotesis saya, saya yakin bahwa jamur roti tidak memerlukan cahaya untuk berkembang biak. Hasil eksperimen saya mendukung ide tersebut bahwa jamur roti dapat berkembang biak tanpa cahaya. Setelah 21 hari, jamur roti telah tumbuh pada bahan uji, baik bahan yang ditempatkan di tempat gelap dan juga bahan uji, yang diberi cahaya. Kemungkinan temperatur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, dimana temperatur dalam kotak tertutup lebih tinggi daripada dalam kotak terbuka. Untuk pengujian selanjutnya, saya akan memilih temperatur sebagai variabel bebas dan menguji pengaruh perubahan temperatur terhadap pertumbuhan jamur roti.
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Anak
Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Anak
Televisi sekarang telah menjelma sebagai sahabat yang aktif mengunjungi anak-anak. Bahkan di lingkungan keluarga yang para orang tuanya sibuk bekerja di luar rumah, televis telah berfungsi ganda, yaitu sebagai penyaji hiburan sekaligus sebagai pengganti peran orang tua dalam mendampingi keseharian anak-anak.
Ironisnya, di tengah-tengah peran vitalnya selaku media hiburan keluarga, dunia pertelevisian kini telah mengalami disorientasi dalam ikut mendidik penontonnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Titie Said, dunia pertelevisian kini terancam oleh unsur-unsur vulgarisme, kekerasan, dan pornografi (KR, 23/9-2003). Ketiga unsur tersebut hampir-hampir menjadi sajian rutin di sejumlah stasiun televisi serta dapat ditonton secara bebas bahkan oleh kalangan anak-anak. Padahal ketiga unsur itu mestinya dicegah agar tidak ditonton oleh anak-anak mengingat kondisi psikologi mereka yang belum mampu membedakan mana hal-hal yang positif dan mana hal-hal yang negatif dari sebuah tayangan TV.
Harus kita akui, belakangan ini berbagai tayangan televisi cenderung disajikan secara kurang selektif. Tayangan sinetron televisi, misalnya, kini didominasi oleh kisah-kisah percintaan orang dewasa, banyolan-banyolan konyol ala pelawak, intrik-intrik rumah tangga dari keluarga elit, cerita laga dan sejenisnya. Jika terus-terusan ditonton anak, hal ini akan membawa pengaruh kurang sehat bagi mereka. Sementara tayangan film yang khusus disajikan untuk anak-anak sering kali berisi adegan jorok dan kekerasan yang dapat merusak perkembangan jiwa. di sisi lain, aneka acara yang sifatnya menghibur anak-anak, seperti acara permainan, pentas lagu-lagu dan sejenisnya kurang memperoleh prioritas, atau hanya sedikit memperoleh jam tayang.
Masih minimnya komitmen televisi nasional dalam ikut mendidik anak-anak tampaknya menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para pemilik dan pengelola televisi. Orentasi pendidikan perlu menjadi semangat kerja para pemilik dan pengelola televisi dalam rangka membantu tugas orang tua, sekolah dan masyarakat dalam mengajarkan dan mendidik agama, budi pekerti, etos kerja, kedisiplinan, nilai-nilai kesopanan dan kreatifitas di kalangan anak-anak dan remaja.
Dalam situasi demikian tentu saja akan bersifat kontra produktif jika beberapa stasiun televisi menayangkan berbagai acara yang kurang memupuk upaya penanaman nilai agama dan budi pekerti. Untuk itu, sudah saatnya para pengelola televisi dituntut kesediaannya dalam memperbanyak volume acara yang membawakan pesan-pesan edukatif, positif. Sebaliknya mengurangi volume tayangan yang secara terselubung membawakan pesan-pesan negatif seperti sinetron yang bertemakan percintaan antara siswa dengan gurunya, intrik antar gadis dalam memperebutkan cowok keren, kebiasaan hura-hura, pesta, serta adegan-adegan kurang pantas lain yang membuat kalangan orang tua mengelus dada.
Kita akui, tayangan televisi seperti sinetron hanya sebatas rekaan sutradara yang tak mesti sejalan denga realitas pergaulan remaja kita sehari-hari. tetapi, karena TV telah menjadi media publik yang ditonton secara luas, termasuk kalangan anak-anak, maka akan memberi dampak kurang positif jika isinya bersifat vulgar. Di samping itu, judul sinetron yang selalu mengambil topik-topik tentang percintaan dan pacaran sedikit banyak akan mengajari anak-anak untuk berpacaran, tampil sexy, bergaya hidup trendy dan berorentasi yang penting happy. Walaupun tayangan ini belum tentu ditiru namun tetap akan mengontaminasi pikiran polosnya. Karena efek tayangan TV selama ini terbukti cukup ampuh bagi mereka. Simak saja, tingkah laku sebagian anak-anak remaja kita yang sangat mengidolakan tokoh-tokoh film percintaan dan sejenisnya.
Bertolak dari sini, dapat digarisbawahi bahwa penayangan bertemakan remaja yang kental nuasa percintaannya serta mengambil background anak sekolah seperti berseragan putih biru untuk SLTP maupun berseragan putih abu-abu untu SLTA justru kurang memberikan pra-kondisi bagi tumbuhnya remaja yang cerdas, berakhlak mulia, kreatif, disiplin dan lain-lain. Hal inilah yang membut orang tua menjadi ngeri dan sangat menyayangkan pemutranan sinetron yang miskin kandungan nilainya seperti itu.
Analisa dan Solusi
Munculnya beberapa TV swasta baru, baik yang cakupannya lokal maupaun nasional. Sebenarnya disambut hangat oleh publik. Hal ini lantaran publik merasa memperoleh tambahan berbagai sajian acara baru yang lebih beragam. Booming TV swasta sanggat diharapkan akan memberikan pencerahan budaya sekaligus pencerdasan melalui sajian informasi yang disampaikan secara tajam, objektif dan akurat, dengan sajian informasi yang tajam, maka akan mencerdaskan masyarakat dalam memahami berbagai persolan aktual baik di bidang ekonomi, pilitik, sosial, budaya, dan lain-lain. Disamping itu, TV juag akan memperluas wawasan masyarakat jika mereka aktif mengikuti acara dialog, debat, diskusi dan berbagai acara informatif-edukatif lain yang ditayangkan TV.
Namun tak dapat diingkari kehadiran beberapa TV swasta baru semakin mempertajam tingkat kompetisi bisnis pertelevisian di Indonesia. Sebagai konsekuensinya, para awak TV swasta yang ada, baik pemain lama maupun pemain baru, harus memutar otak untuk memilih strategi jitu dalam menggait pemirsa. Logikanya, jika mereka berhasil merebut simpati penonton secara luas maka sejumlah iklan akan masuk.
Yang menjadi keprihatinan kita, ternyata sebagian TV swasta memilih strategi yang kurang tepat untuk menggaet penonton, diantaranya lewat eksploitasi anak-anak dan remaja secara berlebihan. Dan hal tersebut tampak pada tiga hal. Pertama, judul-judul sinetron selalu vulgar, menantang, dan mengandung unsur pornografi. Kedua, pemilihan aktris yang kebanyakan anak-anak dan remaja belia. Ketiga, jenis peran yang dilakoninya kurang berakar pada budaya pergaulan masyarakat Indonesia, dan bahkan sering kurang sesuai dengan tingkat kematangan psikologis dan umur pemerannya.
Agaknya, pemilihan aktris yang masih belia ini dimaksudkan untu menggaet penonton dari kalangan ABG atau remaja sebanyak-banyaknya. Disamping itu, pemilihan alur cerita yang memilih setting anak-anak sekolah tentunya diorientasikan untuk membidik segmen penonton yang duduk di SD kelas-kelas atas, SLTP, SLTA. Padahal adegan dalam sinetron bersetting sekolahan tersebut sebenarnya belum pantas dilakukan oleh mereka. Apa lagi apa bila kita berpijak pada nilai dan norma agama dan adat ketimuran, tentu peran dan adegan itu tidak layak diekspos di muka umum.
Agaknya, tanyangan TV terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku anak-anak lantaran media ini sekarang telah berfungsi sebagai rujukan dan wahana peniruan (what they see is what they do). Anak-anak sebagai salah satu konsumen media secara sadar atau tidak telah dicekoki budaya baru yang dikontruksi oleh pasar (market ideologi).
Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tanyangan TV secara positif agaknya sangat membutuhkan peran optimal orang tua, terutama dalam mendampingi dan mengontrolnya. Orang tua harus sabar mendampingi anak-anaknya saat menonton TV. Hal ini perlu dilakukan orang tua agar anak tidak terpolusi oleh “Limbah budaya massa” yang terus mengalir lewat teknologi komunikasi yang hanya mempertontonkan hiburan sampah seperti hiburan opera sabun maupun sinetron akhir-akhir ini.
Orang tua perlu terus mananamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar. Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton TV. Yang justru mendapat perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat terangsang untuk berfikir kreatif.
Hal tersebut sangat perlu dilakuakn karena mengingat kondisi psikologis anak yang belum matang, akan sulit bagi mereka untuk membedakan mana yang positif dan mana yang negatif. Orang tua perlu senantiasa mandampingi dan membimbingnya. Bentuk kehati-hatian dari para orang tua semenjak dini sangat diperlukan untuk menangkal efek samping (side effect). Yang kemungkinan timbul jika anak-anak dibebaskan menonton berbagai tanyangan TV sekehendaknya.
Kontrol orang tua terhadap tayangan TV juga dapat dilakukan secara langsung kepada stasiun TV yang menayangkannya. Caranya, orang tua dapat melayangkan protes kepada stasiun TV yang menayangkan sebuah acara yang dianggap bernilai negatif. Cara protes ini sekarang lebih mudah dilakukan karena telah disediakan salurannya. Hampir semua TV di Indonesia memiliki telepon, fax, email, bahkan SMS yang bisa dijangkau dari mana-mana. Mereka umumnya menerima layanan pelangan (custumer service) hampir 24 jam. Adaikan ada dua orang dari setiap propinsi di Indonesia yang rela menyempatkan diri ‘mengawasi’, atau bahkan melakukan protes terhadap setiap tayangan TV yang berbau ‘sesat’, maka dipastikan stasiun TV akan sangat selektif menampilkan tayangan akibat kewalahan menerima protes dari banyak permirsa. Jihad (memerangi) TV dengan memprotesnya, walau lewat telefon koin, lebih berguna demi satu abad masa depan anak-anak kita.
Bagi pemilik atau pengelola stasiun-stasiun TV itu sendiri, adalah bagaimana dapat memformat acara TV yang mampu melatih anak agar berfikir kreatif. Yaitu dengan lebih menambah acara-acara yang banyak mengandung unsur pendidikan, seperti, kuis anak-anak, sejarah, dan lain sebagainya. Stasiun TV hendaknya betul-betul memikirkan nasib perkembangan generasi bangsa ini. Hendaknya tidak bermuara pada meraup keuntungan yang sebayak-banyaknya, dengan tanpa memikirkan nasib konsumennya. Akan tetapi bagaimana sebuah stasiun TV itu dapat atau ikut andil dalam upaya mendidik generasi bangsa ini, dengan menyuguhkan tayangan-tayangan yang betul-betul bermanfaat.
Kontrol terhadap tayanagn TV di masa depan agaknya akan bertambah optimal jika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Lembaga Sensor Sinetron mampu berjalan optimal. Kinerja kedua lembaga tersebut sanggat kiat tunggu, terutama dalam tiga hal. Pertama, mencegah unsur pornografi masuk dalam tanyangan sinetron. Kedua, mencegah unsur kekerasan berlebihan dalam sintron. Ketiga, mencegah pandangan dan pemikiran yang menyesatkan masuk dalam tayangan sinetron.
So, yang jelas dan pasti, faktor keterpengaruhan TV terhadap realitas pendidikan kita bukan hanya tugas pengelola TV, orang tua, atau KPI dan LSS, namun merupakan tangggung jawab yang harus dipikul oleh siapa saja yang masih membutuhkan pendidikan dan ilmu sebagai proses pembelajaran dan menaruh peduli terhadap perkembangan dan masa depan generasi bangsa ini.
Wallahu ‘alam bis shawab
Daftar Pustaka:
Nurudin Televisi Agama Baru Masyarakat Modern Malang: UMM Press 1997.
Zubaidi Dr. M.Pd. Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2006.
sumber : http://nadhirin.blogspot.com
Televisi sekarang telah menjelma sebagai sahabat yang aktif mengunjungi anak-anak. Bahkan di lingkungan keluarga yang para orang tuanya sibuk bekerja di luar rumah, televis telah berfungsi ganda, yaitu sebagai penyaji hiburan sekaligus sebagai pengganti peran orang tua dalam mendampingi keseharian anak-anak.
Ironisnya, di tengah-tengah peran vitalnya selaku media hiburan keluarga, dunia pertelevisian kini telah mengalami disorientasi dalam ikut mendidik penontonnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), Titie Said, dunia pertelevisian kini terancam oleh unsur-unsur vulgarisme, kekerasan, dan pornografi (KR, 23/9-2003). Ketiga unsur tersebut hampir-hampir menjadi sajian rutin di sejumlah stasiun televisi serta dapat ditonton secara bebas bahkan oleh kalangan anak-anak. Padahal ketiga unsur itu mestinya dicegah agar tidak ditonton oleh anak-anak mengingat kondisi psikologi mereka yang belum mampu membedakan mana hal-hal yang positif dan mana hal-hal yang negatif dari sebuah tayangan TV.
Harus kita akui, belakangan ini berbagai tayangan televisi cenderung disajikan secara kurang selektif. Tayangan sinetron televisi, misalnya, kini didominasi oleh kisah-kisah percintaan orang dewasa, banyolan-banyolan konyol ala pelawak, intrik-intrik rumah tangga dari keluarga elit, cerita laga dan sejenisnya. Jika terus-terusan ditonton anak, hal ini akan membawa pengaruh kurang sehat bagi mereka. Sementara tayangan film yang khusus disajikan untuk anak-anak sering kali berisi adegan jorok dan kekerasan yang dapat merusak perkembangan jiwa. di sisi lain, aneka acara yang sifatnya menghibur anak-anak, seperti acara permainan, pentas lagu-lagu dan sejenisnya kurang memperoleh prioritas, atau hanya sedikit memperoleh jam tayang.
Masih minimnya komitmen televisi nasional dalam ikut mendidik anak-anak tampaknya menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para pemilik dan pengelola televisi. Orentasi pendidikan perlu menjadi semangat kerja para pemilik dan pengelola televisi dalam rangka membantu tugas orang tua, sekolah dan masyarakat dalam mengajarkan dan mendidik agama, budi pekerti, etos kerja, kedisiplinan, nilai-nilai kesopanan dan kreatifitas di kalangan anak-anak dan remaja.
Dalam situasi demikian tentu saja akan bersifat kontra produktif jika beberapa stasiun televisi menayangkan berbagai acara yang kurang memupuk upaya penanaman nilai agama dan budi pekerti. Untuk itu, sudah saatnya para pengelola televisi dituntut kesediaannya dalam memperbanyak volume acara yang membawakan pesan-pesan edukatif, positif. Sebaliknya mengurangi volume tayangan yang secara terselubung membawakan pesan-pesan negatif seperti sinetron yang bertemakan percintaan antara siswa dengan gurunya, intrik antar gadis dalam memperebutkan cowok keren, kebiasaan hura-hura, pesta, serta adegan-adegan kurang pantas lain yang membuat kalangan orang tua mengelus dada.
Kita akui, tayangan televisi seperti sinetron hanya sebatas rekaan sutradara yang tak mesti sejalan denga realitas pergaulan remaja kita sehari-hari. tetapi, karena TV telah menjadi media publik yang ditonton secara luas, termasuk kalangan anak-anak, maka akan memberi dampak kurang positif jika isinya bersifat vulgar. Di samping itu, judul sinetron yang selalu mengambil topik-topik tentang percintaan dan pacaran sedikit banyak akan mengajari anak-anak untuk berpacaran, tampil sexy, bergaya hidup trendy dan berorentasi yang penting happy. Walaupun tayangan ini belum tentu ditiru namun tetap akan mengontaminasi pikiran polosnya. Karena efek tayangan TV selama ini terbukti cukup ampuh bagi mereka. Simak saja, tingkah laku sebagian anak-anak remaja kita yang sangat mengidolakan tokoh-tokoh film percintaan dan sejenisnya.
Bertolak dari sini, dapat digarisbawahi bahwa penayangan bertemakan remaja yang kental nuasa percintaannya serta mengambil background anak sekolah seperti berseragan putih biru untuk SLTP maupun berseragan putih abu-abu untu SLTA justru kurang memberikan pra-kondisi bagi tumbuhnya remaja yang cerdas, berakhlak mulia, kreatif, disiplin dan lain-lain. Hal inilah yang membut orang tua menjadi ngeri dan sangat menyayangkan pemutranan sinetron yang miskin kandungan nilainya seperti itu.
Analisa dan Solusi
Munculnya beberapa TV swasta baru, baik yang cakupannya lokal maupaun nasional. Sebenarnya disambut hangat oleh publik. Hal ini lantaran publik merasa memperoleh tambahan berbagai sajian acara baru yang lebih beragam. Booming TV swasta sanggat diharapkan akan memberikan pencerahan budaya sekaligus pencerdasan melalui sajian informasi yang disampaikan secara tajam, objektif dan akurat, dengan sajian informasi yang tajam, maka akan mencerdaskan masyarakat dalam memahami berbagai persolan aktual baik di bidang ekonomi, pilitik, sosial, budaya, dan lain-lain. Disamping itu, TV juag akan memperluas wawasan masyarakat jika mereka aktif mengikuti acara dialog, debat, diskusi dan berbagai acara informatif-edukatif lain yang ditayangkan TV.
Namun tak dapat diingkari kehadiran beberapa TV swasta baru semakin mempertajam tingkat kompetisi bisnis pertelevisian di Indonesia. Sebagai konsekuensinya, para awak TV swasta yang ada, baik pemain lama maupun pemain baru, harus memutar otak untuk memilih strategi jitu dalam menggait pemirsa. Logikanya, jika mereka berhasil merebut simpati penonton secara luas maka sejumlah iklan akan masuk.
Yang menjadi keprihatinan kita, ternyata sebagian TV swasta memilih strategi yang kurang tepat untuk menggaet penonton, diantaranya lewat eksploitasi anak-anak dan remaja secara berlebihan. Dan hal tersebut tampak pada tiga hal. Pertama, judul-judul sinetron selalu vulgar, menantang, dan mengandung unsur pornografi. Kedua, pemilihan aktris yang kebanyakan anak-anak dan remaja belia. Ketiga, jenis peran yang dilakoninya kurang berakar pada budaya pergaulan masyarakat Indonesia, dan bahkan sering kurang sesuai dengan tingkat kematangan psikologis dan umur pemerannya.
Agaknya, pemilihan aktris yang masih belia ini dimaksudkan untu menggaet penonton dari kalangan ABG atau remaja sebanyak-banyaknya. Disamping itu, pemilihan alur cerita yang memilih setting anak-anak sekolah tentunya diorientasikan untuk membidik segmen penonton yang duduk di SD kelas-kelas atas, SLTP, SLTA. Padahal adegan dalam sinetron bersetting sekolahan tersebut sebenarnya belum pantas dilakukan oleh mereka. Apa lagi apa bila kita berpijak pada nilai dan norma agama dan adat ketimuran, tentu peran dan adegan itu tidak layak diekspos di muka umum.
Agaknya, tanyangan TV terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku anak-anak lantaran media ini sekarang telah berfungsi sebagai rujukan dan wahana peniruan (what they see is what they do). Anak-anak sebagai salah satu konsumen media secara sadar atau tidak telah dicekoki budaya baru yang dikontruksi oleh pasar (market ideologi).
Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tanyangan TV secara positif agaknya sangat membutuhkan peran optimal orang tua, terutama dalam mendampingi dan mengontrolnya. Orang tua harus sabar mendampingi anak-anaknya saat menonton TV. Hal ini perlu dilakukan orang tua agar anak tidak terpolusi oleh “Limbah budaya massa” yang terus mengalir lewat teknologi komunikasi yang hanya mempertontonkan hiburan sampah seperti hiburan opera sabun maupun sinetron akhir-akhir ini.
Orang tua perlu terus mananamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar. Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton TV. Yang justru mendapat perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat terangsang untuk berfikir kreatif.
Hal tersebut sangat perlu dilakuakn karena mengingat kondisi psikologis anak yang belum matang, akan sulit bagi mereka untuk membedakan mana yang positif dan mana yang negatif. Orang tua perlu senantiasa mandampingi dan membimbingnya. Bentuk kehati-hatian dari para orang tua semenjak dini sangat diperlukan untuk menangkal efek samping (side effect). Yang kemungkinan timbul jika anak-anak dibebaskan menonton berbagai tanyangan TV sekehendaknya.
Kontrol orang tua terhadap tayangan TV juga dapat dilakukan secara langsung kepada stasiun TV yang menayangkannya. Caranya, orang tua dapat melayangkan protes kepada stasiun TV yang menayangkan sebuah acara yang dianggap bernilai negatif. Cara protes ini sekarang lebih mudah dilakukan karena telah disediakan salurannya. Hampir semua TV di Indonesia memiliki telepon, fax, email, bahkan SMS yang bisa dijangkau dari mana-mana. Mereka umumnya menerima layanan pelangan (custumer service) hampir 24 jam. Adaikan ada dua orang dari setiap propinsi di Indonesia yang rela menyempatkan diri ‘mengawasi’, atau bahkan melakukan protes terhadap setiap tayangan TV yang berbau ‘sesat’, maka dipastikan stasiun TV akan sangat selektif menampilkan tayangan akibat kewalahan menerima protes dari banyak permirsa. Jihad (memerangi) TV dengan memprotesnya, walau lewat telefon koin, lebih berguna demi satu abad masa depan anak-anak kita.
Bagi pemilik atau pengelola stasiun-stasiun TV itu sendiri, adalah bagaimana dapat memformat acara TV yang mampu melatih anak agar berfikir kreatif. Yaitu dengan lebih menambah acara-acara yang banyak mengandung unsur pendidikan, seperti, kuis anak-anak, sejarah, dan lain sebagainya. Stasiun TV hendaknya betul-betul memikirkan nasib perkembangan generasi bangsa ini. Hendaknya tidak bermuara pada meraup keuntungan yang sebayak-banyaknya, dengan tanpa memikirkan nasib konsumennya. Akan tetapi bagaimana sebuah stasiun TV itu dapat atau ikut andil dalam upaya mendidik generasi bangsa ini, dengan menyuguhkan tayangan-tayangan yang betul-betul bermanfaat.
Kontrol terhadap tayanagn TV di masa depan agaknya akan bertambah optimal jika Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Lembaga Sensor Sinetron mampu berjalan optimal. Kinerja kedua lembaga tersebut sanggat kiat tunggu, terutama dalam tiga hal. Pertama, mencegah unsur pornografi masuk dalam tanyangan sinetron. Kedua, mencegah unsur kekerasan berlebihan dalam sintron. Ketiga, mencegah pandangan dan pemikiran yang menyesatkan masuk dalam tayangan sinetron.
So, yang jelas dan pasti, faktor keterpengaruhan TV terhadap realitas pendidikan kita bukan hanya tugas pengelola TV, orang tua, atau KPI dan LSS, namun merupakan tangggung jawab yang harus dipikul oleh siapa saja yang masih membutuhkan pendidikan dan ilmu sebagai proses pembelajaran dan menaruh peduli terhadap perkembangan dan masa depan generasi bangsa ini.
Wallahu ‘alam bis shawab
Daftar Pustaka:
Nurudin Televisi Agama Baru Masyarakat Modern Malang: UMM Press 1997.
Zubaidi Dr. M.Pd. Pendidikan Berbasis Masyarakat Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2006.
sumber : http://nadhirin.blogspot.com
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI DESA DAN DI KOTA
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI DESA DAN DI KOTA
written by Yudhi at 2008-02-04
SEMINAR SEHARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
KESEHATAN SEKSUAL REPRODUKSI
DR. dr. Wimpie Pangkahila
PENDAHULUAN
Sungguh tidak mungkin berbicara tentang kesehatan reproduksi tanpa berbicara tentang seksualitas. Masalahnya sistem reproduksi dan sistem seksual boleh dikatakan merupakan satu sistem, walaupun fungsinya dapat dipisahkan.
Dahulu ketika kontrasepsi belum diriapatkan, fungsi reproduksi dan fungsi seksual seolah-olah menjadi satu. Hubungan seksual (fungsi seksual), seolah-olah identik dengan kehamilan (fungsi reproduksi), karena hubungan seksual selalu beresiko menimbulkan kehamilan. Tetapi setelah kontrasepsi menjadi sebagian kebutuhan hidup manusia, fungsi reproduksi terpisah dari fungsi seksual. Maka manusia dapat melakukan fungsi seksualnya tanpa menimbulkan akibat pada fungsi reproduksinya. Bahkan kemudian manusia febih banyak menggunakan fungsi seksual daripada fungsi reproduksinya, karena fungsi reproduksi telah disepakati hanya dibatasi dengan sedikit anak. Di Indonesia semboyan "dua anak cukup’ agaknya sudah memasyarakat.
Maka sesungguhnya dalam peqalanan hidupnya, manusia lebih banyak berurusan dengan kesehatan seksual daripadsa kesehatan reproduksinya. Dengan demikian istilah kesehatan seksual-reproduksinya agaknya lebih mengena daripada kesehatan reproduksinya. Tetapi memang disadari penggunaan kata "seks" bagi sebagian orang di negeri ini seolah-olah merupakan sesuatu yang sangat mengerikan dan perlu dihindari, walaupun mereka juga akrab dengan urusan seksual.
atas^
PERKEMBANGAN SEKSUAL- REPRODUKSI
TAHAP PERKEMBANGAN AWAL
Pada masa remaja awal mulailah terjadi perkembangan seksual-reproduksi. Perkembangan seksual-reproduksi pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks, baik pada laid-laki maupun perempuan. Hormon seks yang penting ialah testosteron, estrogen dan progesteron.
Pada perempuan, tanda fisik pertama yang menunjukkan perkembangan seksual adalah perkembangan payudara. Perkembangan ini diikuti oleh tumbuhnya rambia di bagian pubis dan di sekitar kelamin dan terjadinya menstruasi. Perkembangan payudara melewati 5 stadium, yaitu
Stadium 1 Bentuk infantil atau anak-anak
Stadium 2 Perkembangan payudara pubertas awal yang berbentuk tonjolan kecil jaringan payudara.
Stadium 3 Ukuran areola mamma (sekitar puting susu) dan payudara sendiri semakin besar dengan kontur bulat.
Stadium 4 Puting susu dan areola mamma bertambah besar dan membentuk tonjolan kedua di atas payudara
Stadium 5 Bentuk payudara dewasa. Tonjolan kedua yang tampak pada stadium 4 kini menjadi satu dengan kontur payudara.
Pertumbuhan rambut pubis pada perempuan juga melewati 5 stadium sebagai berikut:
Stadium 1 Bentuk infantil . Tidak ada rambut yang sebenarnya, meskipun mungkin ada rambut halus.
Stadium 2 Tumbuh rambut yang jarang, berpigmen dengan di daerah mons pubis dan labia
Stodium 3 Rambut pubis menjadi semakin gelap, lebih kasar dan keriting. Distribusinya masih minimal.
Stadium 4 Rambut pubis sudah seperti rambut pubis dewasa.
Stadium 5 Distribusi rambut pubis menjadi khas seperti pada perempuan dewasa yaitu berbentuk segitiga terbalik.
Seiring dengan itu, alat-alat kelamin perempuan baik bagian luar maupun bagian dalam juga berkembang menjadi sempuma. Alat kelamin bagian luar terjadi dari labia majora (bibir besar), labia minora (bibir kecil), dan klitoris. Sedang alat kelamin bagian dalam terdiri vagina yang di bagian lubang keluarnya mempunyai hymen (selaput dara) rahim, 2 saluran telur , dan 2 indung telur. Gangguan perkembangan mengakibatkan alat kelamin tidak sempurna dan tidak berfungsi.
Menstruasi pertama pada umumnya tejadi pada waktu payudara telah mencapai stadium 4, sebagian lagi pada waktu stadium 3, dan sedikit sekali mengalami ketika payudara mencapai stadium 2. Di samping perubahan-perubahan itu, bokong tampak melebar dan suara menjadi feminim.
Pada remaja laki-laki perubahan yang tejadi adalah bertambah besarnya buah pelir dan penis, tumbuhnya kumis dan rambut ketiak serta suara yang menjadi besar. Perkembangan kelamin laki-lai juga melalui 5 stadium, yaitu :
Stadium I Infantil, mulai dari lahir sampai perkembangan testis pubertas dimulai.
Stadium 2 membesaran testis (buah pefir) dan skrotum (kantung buah pelir) dengan perubahan warna skrotum yang semakin merah dan perubahan tekstur kulitnya.
Stadium 3 Penis bertambah panjang dan diametemya membesar. Testis dan skrotum masih mengalami perkembangan.
Stadium 4 Ukuran penis dan tests bertambah lagi. Skrotum berwama gelap. Glens penis (bagian kepala penis) telah berkembang sempuma.
Stadium 5 Ukuran dan bentuk kelamin dewasa.
Anak laki-laki mencapai stadium 2 pada usia 11-12 tahun, dan mencapai stadium 5 pada usia 15-16 tahun. Pertumbuhan rambut pubis pada laki-laki mirip dengan pertumbuhan pada perempuan yaitu melalui 5 stadium juga.
Peristiwa lain yang benar-benar merupakan pengalaman baru bagi remaja laki-laki ialah terjadinya nocturnal ejaculation yaitu keluamya sperma ketika tidur, yang biasanya diriahului oleh mimpi erotik. Noctumal Ejaculation biasanya terjadi bersama dengan nocturnal orgasm (orgasme = puncak reaksi seksual yang menimbulkan sensasi erofik yang menyenangkan). Pada remaja perempuan, frekuensi nocturnal orgasm lebih jarang. Tetapi frekuensi menjadi lebih sering pada remaja perempuan yang sebelumnya pernah mengalami orgasme, misalnya melalui masturbasi atau hubungan seksual.
Tetapi perkembangan seksual secara biologis dan fisiologis itu harus disertai oleh perkembangan psikoseksual yang selaras agar kehidupan seksual menjadi normal. Freud membagi perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak menjadi 4 stadium, yaitu 1) Fase Oral, 2) Fase Anal, 3) Fase Phallus, dan 4) Fase Laten.
Setelah itu anak memasuki masa remaja. Secara psilds, perubahan yang terjadi pada remaja ialah munculnya dorongan seksual, perasaan cinta dan tertarik kepada lawan jenisnya. Perasaan-perasaan ini juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon seks, yaitu testosteron.
Perkembangan seksual yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi seksualitas, yaitu masturbasi, nocturnal orgasm , percumbuan, dan hubungan seksual baik secara homoseksual maupun heteroseksual.
MASA REPRODUKSI AKTIF
Masa remaja sampai masa dewasa awal (15-45 tahun) merupakan masa reproduksi aktif, artinya masa di mana kesuburan berada dalam keadaan optimal, yadu perempuan mampu dan mudaj menjadi hamil, sedang laki-laki menjadi mampu dan mudah menghamili.
Data global di seluruh dunia menunjukkan kematian dan kesakitan ibu dan anak tinggi bila terjadi kehamilan senbelum berumur 18 tahun, sesudah berumur 35 tahun, dan sesudah terjadi 4 kelahiran dengan jarak kurang 2 tahun. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun lebih memungkinkan terjadinya keguguran, bayi lahir mati, cacat bawaan pada bayi, dan kematian ibu.
Karena itu dalam perencanaan keluarga Indonesia, digunakan konsep NKKBS (Norma Koluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) yaitu hamil pada umur 20-30 tahun, cukup 2 anak dengan jarak kelahiran 3 tahun. Setelah itu berhenti dari beban kehamilan dan kelahiran.
Tetapi konsep ini masih mengalami hambatan, khususnya ketika "dua anak cukup” dihubungkan dengan "laki-laki perempuan sama saja". Hambatan ini terutama muncul di masyarakat yang menempatkan laki-laki lebih tinggi dari wanita, yang sangat berkaitan erat dengan adat-istiadat setempat. Untuk mengatasi hambatan ini teknologi kedokteran reproduksi melakukan upaya preseleksi jenis kelamin bayi sesuai dengan yang direncanakan, walaupun hasilnya tidak selalu tepat.
Selain" hambatan itu, batasan minimal 20 tahun tidak diriukung oeh Undang-undang karena Undang-undang Perkawinan tahun 1974 mencantumkan usia minimal 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki. Memang telah teladi kecenderungan untuk menunda usia menikah baik bagi wanita maupun pda. Tetapi perkayanan antar remaja masih saja banyak dijumpai terutama di daerah pedesaan. Barangkali sudah tiba saatnya batas usia minimal tersebut diubah dan disesuaikan dengan perkembangan masa kini untuk mencegah bedangsungnya perkawinan usia remaja yang berdampak buruk baik bagi pihak pria, wanita , dan bayi.
Setelah tidak lagi merencanakan hamil dan melahirkan, fungsi reproduksi tidak berperan lagi. Maka tinggal fungsi seksual yang berperan dalam sisa usia yang masih panjang, bahkan semakin panjang, dengan semakin baiknya tingkat kesehatan dan sosial ekonomi masyarakat. Pada masa inilah kerap muncul masalah bila kesehatan seksual tidak diperhatikan dengan benar.
MENOPAUSE DAN ANDROPAUSE
Setelah melalul masa reproduktif aktif terjadilah perbedaan yang sangat jelas antara perempuan dan lald-laid dalam hal fungsi reproduksinya. Pada usia tua perempuan akan mengalami menopause, yang ditandai dengan berhentinya menstrusi. Pada masa menopause, fungsi reproduksi perempuan berhenti sama sekali, yang berarti tidak dapat menjadi hamil lagi. Tetapi ini bukan berarti padamnya kehidupan seksual perempuan.
Pada masa ini hormon estrogen dan progesteron menurun jauh sekali, yang selanjutnya menimbulkan berbagai akibat. Sekitar 80 % perempuan mengalami gejala akibat penurunan kadar hormon tersebut. Gejala yang umum terjadi adalah rasa panas pada tubuh bagian atas disertai warna kemerahan, berkeringat, dan kadang-kadang pusing. Rasa panas akan lebih mengganggu kalau terjadi pada malam hari, yang kemudian dapat mengganggu tidur sehingga dapat menimbulkan insomnia. Biasanya rasa panas ini akan hilang sendiri setelah terjadi beberapa tahun.
Akibat rendahnya kadar estrogen, terjadilah perubahan pada kelamin perempuan. Vagina berkerut dan lapisan epitelnya menipis, di samping elastisitas jaringannya hilang. Perlendiran vagina selama fase rangsangan, hanya sedikit terjadi. Perubahan-perubahan lni sering menimbulkan rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual. Namun keadaan ini dapat diatasi sehingga tidak menghambat hubungan seksual untuk selanjutnya.
Menopause tidak menurunkan atau melenyapkah dorongan seksual perempuan bila keadaan kesehatan seara umum baik. Demikian juga kemampuan mencapai orgasme tidak berubah karena menopause.
Berbeda dengan perempuan, laki-aki tidak mengalami sesuatu yang berhenti pada usia tua. Produksi sperma terus berlangsung walaupun telah mengalami penurunan. Kadar testostemn memang menurun secara perlahan-lahan, sedang penurunan pree testosteron lebih besar. Penurunan kadar hormon seks steroid pada perempuan terjadi lebih tajam.
Sekkar 5 % laki-laki pada usia enam-puluhan mengalami keadaan yang disebut "Andropause" , suatu istiah yang barangkali kurang tepat karena tidak ada sesuatu yang berhenti pada laki-laki. Masa ini ditandai dengan beberapa keluhan yaitu kelelahan, hiangnya selera makan, hilangnya dorongan seksual yang disertai hilangnya potensi seksual, mudah tersinggung dan mudah terganggunya daya konsentrasi.
Pada usia tua reaksi seksual laki-laki mengalami perubahan sebagai berikut:
1. Diperlukan waktu lebih lama dan rangsangan langsung pada penis untuk mengalami ereksi.
2. Ereksi terjadi dalam keadaan kurang kuat dan susdut yang terbentuk antara penis dan dinding perut menjadi lebih besar.
3. Intensitas ejakulasi menurun, dan volume sperma berkurang.
4. Kebutuhan untuk mengalami ejakulasi biasanya juga berkurang.
5. Periode refrakter menjadi semakin lama.
Perubahan-perubahan yang bersifat penurunan ini seringkali mencemaskan banyak laki-laki, apalagi kalau tidak ada pengertian dari istrinya. Keadaan ini akan terasa sebagai suatu masalah cukup besar dan mengganggu kalau terdapat perbedaan usia yang mencolok dengan istrinya.
atas^
GANGGUAN FUNGSI REPRODUKSI
Di tengah gemuruhnya program KB yang intinya untuk menekan laju pertambahan penduduk, terdapat sokitar 15 % manusia Indonesia yang justru mongalami kemandulan atau gangguan kesuburan sehingga tidak dapat menjadi hamil.
Kemandulan disebabkan oleh gangguan pada suami (40%), gangguan pada isteri (40%), gangguan pada kedua pihak (10%), dan tidak diketahui sebabnya (10%). Diantara gangguan yang terjadi pada suami maupun istri, penyakit menular seksual dan penyakit infeksi lain merupakan penyebab yang banyak dijumpai.
Akibat ketidak - mengertian, sampai saat ini masih banyak suami yang menyalahkan isterinya atau menganggap istrinya mandul bila kehamilan tidak kunjung terjadi. Bahkan tidak sedikit yang kemudian menikah lagi, dan berkali-kali pula. Padahal gangguan kesuburan suami merupakan penyebab kegagalan kehamilan yang conderung semakin meningkat
Kemajuan dalam ilmu kedokteran, khususnya kedokteran reproduksi, walaupun sudah cukup dahsyat tetap tidak selalu mampu mengatasi semua masalah kemandulan. Maka lebih baik menghindari gangguan fungsi reproduksi dengan memelihara kesehatan seksual-reproduksi.
atas^
GANGGUAN FUNGSI SEKSUAL
Ada beberapa gangguan fungsi seksual yang dialami oleh pria maupun wanita, yang tidak jarang menimbulkan masalah lebih lanjut.
Gangguan fungsi seksual pada pria ialah impotensi, ejakulasi dini, ejakulasi terhambat, dan dyspharounia (rasa sakit ketika hubungan seksual). Sedang gangguan fungsi seksual pada wanita ialah kegagalan orgasme, dysphareunia, dan vaginismus (kekejangan abnormal otot vagina).
Gangguan fungsi seksual tidak jarang menimbulkan akibat buruk bagi hubungan suami istri, seperti ketidakharmonisan dalam perkawinan, terjadinya hubungan seksual ekstramadtal dengan segala akibatnya, hilangnya kebahagiaan dalam perkawinan, dan perceraian. Terhambatnya kehamilan juga dapat terjadi akibat gangguan fungsi seksual. Sebaliknya gangguan fungsi seksual juga dapat timbul akibat terhambatnya kehamilan.
Porkembengan seksologi dan andrologi telah mampu mengatasi gangguan fungsi seksual yang terjadi dengan cukup memuaskan.
atas^
PERUBAHAN PERILAKU SEKSUAL DAN AKIBATNYA
Sejak lebih dari satu dekade terakhir ini telah terjadi perubahan dalam pandangan dan perilaku seksual masyarakat, khususnya di kalangan remaja di Indonesia. Beberapa penelitan yang telah dilakukan di beberapa kota sejak tahun 1981 dengan kuat tolah menunjukkan adanya perubahan itu. Pola pergaulan menjadi semakin bebas yang diriukung oleh berbagai fasilitas, aktifitas seksual semakin mudah dilakukan, bahkan mudah berlanjut menjadi hubungan seksual. Agaknya hubungan seksual tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral, yang hanya patut dilakukan dalam ikatan perkawinan. Beberapa bentuk hubungan seksual bebas yang terjadi di masyarakat ialah hubungan seksual dengan WTS/LTS, hubungan seksual dengan banyak pasangan, hubungan seksual dengan satu orang yang mompunyai banyak pasangan dan hubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal baik.
lronisnya di sisi lain masyarakat, khusunya remaja tidak menerima pendiriikan seks yang benar dan bertanggung jawab. Mereka menerima inforrnasi tentang seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan, misalnya dari cerita teman, video pomo, tayangan televisi dan film.
Maka tidak aneh bila timbul akibat buruk yaitu penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) tertnasuk AIDS , kehamilan pra-nikah, dan kehamilan tidak diinginkan serta pengguguran kandungan. Ketiga masalah ini sebenarnya merupakan data yang momperkuat hasil-hasil penelitian perilaku seksual yang telah dilakukan di beberapa kota di Indonesia sehingga menjadi tidak dapat dibantah lagi.
Penyakit Menular Seksual dapat menimbul,..kan akibat lebih lanjut antara lain kemandulan, baik pada laki-laki maupun wanita. Bahkan kini penularan AIDS telah manjadi suatu ancaman yang tidak boleh diremehkan bagi keluarga, karena seks bebas morupakan cara penularan AIDS yang utama. Dari data kasus AIDS yang tercetat sampai Maret 1997 sejumiah 524,82 % mendapat penularan melalui hubungan seksual, baik heteroseksual (79,8%), maupun homoseksual (20,2%). Mereka terdiri dari kelompok usia remaja, dewasa awal, dewasa pertengahan bahkan dewasa lanjut.
atas^
PENUTUP
Kesehatan seksual-reproduksi berperan penting bagi terbentuknya sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera, yang sebenarnya merupakan inti suatu bangsa. Kalau kesehaten seksual-reproduksi masyarakat tidak sehat baik fisik maupun mental, maka kebahagisan dan kesejahteraan terganggu, bahkan lenyap. Lebih jauh, ketahanan bangsa menjadi runtuh.
Maka membina kesehatan seksual reproduksi morupakan hal penting dalam upaya membentuk masyarakat yang bahagia dan sejahtera dengan ketahanan yang andal.
atas^
DAFTAR RUJUKAN
Kolodny, R.C., Masters, W.H. , Johnson, V.E. (1979) : Textbook of Sexual Medicine. Little, Brown & Co. Boston. Pangkahila, W. (1991) : Kesehatan Seksual Remaja Dalam Era NKKBS. Seminar Peranan Kesehatan Saks Dalam Membentuk Keluarga Sejahtera, Perkumpulan Andrologi Indonesia, Surabaya, 26 Oktober 1991.
Pangkahila, W. (1992) : Hubungan Seksual Di Luar Nikah : Suatu Masalah Masyarakat Modem. Seminar Fenomena Hubungan Seksual Di Luar Nikah, Suatu tinjauan Masalah Dan Pemecahannya. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Daerah NTB. Mataram, 6 Agustus 1992.
Pangkahila, W. (1992) : Kesehatan Seksual Dalam Membina Keluarga Bahagia. Seminar Peranan Kesehatan Saks Dalam Membina Kaluarga Bahagia, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,, Ujungpandano, 14 September 1992
Pangkahlia, W. (1992) : Seksualitas Usia Muda : Kenyataan Dan Pembinaannya. Seminar Saks, Suatu Segi Bagi Keluarga Bahagia,, Rs. St. Borromeus. Bandung, 3 Oktober 1992.
Pangkahila, W. (1997) : Perkembangan Seksual Remaja : Masalah dan Upaya Mengatasinya, Lokakarya Kesehatan Reproduksi Remaja,, YLKI,, Bukitunggi, 1 1 Maret 1997.
Pangkahila, W. (1997): Perilaku Seksual dan AIDS. Ceramah pada Kunjungan Ilmiah Badan Eksekubf Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Denpasar, 12 Maret 1997.
atas^
REMAJA DAN KESEHATAN IREPRODUKSI
dr. Ramona Sari
Remaja adalah golongan yang cukup banyak terdapat dalam susunan penduduk Indonesia dimana dari 200 juta penduduk, sekitar 20 % adalah golongan yang berusia 10 - 14 tahun. Kelak mereka akan menjadi orang tua dan mempunyai anak
Remaja pun mempunyai kedudukan yang unik karena dalam ilmu kedokteran digolongkan dalam usia peralihan ( pubertas) dan masa anak-anak ke masa dewasa. Peralihan yang terjadi bukan saja fisik dan mental, tetapi juga terjadi perubahan secara berangsur-angsur pada sistim reproduksinya menjadi matang dan berfungsi seperti orang dewasa. Setiap perubahan bagaimana pun juga akan menyebabkan timbulriya goncangan bagi individu yang mengalami.
Kesehatan reproduksi secara singkat dapat digambarkan sebagai suatu keadaan dimana fisik mental dan sosial dinyatakan sehat supaya dapat menjalankan fungsi reproduksi. Hal ini berarti mencakup
1. Kemampuan ber-reproduksi
2. Berhasil mempunyai anak yang sehat, dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa
3. Aman menjalankan proses reproduksi termasuk melakukan hubungan seks, hamil, melahirkan, memilih jumlah anak dan menetapkan pemakaian KB.
Dan yang terpenting disini adalah hak laki-laki atau perempuan untuk mendapatkan informasi dun pelayanan serta menentukan keinginannya dalam kehidupan reproduksi.
Seperti yang telah disebut di atas, usia remaja berdasar antara 12 - 24 th (12 - 21 th) Pada awal usia remaja teqadi perkembangan dan pemasangan alat dan fungsi reproduksi secara berangsur-angsur sampai mereka memasuki usia dewasa muda. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan fisik seperti tubuh menjadi lebih tinggi dan otot tubuh menjadi lebih membesar, timbulnya jerawat wajah, tumbuh bulu diketiak dan kemaluan, tumbuhnya payudara, tejadi perubahan suara dan tumbuh kumis pada remaja pria. Dan yang terpenting adalah datangnya haid pada remaja putri dan hadirnya mimpi basah pada remaja putra, sebagai tanda bahwa organ reproduksinya mulai berfungsi. Perubahan ini kadang-kadang menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa dirinya menjadi lain dan remaja pun bingung, karena mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dan tidak mendapat informasi yang memadai.
Selain itu terjadi pula perubahan minat dan perilaku pada remaja seperti:
• mereka mulai memperhatikan penampilannya
• mulai tertarik pada lawan jenisnya
• melakukan usaha untuk menarik perhatian lawan jenis, bertingkah laku lebih genit.
Dikota besar, gejala-gejala seperti ini dapat kita lihat dengan banyak-nya remaja yang mangkal dan "ngeceng" di pusat-pusat perbelanjaan (mal), tempat-tempat pertunjukan, atau kalau remaja tinggal di pinggiran kota atau desa, terlihat gerombolan remaja yang memadati tontonan layar tancap, pertunjukan dangdut di perayaan-perayaan.. Mereka terlihat berdandan habis-habisan memakai pakaian yang sedang "ngetrend" dan terutama perilaku remaja banyak diarahkan untuk menarik perhatian.
Salahkah sepenuhnya remaja melakukan hal tersebut?, sulit bagi kita untuk menghakimi mereka, semata-mata dari tingkahnya yang genit, bebas dan kadang beriebihan. Seiring dengan matangnya alat reproduksi, maka pada tubuh remaja juga teqadi peningkatan hormon seks (estrogen, progestron, ondmgen, antosteron) yang mempunyai libido (dorongan/gairah seks).
Libido ini adalah karunia Tuhan, untuk menimbulkan keinginan yang berhubungan dengan aktivftas seks yang diperlukan dalam reproduksi manusia. Rasa ingin tahu, sulitnya meredam dan mengendalikan dorongan seks ditambah tidak adanya pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai kesehatan reproduksi, dapat menyebabkan remaja terjerumus pada kesulitan "besae”.
Seperti yang disebut di atas bahwa hak untuk mendapatkan informasi dan pelayanan reproduksi adalah hak setiap orang. Sementara pada orang dewasa saja agaknya sulit diriapat karena sifat 'tabu" membicarakan masalah seks. Apalagi pada remaja, dimana seharusnya mereka lebih baik mendapat informasi dari orang tua. Tetapi karena sebagian orang tua adalah produk diriikan generasi lama yang merasa tidak pantas, malu dan mengelak untuk membicarakan seks dengan anaknya. Bahkan mereka sendiri sebenarnya tidak mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi yang lebih dibanding anaknya, walaupun orang tua adalah pelaku seks yang aktif.
Memang sudah ada beberapa LSM dan pusat pelayanan remaja yang menyediakan pelayanan reproduksi dalam bentuk ceramah, konsultasi melalui telpon/surat dan ada beberapa buku saku yang pernah diterbitkan, tetapi belum banyak, menjangkau masyarakat remaja dan belum dimasyarakatkan secara maksimal. Sementara banyak pihak termasuk remaja, orang tua, guru, pendiriik pemuka agama dan tokoh, masyarakat yang merasa takut apabila informasi dan pendiriikan seks diberikan kepada remaja akan disalah gunakan oleh remaja. Maka remaja pun lebih senang bertanya pada teman sebaya yang tidak lebih baik pengetahuannya atau melihat dari film di TV , bioskop dan membaca dari buku, majalah yang lebih banyak menyajikan seks secara vulgar ketimbang pengetahuan pendiriikan seks yang benar.
Beberapa contoh "masalah" kesehatan reproduksi remaja yang sedng muncul pada saat seminar/ceramah
1. Masturbasi
Dari ceramah yang diadakan, selalu timbul pertanyaan mengenai masturbasi Amankah? berdosakah? bisa menyebabkan kemandulan? bisakah menghilangkan keperawanan?. Pertanyaan tersebut mungkin dapat mencerminkan adanya hasrat seks yang timbul pada remaja.
2. Jerawat dan bau bodan
Bisa jadi hal ini adalah sepele bagi orang dewasa, tetapi bagi remaja yang mengalami merupakan malapetaka, dapat menghilangkan percaya diri, menyebabkan rasa rendah diri dalam pergaulan. Padahal jerawat adalah keadaan normal pada saat puber yang akan hilang sendiri setelah menginjak masa dewasa. Bau badan dapat terjadi karena kelenjar keringat mulai aktif saat puber dan dapat diatasi dengan menjaga kebersihan diri. Dokter pun sering tidak menolong dengan memberikan penjelasan pada remaja, cukup memeriksa dan memberi resep.
3. Keputihan pada remja putri
Sebagian besar remaja putd mengalami keputihan, keluarnya cairan bedebih dari vagina. Walaupun keputihan bisa terjadi secara fisiologis dan normal, tetapi bisa juga disebabkan karena jamur atau kuman. Keadaan ini membuat remaja putri merasa tidak nyaman dan umumnya mereka enggan berkonsultasi dengan dokter kerena harus membicarakan dan diperiksa alat kelaminnya.
4. Keperawanan
Ternyata baik di kota besar dan kecil, topik ini banyak dipertanyakan baik oleh remaja putra maupun putri; karena walaupun zaman sudah maju, sebagian orang menganggap bahwa virgin/perawan adalah tanda pada seorang perempuan baik-baik Remaja putri sering takut bila keperawanannya dapat hilang akibat olah raga, terjatuh, terobek oleh jarinya sendiri, saat membersihkan daerah vagina ketika buang air kecil, buang air besar. Remaja putra pun sering mempertanyakan tanda fisik yang dapat dilihat dari seorang perempuan apakah dia masih perawan atau tidak Mengapa masalah keperawanan masih saja dipertanyakan dan mengapa keperjakaan tidak menjadi isu moral.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian utama bagi remaja dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi:
1. Penundaan Usia Nikah
Karena harus menyelesaikan sekolah dan meniti kalir, maka banyak remaja yang harus menunda usia nikah. Sementara pematangan organ reproduksi dan gairah/libido semakin mendesak Perlu ada jalan keluar untuk mengatasinya.
2. lnformosi seks yang aman.
Banyak penelitian yang mengungkapkan remaja sudah melakukan hubungan seks di beberapa tempat dengan pacarnya atau berganti-ganti pasangan. Apabila hubungan seks sudah menjadi kebutuhan biologisnya, apakah bisa kita menyuruh begitu saja menghentikan? Ada baiknya bila terdapat informasi yang baik dan lengkap untuk remaja yang 'sudah terlanjur agar mereka dapat melakukan hubungan seks yang aman sehingga dapat terhindar dari PMS/AIDS dan kehamilan yang tidak diinginkan.
3. Parnikahan pada usia muda.
Hal ini dapat terjadi pasangan remaja yang mengalami "kecelakaan". Bagaimana dengan masa depan mereka yang harus putus sekolah, bagaimana dengan proses kehamilan dan persalinan pada remaja putri yang beresiko tinggi, dan dimana pasangan muda bisa memperoleh kontrasepsi supaya tidak terlanjur punya bayi berikut?
Pada keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, anak gadisnya adalah tambang emas untuk mengentaskan kemiskinan keluarga. Bahkan sebelum alat reproduksiriya matang, remaja putri sudah dikawinkan dengan laki-laki yang lebih tua, lebih matang, dan jam terbang pengalaman seks nya sudah banyak, dengan demikian potensi untuk tertular PMS lebih besar dan juga karena semaidn muda la memulai hubungan seks dan berpotensi melahirkan anak banyak dalam keadaan gizi kurang, remaja putri juga beresiko untuk mendapat penyakit kanker leher rahim.
4. Remaja yang menjual dirinya untuk kebutuhan hidup atau kesenangan semata.
Tingginya angka standar aborsi dikalangan remaja, sering dikaitkan dengan pola hidupnya yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan, keinginan untuk hidup mewah, mencoba bertualang dalam cinta, ajakan teman sering membuat remaja tidak mampu mempertahankan norma-norma yang sudah diajarkan oleh agama, orang tua dan sekolah. Gemedap kehidupan sering menggoda pada remaja untuk lebih mudah melakukan hubungan seks dengan siapa saja.
Dari pembahasan di atas kita dapati bahwa ternyata tidak mudah untuk mempersiapkan remaja memasuki tahap reproduksi sehat kaitan antara remaja, orang tua, guru, tokoh masyarakat tokoh agama, pihak pemerhati dan tenaga kesehatan harus lebih terbuka dalam hal pembedan informasi dan pelajaran kesehatan reproduksi.
sumber :http://yudhim.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)